sumber : Arsip Museum KAA jika ada orang yang rela kehilangan sedikit kegembiraan, dengan tujuan memperoleh kegembiraan yang lebih besar, orang itu adalah orang yang bijaksana. Biarkanlah ia kehilangan kegembiraan sedikit, karena akan memperoleh kebahagiaan,” kata Iis Tjuhartika Pandi mengutip kata-kata Budha saat mengisi acara puncak rangkaian bedah buku ‘Cerita-cerita dari Asia Masa Kini’ yang digelar komunitas literasi Asian-African Reading Club (AARC) pada Rabu, 19/12/2018 di Ruang Galeri Museum KAA di Jalan Asia Afrika No.65 Bandung. Teh Iis, begitu ia karib disapa, selain sebagai profesional di bidang psikologi juga aktif sebagai pegiat Klab Edukator di Sahabat Museum KAA (SMKAA). Kutipan itu, seperti yang ia jelaskan, sengaja ia paparkan sebagai ilustrasi isi buku ‘Cerita-cerita dari Asia Masa Kini’. Menurutnya, ceritanya ringan namun penuh bobot nilai-nilai moral, etika, kebersamaan, dan kepedulian. Menurutny...
Naskah dari daun rontal ini berjudul Jatiniskala . Menurut Jakob Sumardjo, naskah ini diduga berasal dari zaman Kerajaan Galuh, Ciamis. Naskah ini ditemukan di Kabuyutan Kawali, Ciamis Utara, yang diberikan oleh Bupati Galuh R.A.A. Kusumadiningrat (1839-1886) kepada Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), lembaga yang khusus bergerak dalam bidang seni-budaya dan temuan-teman sejarah di Batavia; ada pun menurut Atja, naskah ini diserahkan oleh Raden Saleh. Kini naskah ini menjadi koleksi Perpustakaan Nasional, Jakarta, dengan nama register Kropak 422 . Kondisi Fisik Naskah Kondisi naskah secara keseluruhan masih bagus, hanya ada beberapa lempir yang telah rusak, bolong-bolong akibat gigitan kutu, dan sebagian lagi telah menghitam. Teksnya ditulis memakai pisau pangot, dengan bahasa dan aksara Sunda Kuno. Naskah ini terdiri atas 14 lempir/lembar rontal yang berukuran 31,8 x 4,1 cm. Ada pun luas marjin teksnya 29 x 2,7 cm. Setiap lempir terdiri...
Naskah Sewaka Darma termasuk salah satu dari sepuluh naskah Ciburuy, salah satu “kabuyutan” pada masa Sunda Kuno. Ciburuy merupakan salah satu kabuyutan (atau mandala bila di Jawa Tengah dan Timur) tempat menuntut agama kaum intelektual masa dulu, kini terletak di Bayongbong, Garut, Jawa Barat. Sebagai koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta, naskah ini diberi nama register Kropak 408. Orang pertama yang mengumumkan naskah ini adalah Saleh Danasasmita dkk tahun 1987. Naskah ini tertera pada daun rontal yang ditoreh oleh peso pangot, pisau khusus untuk menulis pada daun, bambu, atau kayu. Huruf dan bahasa yang dipakai adalah Sunda Kuno. Bentuknya puisi. Naskah ini terdiri dari 37 helai daun rontal, 74 halaman, dan hanya 67 halaman yang terisi. Penulis naskah ini, seperti yang tertulis pada naskah bersangkutan, adalah wanita bernama Buyut Ni Dawit yang bertempat tinggal di batur (pertapaan) Ni Teja Puru Bancana di Gunung Kumbang. Tak dapat d...
Tranliterasi Teks Naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian I Ndah nihan warahakna sang sadu, de sang mamet hayu. Hana sanghyang siksakandang karesian ngaranya, kayatnakna wong sakabeh. Nihan ujar sang sadu ngagelarkeun sanghyang siksakandang karesian. Ini sanghyang dasa kreta kundangeun urang reya. Asing nu dek na(n)jeurkeun sasana kreta pakeuneun heubeul hirup, heubeul nyewana, jadiyan kuras. Jadiyan tahun, deugdeug ta(n)jeur jaya prang. Nyewana 1 na urang reya. Ini byakta sanghyang dasa kreta ngaranya, kalangkang dasa sila, maya-maya sanghyang dasa marga, kapretyaksaan dasa indriya nakeun ngretakeun bumi lamba di bumi tan parek. Ini pakeun urang ngretakeun bumi lamba, caang jalan, panjang tajur, paka pridana, linyih pipir, caang buruan. Anggeus ma imah kaeusi, leuit kaeusi, paranje kaeusi, huma kaomean, sadapan karaksa, palana ta hurip, sowe waras, nyewana 2 sama wong (sa)rat. Sangkilang di lamba, trena taru lata galuma, hejo lembok...
Dalam pengembaraannya untuk mencari dan memperdalam agama islam, dua orang Padjajran Raden Walang Sungsang dan adiknya Nyi Rarasantang sampai ke Mesir menunaikan ibadah haji. Raden Walang sungsang pulang ke Cirebon dengan sebutan Haji Abdullah Iman, sedangkan Nyi Rarasantang tetap berada di Mesir karena telah bersuamikan Syarif Abdullah seorang Raja Mesir. Berputra dua oranng yaitu Syraif Hidayahtullah dan Syarif Nurullah. Tidak lama kemudian setelah Syarif Hidayatullah dilahirakan, ayahandanya wafat. Menginjak usia dewasa, Syarif Hidayahtullah berpamitan kepada ibunya pergi ke Cirebon sambil mencari guru untuk memperdalam ajaran Agama Islam. Di Cirebon bertemu dengan uwaknya H.Abdullah Iman atau disebut juga Pangeran Cakra Buana yang telah memiliki seorang putri bernama nyi Mas Pakung wati, dari prnikahannya dengan Nyai Endang Geulis. Syarif hidayahtullah dinikahkan dengan Nyi Mas Pakung wati dan menduduki Keraton Pakung Wati dengan gelar Sultan Syarif Hidayahtullah atas pember...
Asal mula Desa Susukan itu adalah di blok Reca yang sekarang tanahnya sudah menjadi pesawahan. Karena mengikuti jejak Ki Gersik yang pada waktu itu menjadi guru agama Islam maka berpindah tempat disuatu blok yaitu blok Wana Iman yang sekarang disebut blok Pamijen. Adapun Ki Gresik nama aslinya ialah Kiyai Hasan Madari dan dapat julukan dari Cirebon yaitu PANGERAN SELINGSINGAN (asal dari Gresik Surabaya) dan jejaknya dikuburkan dipekuburan Wana Iman. Adapun kata Susukan terjadi pada waktu Ki Gresik membuat perkampungan Pamijen dari hutan Iman mengatur/menggali bikin saluran air gempol yang mengalir dari blok Girang. Adapun yang pertama kali membuka tanah adalah seorang perempuan yang bernama Ny. Tosa dengan cara membakar hutan dimulai dari blok Pamijen dengan pertolongan seorang Punakawan yang bernama Ki Angger Esa sehingga menjalarnya api itu meluas sampai ke selatan yaitu di desa Nunuk yang merupakan bagian daerah Majalengka (sekarang desa Garawangi). Menurut kisah...
Asal Cerita Rakyat Desa Karangmekar,Kecamatan Karangsembung,Kabupaten Cirebon Asal dari Desa Kubangkarang dan terwujud dari Desa Kubangkelor dan Desa Karangsembung Wetan. Pada masa zaman Wali Sanga,Syeh Syarif Hidayatullah,Sultan Gunung Jati Cirebon,sebagai Imam Wali dan sebagai Penasihat Wali ialah Pangeran Cakra Buana alias Embah Kuwu Sangkan alias Embah Kuwu Cirebon. Kisah pada suatu ketika di Keraton Cirebon sedang mengadakan musayawarah yang di hadiri oleh Sultan Kalijaga,para Pangeran Cirebon dan hadiri pula oleh Embah Kuwu Cirebon,dalam musyawarah tersebut sedang memperbincangkan rencana untuk mmembuat suatu kampung/desa/pedukuhan yang akan diberi Gebang Kinatar. Didalam musyawarah mendapat keputusan bahwa Emah Kuwu Cirebon untuk di tugaskan mencari tempat kesebelah timur yang ditemani oleh gadeknya yakni Embah Berai,adapun Sultan Cirebon dan Sunan Kalijaga,serta para Pinangeran ke daerah Lurah Agung Kuningan. Keberangkatan Embah Kuwu Cirebon Giran...
Di Indonesia sangat banyak kerajaan-kerajaan baik yang bercorak Islam, Hindu ataupun Buddha. Khusus untuk di pulau Jawa ada sebuah kerajaan setelah runtuhnya kerajaan Tarumanegara yang terletak di Jawa Barat yaitu kerajaan Sunda Galuh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu terakhir di Tatar Sunda. Yang merupakan sebuah kerajaan kombinasi dari dua kerajaan besar disunda, yaitu kerajaan Sunda dan Galuh Raya. Kerajaan Sunda Galuh didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah. Berdirinya Kerajaan Sunda serta “merdekanya” Kerajaan Galuh, sekaligus pula merupakan pertanda berakhirnya era kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Berbeda dengan Kerajaan Galuh, Kerajaan Sunda pada masa awal berdirinya sama sekali tidak pernah menga...
Dalam kebudayaan sunda ada yang disebut dengan pupuh yang berbentuk nyanyian, Pupuh adalah bentuk sastra sunda yang berbentuk puisi, yang memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu di setiap barisnya. ( guru wilangan, guru lagu, dan watek). Guru wilangan adalah jumlah engang (suku kata) tiap padalisan (larik/baris). Guru lagu adalah sora panungtung (bunyi vokal akhir) tiap padalisan. Sedangkan watek adalah karakteristik isi pupuh. Terdapat 17 jenis pupuh , masing-masing memiliki sifat tersendiri dan digunakan untuk tema cerita yang berbeda. Berikut ini adalah sifat-sifat pupuh, silahkan di simak · Asmarandana, bertemakan birahi, cinta kasih seseorang kepada kekasih, sahabat, maupun keluarga. · Balakbak, bertemakan lawak, banyolan tentang kehidupan sehari-hari. · Dandanggula, bertemakan ketenteraman, keagungan, ke...