Seni pentas ngelawang adalah sebuah seni yang dilakukan untuk merayakan kemenangan Dharma(kebaikan) atas Adharma(keburukan). Ngelawang merupakan pertunjukan sajian seni yang memiliki makna sakral. Asal kata ngelawang berasal dari kata "lawang" yaitu berarti pintu. Ngelawang mempunyai arti yang luas sebagai penolak bala(malapetaka), karena ngelawang mementaskan tarian barong yang merupakan perwujudan dari sebuah binatang seperti: babi hutan(bangkal/bangkung) sebagi perwujudan atau manifestasi dari Dewa Siwa yang menjadi jiwa barong tersebut. Alat yang biasa digunakan dalam kesenian ini adalah topeng barong bangkung dan gemalan. Topeng barong bangkung berpenampilan cukup sederhana, berbentuk serti babi dengan kulitnya bewarna hitam. topeng ini ditarik oleh dua orang Pementasan ini dilakukan dari rumah ke rumah dan berkeliling jalan-jalan desa. Budaya ini dirayakan setiap sesudah hari raya galungan atau kuningan. #OSKMITB2018
Mengenal Lawar, Makanan Khas Bali Kita tahu bahwa Indonesia terkenal akan keberagaman, baik suku, agama dan tradisi, bahasa, budaya maupun makanan khasnya. Oleh karena itu, setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas tersendiri, misalnya di daerah Bali. Bali mempunyai makanan khas yang sudah sangat familiar di kalangan masyarakat Bali, yang bernama “Lawar”. Lawar memiliki dua jenis berdasarkan warnanya yakni lawar merah dan lawar putih. Lawar sering digunakan sebagai santapan keluarga dan disajikan ketika Penampahan Galungan (dua hari sebelum hari raya Galungan) dimana hewan yang dijadikan makanan lawar akan disembelih terlebih dahulu. Hewan yang digunakan sebagai lawar biasanya menggunakan daging babi dan ayam. Lawar bukan hanya ada setiap galungan saja, melainkan dapat ditemukan setiap hari. Warung – warung makan di Bali sebagian besar menyediakan lawar sebagai santapan sehari –...
Tumpek Atag sendiri merupakan ritual enam bulanan yang dilakukan 25 hari menjelang hari raya kemenangan dharma melawan adharma atau disebut hari raya Galungan yang khusus ditujukan untuk tumbuh tumbuhan yang ada diperkebunan. Ritual tersebut masih dilakukan oleh warga Dusun Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. "Nged.. Nged.. Nged.." inilah sepenggal kata yang diucapkan saat ritual ngatag itu dilakukan. Ritual ini bagi warga stempat dilakukan semata-mata untuk memohon berkah kepada tuhan agar hasil perkebunan seperti buah buahan melimpah ruah sehingga nanti pada saat hari raya Galungan bisa dipergunakan sebagai sarana upakara.Dalam ritual "ngatag" tersebut ada beberapa sarana yang dipergunakan seperti, Tipat Taluh, Sam- sam Segau, jajan klepon. Saat ritual berlangsung, pohon yang sudah dipasangi "ambu" atau daun pohon jaka muda dipukul pukul sebanyak 3 kali menggunakan sabit atau sejenisnya. Kemudian baru disematkan tipat ta...
Tumpek wariga atau pengatag merupakan salah satu hari raya umat Hindu di bali yang diperingati 25 hari sebelum hari raya galungan yang bertepatan pada hari saniscara kliwon wuku wariga dalam kalender caka (kalender di bali). Tumpek wariga merupakan hari dimana umat hindu di bali menghaturkan sesajen kepada tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi bukan karena memuja tumbuh-tumbuhan melainkan sebagai rasa syukur manusia atas segala kelimpahan makanan dan banyak fungsi dari tumbuh-tumbuhan yang membantu kehidupan manusia. Makna Tumpek Wariga Makna filosofis Tumpek Wariga sebagai bentuk pemujaan kepada Sanghyang Sangkara yang merupakan manifestasi dari Tuhan sesungguhnya bermakna bagaimana memelihara alam melalui tumbuh-tumbuhan sehingga kebutuhan oksigen dari seluruh makhluk hidup bisa terpenuhi. Sang Hyang Sangkara merupakan manifestasi Hyang Widhi dalam menciptakan tumbuh-tumbuhan, yang dalam pengider-ider berwarna hijau, dengan arah barat laut. Dian...
Ngarebong merupakan rangkaian upacara ngilen di Desa Pakraman Kesiman yang dilaksanakan setiap 210 hari sekali, yang dimulai dari Pangebekan pada Umanis Galungan (Kamis Umanis Wuku Dungulan) yang identik dengan Ngusabha Desa, Pamagpagan pada Paing Kuningan (Senin Paing Wuku Langkir) yang identik dengan Ngusabha Nini, dan Ngarebong pada Redite Pon Medangsia (Minggu Pon Wuku Medangsia) yang identik dengan Ngusabha Dalem. Upacara ini merupakan bentuk pelestarian sistem pemerintahan raja-raja yang dikemas dengan sistem religi yang sarat makna untuk menjaga keseimbangan/keharmonisan baik sosial, ekonomi, lingkungan dan spiritual (Tri Hita Karana). Ngarebong selain sebagai bentuk ruwatan alam, juga sebagai sebuah peringatan kejayaan pemimpin (raja) Kesiman pada era tahun 1860-an, sebagai pengendali politik untuk Bali-Lombok. Ngerebong sebagai ritual upacara dilaksanakan dengan tujuan untuk menyeimbangkan dua kekuatan yang bersifat bertentangan (rwa bhineda) yang terdapat di alam semes...
Kalender tradisional Pawukon merupakan kalender tradisional yang digunakan oleh masyarakat Jawa dan Bali. Kalender tradisional ini memiliki banyak kegunaan, di antaranya sebagai pedoman untuk menentukan hari-hari suci umat Hindu, hari pasaran, hari perayaan pribadi, menentukan hari baik dan hari buruk, menjabarkan watak-watak manusia berdasarkan hari lahirnya, dan sebagainya. Jadi, kalender Pawukon tidak hanya berfungsi sebagai penanggalan biasa, tapi memiliki banyak kegunaan lain. Sebagai ilmu peramalan, kalender tradisional ini memang tidak sepopuler astrologi Barat (zodiak) ataupun astrologi Tionghoa (shio), tapi perhitungan dan informasi yang diberikannya tidak kalah dari kedua sistem astrologi tersebut. Malah, kalender asli Indonesia ini memiliki kelebihan. Pawukon tidak hanya memberi gambaran secara umum kondisi fisik, karakter, atau watak seseorang, tetapi juga menentukan waktu dan jenis naas (pengapesan) atau pantangan yang harus dihindari seseorang, serta proyeksi...
Hari Raya Kuningan diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali dalam kalender Bali tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan. (1 bulan dalam kalender Bali = 35 hari). Di hari suci diceritakan Ida Sang Hyang Widi turun ke dunia untuk memberikan berkah kesejahteraan buat seluruh umat di dunia. Sering juga diyakini, pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan sebaiknya dilakukan sebelum tengah hari, sebelum waktu para Betara kembali ke sorga. Hari raya ini datangnya sepuluh hari setelah Galungan. Ini adalah hari raya khusus, di mana para leluhur yang setelah beberapa saat berada dengan keluarga sekali lagi disuguhkan sesajen dalam upacara perpisahan untuk kembali ke stananya masing-masing. Sedangkan di pedesaan ada beberapa Barong “ngelawang” beberapa hari diikuti sekolompok anak-anak dengan tetabuhan / gambelan. Dalam Kuningan menggunakan upakara sesajen yang berisi simbul tamiang dan en...
Tradisi Mesuryak sebuah tradisi unik yang masih dilaksanakan turun temurun di Dusun Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan – Bali. Upacara ini digelar bertepatan pada Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Galungan) setiap 6 bulan sekali, dengan tujuan untuk memberikan persembahan ataupun bekal pada leluhurnya yang turun pada hari raya Galungan dan kembali ke nirwana pada hari raya Kuningan. Upacara ini mulai sekitar jam 09.00 pagi dan berakhir jam 12 siang, karena setelah lewat jam 12 siang, diyakini para leluhur telah kembali ke surga. Makna dan tujuan Tradisi Mesuryak ini adalah rasa bahagia, bersuka cita memberikan bekal pada leluhur agar kembali ke alam surga dengan damai dan tenang. Makna Tradisi Mesuryak secara Niskala ialah memberikan bekal kepada leluhur. Bekal merupakan persembahan atau sesajen. Makna Tradisi Mesuryak secara Skala (nyata) ialah memberikan bekal uang. Diyakini juga oleh warga dengan memberi bekal kepada leluhur tentu akan ada timbal bal...
Taman Ayun dibangun oleh I Gusti Agung Putu (Raja Mengwi) sekitar tahun 1632 – 1634. Pada awalnya, pembangun pura didasari karena belum ada pura yang berlokasi dekat Mengwi pada saat itu. Seiring berjalannya waktu, pura ini sudah direnovasi beberapa kali. Renovasi secara besar-besaran dilakukan di tahun 1937, pada bagian Kori Agung, gapura bentar, dan pembangunan Bale Wantilan. Hari Pujawali atau Piodalan di Pura Taman Ayun biasanya diselenggarakan setiap 6 bulan sekali dalam Kalender Caka (210 hari), tepatnya pada hitungan wewaran Anggara Kliwon Wuku Medangsia (hari selasa 20 hari setelah hari Raya Galungan). Selama Hari Piodalan, masyarakat setempat akan menghias bangunan pura dengan atribut-atribut suci dan juga menyelenggarakan beberapa ritual upacara keagamaan. Nama Pura Taman Ayun ini berasal kata “Taman” yang berarti Taman dan “Ayun” berarti indah, sehingga Taman Ayun bisa diartikan sebagai sebuah pura dengan taman yang indah. Pura Taman Ayun merupakan bekas peninggalan ker...