Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Aceh Aceh
Legenda Amat Rhah manyang
- 22 Januari 2015

Terdapat sebuah desa yang berada di sekitar Krueng (Sungai) Peusangan, desa yang menyimpan ribuan misteri dan cerita yang menjadi tauladan dalam hidup. Cerita yang akan terus dikenang oleh masyarakat disana dan diceritakan kepada masyarakat lainnya juga. Desa yang berjejer rumah – rumah gubuk di sepanjang jalan dalam desa ini terkenal dengan seorang pemuda yang tampan, bijak, pandai, rajin dan berbakti kepada orang tua.

 
Amat (Ahmad) Rhang Manyang, itulah nama pemuda yang mulai menginjak usia remaja ini. Remaja yang biasa disapa Amad ini menyibukkan diri dalam kesehariannya sebagai buruh tani di desa. Hanya menamatkan pendidikan dasar di dayah desa seberang, dia menggali ilmu – ilmu yang terpendam di lingkungannya, belajar pada alam dan bertanya pada Tuhan. Tak ada keputusasaan dalam menjalani hidup meski terkadang harus makan nasi 2 kali sehari, baginya itulah rezeki yang sudah ditentukan setelah berusaha dan berdoa.
 
Waktu yang terus berputar telah membawa Amat sebagai pemuda yang di sanjung di desa. Pergaulan yang telah luas mengajari Amat untuk hidup lebih mandiri lagi. Apalagi sekarang dia hanya tinggal di sebuah gubuk bambu dengan ibunya yang telah renta. Penghasilan dari buruh tani mulai terasa kurang dan ini harus diatasi oleh Amat.
 
Mak, bukan Amad tidak lagi bisa bersyukur atas rezeki yang telah diberikan Allah, tetapi alangkah baiknya jika Amad mencari kerja ke luar desa”, Kata Amad pada suatu sore pada Mamaknya sambil menikmati ubi rebus dengan duduk beralaskan tikar tua.
 
Tapi kita masih bisa mencari rezeki disini Nyak”, Jawab Mamak
 
Betul Mak, bukan pula aku bosan bekerja seperti ini di desa, tetapi bukankah berusaha itu wajib? Bukankah bekerja itu juga ibadah? Jadi apa salahnya jika Amad pergi merantau?”, Ahmad berbicara datar sambil menyandarkan kepalanya ke lutut Mamaknya yang melukiskan dekatnya dua insan ini dalam kemanjaan Ibu dan Anak.
 
Sambil membelai lembut rambut ikal di kepala Amad dan memandang dalam – dalam ke anaknya, Mak Minah berujar “Haruskah Ananda merantau meninggalkan Emakmu disini sendiri, dalam kesepian dan dalam kepapaan?”.
 
Amad tersentak dengan kata – kata yang keluar dari bibir perempuan yang sedang mengusap lengan legamnya itu.
 
Mak, bukan begitu maksud Amad, anak mana yang tega meninggalkan ibunya jika kepergiannya itu tidak mendesak dan untuk kepentingan Emaknya juga? Mak, Amad merantau untuk membahagiakan Emak, untuk hidup seperti hidup orang lain. Bahagia dunia akhirat”. seakan hendak bersimpuh dengan meneteskan airmata ketulusan Amad berujar dengan terbata – bata takut hati Emaknya sedih.
 
Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya Mak Minah tak bisa menahan lagi keinginannya anak satu – satunya dan penyangga hidupnya selama ini. Tempat dia bercerita dan menyunggingkan senyum.
 
Hari terus berlalu hingga tibalah saatnya Amad berangkat dengan perlengkapan seadanya. Dia hendak merantau ke negeri seberang dan perjalanan akan dilalui dengan Kapal air dari Krueng Peusangan.
 
Nyak, rajinlah beribadah disana, rajinlah berdoa dan tegarlah dalam berusaha. Hidup di negeri orang harus membawa bekal ilmu dan akhlak dari asalmu. Janganlah mereka mengubahmu tapi tularkan kebaikan pada mereka”. ujar Mak Mina.
 
Mak, akan Amad ingat pesan Mak sebagai pendamping dalam bekerja. Amad hanya akan pergi beberapa tahun dan akan kembali untuk bersama Emak. Jaga diri Emak baik – baik”.
 
Mereka saling melemparkan kata-kata perpisahan hingga suarasirine kapal mulai terdengar. Memegang tangan Mak Minah, memeluk dan mencium kening penuh rona tua dan akhirnya berlutut mencium kaki Emaknya, Ahmad pamitan dan berangkat merantau. Mak Minah masih berdiri di dermaga menatap hilangnya kapal yang ditelan berlikunya Krueng Peusangan. Airmata bercucuran karena inilah pertama mereka berpisah setelah hidup belasan tahun bersama-sama. Ketika hari beranjak senja, Mak Minah pun melangkahkan kaki-kaki gontainya menuju gubuk tua.
 
Kapal terus berlayar menyusuri sungai yang jernih dengan lompatan ikan – ikan didalamnya. Amad terpesona dengan keindahan panorama sungai dan hutan disekelilingnya yang rimbun, hijau dan anggun. Kini kapal telah membelah laut menuju negeri seberang, negeri idaman Amad, negeri yang akan mewujudkan cita-citanya.
 
Singkat cerita akhirnya Amaad tiba dinegeri seberang dan bekerja pada seorang saudagar kaya. Dia diterima sebagai tukang pikul barang-barang di dermaga. Amad bekerja dengan tekun, berdoa dengan ikhlas dan mendoakan kedua orang tuanya.
 
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tak terasa lebih sepuluh almanak Ahmad telah hidup di rantau orang. Negeri yang kini telah ditaklukan dengan ilmu dan nasehat yang pernah diajarkan Mak Minah. Ahmad telah menjadi orang terpandang di sana, dan kini juga telah menjadi bangsawan setelah mempersunting anak saudagar tempatnya bekerja. Tuan Amad kini harus mengurus usaha mertuanya dan itu sangat menyita waktu. Tak ada lagi waktu beribadah dan tak dibutuhkan lagi berdoa. Semua terkikis tergores batu kemewahan dan kenikmatan dunia.
 
Kanda, Dinda rindu akan kampung halaman Kanda!” istri Amad berkata dengan kejujuran ketika mereka berjalan di taman yang mewah.
 
Tapi Kanda sibuk sayang, tak ada waktu untuk bisa meninggalkan ini semua” Amad berekilah
 
Bukankah Kanda pernah berjanji akan membawa Dinda berkunjung ke Negri Kanda dan bertemu Ibunda disana? Bukankah janji harus ditepati?” Istri Amad mulai merayu dengan kata – kata manis sehingga luluhlah hati Amad.
 
Dalam kesendirian Amad juga merindukan kampung halamannya, Krueng Peusangan, Emaknya, dan sahabat-sahabatnya.
 
Setelah semua dipersiapkan, berangkatlah sebuah kapal mewah untuk mengarungi lautan menuju ke Tanah Rencong, tanah kelahiran Tuanku Ahmad Rahmanyang. Perlengkapan yang berkecukupan dan pengawal yang gagah berani turut menyertai pelayaran ini.
 
Kanda, inikah tanah yang pernah Kanda ceritakan? Inikah hutan dan sungai yang indah itu?” ujar Istri Amad dengan takjubnya.
 
Iya Dinda. Dan sebentar lagi kita akan sampai di Istana Kakanda Ya..!”, Amad menceritakn kisah bahwa dia adalah anak saudagar dari bandar Peusangan.
 
Setibanya di dermaga Krueng Peusangan semua kru dan pengawal turun dan melihat keindahan alam Peusangan.
 
Mak Minah yang mendengar kepulangan Amad bergegas menuju dermaga, tak lupa juga dia membungkuskan makanan kesukaaan anaknya. Hatinya berbunga – bunga dan rasa sakit yang selama ini di deritanya seakan sembuh total.
 
Alhamdulilah Ya Allah, Engkau telah kabulkan doa hamba ini…!”, bisik lirih hati Mak Minah sambil melangkah lamban ke dermaga.
 
Amad sedang bercanda dengan sahabat – sahabat lamanya, dengan penduduk yang masih mengenalnya dan suara wibawanya ketika Mak Minah juga tiba disana.
 
Amad,, Amad,, Amad anakku!”, panggil Mak Minah sambil menyeruak dalam kerumanan manusia yang sedang meneriman bingkisan dari Amad.
 
Amad, lihatlah Emakmu ini Nyak. Amad…!!” Mak Minah terus berteriak tapi Amad seakan tak mendengar sehingga istrinya berbisik.
 
Kanda, ada ibu tua yang memanggil Kanda. Dia memanggil “anak” kepada Kanda, siapakah dia?” Bisik Istrinya
 
Kanda tak kenal Dinda, mungkin penduduk baru disini..!”, kata Amad dengan suara yang terdengar oleh Emaknya.
 
Amad, ini Emakmu Nyak!” kata Mak Minah lagi ketika mereka sudah berhadap hadapan.
 
Emak, aku tak punya Emak seperti kamu, Orang tuaku adalah saudagar bukan fakir sepertimu”, Amad berontak dalam dirinya dan demi menjaga wibawa dihadapan Istri dan pengawalnya dia rela tak mengakui Emaknya.
 
Amad, ini Emakmu, lupakah kamu kepada Emak?”, tanya Mak Minah sambil menangis.
 
Aku tak lupa, tapi karena kau bukan Emakku maka aku tak kenal. Pengawal, tangkap perempuan ini dan seret dia jauh dari hadapanku!”, perintah Amad kepada pengawal.
 
Lalu beberapa pengawal menyeret Mak Minah, dengan muka basah airmata Mak Minah berdiri, melemparkan tongkat dan berujar
 
Ya Allah, jika benar saudagar yang berdiri di depanku ini adlah Amad maka kutuklah dia bersama pengawal dan harta bendanya menjadi bukit …!”, doa Mak Minah terhenti ketika petir mulai menyambar. Ahmad tersentak tapi semua sudah terlambat, doa ibu renta begitu cepat dikabulkan terhadap anaknya yang durhaka tak mengakui Emaknya. Dalam sekajap Ahmad, Istrinya, Pengawalnya dan seluruh harta bendanya termasuk Kapalnya berubah dan menyatu menjadi sebuah Bukit.
 
Sampai sekarang di desa tersebut masih terlihat sebuah Bukit berbentuk kapal yang dinamai “Glee Kapai” (Bukit Kapal).

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline