https://www.si.edu/object/batik-kain:nmnhanthropology_13001695?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001695
https://www.si.edu/object/batik-kain:nmnhanthropology_13001695?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001695
https://www.si.edu/object/batik-napkin:nmnhanthropology_13001710?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001710
https://www.si.edu/object/batik-kain-panjang-or-furnishing-fabric:nmnhanthropology_13001644?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001644
Bagi sebagian orang, istilah mutih mungkin masih terdengar asing. Namun bagi keturunan Jawa (terutama penganut kejawen) yang masih memegang tradisi erat tradisi leluhur, puasa mutih ini lazim dilakukan oleh calon pengantin yang akan menikah. Calon pengantin yang menjalankan puasa mutih hanya diperbolehkan mengonsumsi makanan yang berwarna putih seperti nasi putih tanpa lauk dan garam, serta minum air mineral. Konon ritual ini bertujuan memancarkan aura kecantikan sang pengantin pada hari pernikahan. Selain mutih, dalam tradisi Jawa dikenal pula jenis puasa lain seperti ngrowot, ngalong, dan pantang. Ngrowot artinya calon pengantin hanya diperbolehkan mengonsumsi makanan yang tumbuuh dalam tanah seperti umbi-umbian, wortel, kacang-kacangan, dan sayur-mayur. Sedangkan ngalong berarti hanya mengonsumsi buah-buahan yang menggantung seperti apel, pisang, jeruk, dan mangga. Lalu pantang adalah tidak mengonsumsi yang bernyawa. Dalam menjalankan puasa tersebut ada pula jadwal yang perlu...
Ilmu Antropologi mengenal teori sistem simbol yang diperkenalkan oleh Clifford Geertz, seorang Antropolog Amerika. Dalam bukunya yang berjudul Tafsir Kebudayaan (1992), Geertz menjelaskan makna dibalik sistem simbol yang ada pada suatu kebudayaan. Geertz menyatakan bahwa sistem simbol yang merefleksikan suatu kebudayaan, dapat diinterpretasikan dengan menggunakan sistem makna (System of Meaning). Jadi bila ingin menginterpretasi sebuah kebudayaan dapat dilakukan dengan menafsirkan sistem simbolnya. Demikian juga dengan kesenian sisingaan dari Subang yang tak bisa dipisahkan dari simbol boneka singa yang biasanya ditunggangi anak-anak dalam pertunjukannya. Dalam sejarahnya, sisingaan merupakan simbol kebencian warga Subang terhadap kapitalis perkebunan dari Belanda dan Inggris yang mendapat proteksi pihak pemerintah kolonial (Kurnia,2003). Ketika itu, kaum kapitalis dari Inggris mendirikan sebuah perusahaan perkebunan swasta bernama P & T Lands (Pamanoekan en Tjiasemlanden). Per...
Olé-olé ogong adalah Lagu yang dipakai dalam permainan adat sunda yang dinyanyikan oleh anak-anak ketika panen tiba sambil jalan-jalan di galengan atau sisi sawah, kemudian mereka membuat taléot (empét-empétan) yang dibuat dari jerami kering. Biasanya jika tiba musim panen anak-anak gemar bernyanyi sambil olé-oéan bersenang-senang bersama teman-temannya. Liriknya seperti ini : Olé-olé ogong Melak cabé di Tarogong Dihakan ku embé ompong Ditéang kari sapotong
Siapa sih yang asing sama jajanan khas satu ini? Cemilan atau jajanan yang sering kita temui di daerah Jawa Barat itu patut kita coba loh! Cireng atau nama aslinya aci goreng adalah makanan dengan bahan utama pembuatannya berupa tepung kanji dengan digoreng sebagai metode pemasakannya. Dalam proses pembuatan adonan cireng sendiri, tepung kanji biasanya dicampur dengan terigu, garam, merica bubuk, bawang putih, daun bawang, kedelai, air, dan dimasak dengan minyak goreng. Oh iya, kamu juga bisa membuat bermacam-macam bentuk dengan adonan cireng atau mengisinya dengan topping yang kamu sukai. Soal rasa, tidak perlu diragukan lagi bahwa cirenglah juaranya! Cireng dengan rasa original terasa gurih. Namun, akibat berbagai kreasi dan inovasi yang terjadi, banyak isian atau topping yang membuat kita merasa penasaran dengan perkembangan cireng sendiri. Contohnya seperti daging, keju, sosis, kornet, pedas, dan lain-lain. Kamu juga tak akan jarang menemui berbagai inovasi bentuk cireng sepe...
Makanan-makanan tradisional di tatar sunda sebenarnya banyak dan beberapa masuk ke dalam kategori "Cawokah" atau porno dalam segi kebahasaannya. Salah satunya ialah ewe deet. Menurut arti secara harfiahnya sendiri, ewe berarti hubungan seksual, dan deet berarti dangkal. Tetapi pada kenyataannya ewe deet sendiri merupakan nama makanan yang merujuk pada daging buah kelapa yang diberi gula merah. Makanan ini sudah sangat jarang dijajakan di tatar Sunda. Menurut dosen saya, ewe deet ini merupakan makanan yang awalnya berasal dan tumbuh di Jawa Barat bagian selatan, yaitu di sekitar Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, dan sekitarnya. Untuk melihat bentuk asli dari makanan ini sendiri sudah sangat sulit, karena hampir jarang sekali yang menjualnya, dan rata-rata orang tidak mengetahui adanya keberadaan makanan cawokah ini. Maka dari itu saya mencari-cari dan akhirnya terdapat salah satu gambar milik salah seorang individu di laman Facebook...