 
            Terdapat sebuah desa yang berada di sekitar Krueng (Sungai) Peusangan, desa yang menyimpan ribuan misteri dan cerita yang menjadi tauladan dalam hidup. Cerita yang akan terus dikenang oleh masyarakat disana dan diceritakan kepada masyarakat lainnya juga. Desa yang berjejer rumah – rumah gubuk di sepanjang jalan dalam desa ini terkenal dengan seorang pemuda yang tampan, bijak, pandai, rajin dan berbakti kepada orang tua. Amat (Ahmad) Rhang Manyang, itulah nama pemuda yang mulai menginjak usia remaja ini. Remaja yang biasa disapa Amad ini menyibukkan diri dalam kesehariannya sebagai buruh tani di desa. Hanya menamatkan pendidikan dasar di dayah desa seberang, dia menggali ilmu – ilmu yang terpendam di lingkungannya, belajar pada alam dan bertanya pada Tuhan. Tak ada keputusasaan dalam menjalani hidup meski terkadang harus makan nasi 2 kali sehari, baginya itulah rezeki yang sudah ditentukan setelah berusaha dan berdoa. Waktu...
 
                     
            Di desa Penurun di Tanah Gayo, hidup keluarga petani yang sangat miskin dengan dua anaknya. Setiap hari, Pak Tani berburu di hutan dan menangkap belalang di sawah. Belalang-belalang itu disimpannya dalam lumbung untuk diolah Bu Tani menjadi makanan. Suatu hari, Pak Tani belum juga pulang dari berburu. Kedua anaknya merengek kelaparan. Di dapur sudah tidak ada makanan apapun. Bu Tani kemudian menyuruh anaknya untuk mengambil belalang di lumbung dekat rumah mereka. Ternyata, ketika berada di lumbung, si anak lupa menutup pintu lumbung sehingga semua belalang beterbangan. Ia kembali ke rumah sambil menangis tersedu. Ia berterus terang kepada Bu Tani. Ya Tuhan! Bu Tani amat terkejut. Ia tahu Pak Tani akan marah besar. Pak Tani pun pulang tanpa membawa seekor hewan buruan. Bu Tani lalu berterus terang apa yang terjadi dengan mengatakan semua itu karena kecerobohannya. Mendengar hal itu, Pak Tani sangat murka dan mengursi Bu Tani. Sambil menangis Bu Tani pergi menuju ke Atu Be...
 
                     
            Di desa Penurun di Tanah Gayo, hidup keluarga petani yang sangat miskin dengan dua anaknya. Setiap hari, Pak Tani berburu di hutan dan menangkap belalang di sawah. Belalang-belalang itu disimpannya dalam lumbung untuk diolah Bu Tani menjadi makanan. Suatu hari, Pak Tani belum juga pulang dari berburu. Kedua anaknya merengek kelaparan. Di dapur sudah tidak ada makanan apapun. Bu Tani kemudian menyuruh anaknya untuk mengambil belalang di lumbung dekat rumah mereka. Ternyata, ketika berada di lumbung, si anak lupa menutup pintu lumbung sehingga semua belalang beterbangan. Ia kembali ke rumah sambil menangis tersedu. Ia berterus terang kepada Bu Tani. Ya Tuhan! Bu Tani amat terkejut. Ia tahu Pak Tani akan marah besar. Pak Tani pun pulang tanpa membawa seekor hewan buruan. Bu Tani lalu berterus terang apa yang terjadi dengan mengatakan semua itu karena kecerobohannya. Mendengar hal itu, Pak Tani sangat murka dan mengursi Bu Tani. Sambil menangis Bu Tani pergi menuju ke Atu Be...
 
                     
            Salah satu tradisi menarik diberbagai literatur kawasan Aceh adalah adanya kenduri blang Aceh atau yang sering disebut Khanduri Tron U Blang . Ini merupakan salah satu bentuk kegiatan tradisional di Aceh yang melakukan makan-makan bersama di lingkunga persawahan dimana tempat para petani bercocok tanam. Zaman dulu, tradisi ini merupakan sebuah kewajiban bagi etnis petani Aceh. Bentuk implementasi terhadap rasa syukur dan pengharapan para petani kepada sang khaliq agar hasil panen nantinya berhasil dan memperoleh berkah. Walaupun pada dasarnya tradisi ini merupakan konversi dari budaya hindu yang sudah lebih dulu eksist di Indonesia termasuk di Aceh, namun dengan mengislamisasinya, maka tradisi ini merupakan kegiatan masyarakat yang dipandang boleh oleh para ulama fiqh dan ahli tasawuf di Aceh. Jika dahulu kenduri blang dilakukan untuk meminta rahmat dari alam, maka proses islamisasi mengubah cara pandang masyarakat sehingga syukuran ditujukan kepada sang pencipta alam,...
 
                     
            RAKYAT Gayo Lues Provinsi Aceh dikenal masih memegang erat nilai-nilai budaya warisan nenek moyangnya yang kaya filosofi. Bukan hanya tari Saman tapi juga seni budaya dan tradisi lain dalam kehidupan sehari-sehari. Salahsatu yang masih eksis adalah prosesi adat Tawar Kampung oleh masyarakat Gumpang Kecamatan Putri Betung 5 Agustus 2017 lalu. Prosesi utama tradisi ini adalah menggiring seekor kerbau berkeliling kampung yang dikenal dengan sebutan “Nona Koro”. Kerbau yang digiring tersebut harus jantan albino atau berbulu putih, tradisi ini menurut warga setempat sebagai bentuk syukur dan do’a kepada Allah SWT agar diberi keberkahan dalam usaha tani mereka serta jauh dari serangan hama dan penyakit ataupun segala bentuk bencana lainnya. Keberadaan tradisi Tawar Kampung ini sudah ada sejak nenek moyang dahulunya sehingga sangat melekat dan diteruskan oleh masyarakat setempat untuk menjaga dan memperkuat jalinan tali silaturrahmi serta menguran...
