Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
cerita rakyat Jawa Barat Cirebon
ASAL USUL KARANGMEKAR
- 6 Januari 2019
Asal Cerita Rakyat Desa Karangmekar,Kecamatan Karangsembung,Kabupaten Cirebon
Asal dari Desa Kubangkarang dan terwujud dari Desa Kubangkelor dan Desa Karangsembung Wetan.

Pada masa zaman Wali Sanga,Syeh Syarif Hidayatullah,Sultan Gunung Jati Cirebon,sebagai Imam Wali dan sebagai Penasihat Wali ialah Pangeran Cakra Buana alias Embah Kuwu Sangkan alias Embah Kuwu Cirebon.

Kisah pada suatu ketika di Keraton Cirebon sedang mengadakan musayawarah yang di hadiri oleh Sultan Kalijaga,para Pangeran Cirebon dan hadiri pula oleh Embah Kuwu Cirebon,dalam musyawarah tersebut sedang memperbincangkan rencana untuk mmembuat suatu kampung/desa/pedukuhan yang akan diberi Gebang Kinatar.

Didalam musyawarah mendapat keputusan bahwa Emah Kuwu Cirebon untuk di tugaskan mencari tempat kesebelah timur  yang ditemani oleh gadeknya yakni Embah Berai,adapun Sultan Cirebon dan Sunan Kalijaga,serta para Pinangeran ke daerah Lurah Agung Kuningan.

Keberangkatan Embah Kuwu Cirebon Girang yang disertai Embah Berai sambil menunggangi JaranArbapuspa /Kuda  Sembrani menuju kearah timur,dikarenakan keadaan masih hutan belantara maka dalam penelitian sangat hati-hati sebab untuk dijadikan suatu Pedukuhan/desa,dalam perjalanan Embah Kuwu Cirebon dan Embah Berai sampailah di suatu tempat,beliau melihat suatu Cahaya yang sangat menarik perhatian,setelah di telusuri terdapat dataran yang resik dan ada sebuah Kubang/Balong,kemudian Embah Kuwu Cirebon bersemedi,agar kelak di hari kemudian akan menjadi desa yang Aman Tentrem Loh Jinawi Kerto Raharjo,kaya orang rerawat miskin Ora Gegolet [Hidup Sederhana] setelah mendapatkan Rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa,Embah Kuwu dengan memandang yang jauh meyakinkan,bahwa tempat ini bisa dijadikan Pedukuhan/Desa,kemudian untuk tanda bukti dan ciri,Embah Kuwu Cirebon menancapkan Tongkat disebelah barat Kubangan dan Embah Kuwu bersama Embah Berai dengan menunggang Kuda/Jaran tersebut menuju Lurah Agung Kuningan dimana para Wali dan Pangeran menunggunya,kemudian Embah Kuwu Cirebon melaporkan hasil kerjanya kepada Sultan Cirebon,sambil menunjuk kearah utara dengan berbahasa jawa,KUH BANG ELOR ANA TEMPAT KANG BAGUS LAN RESIK KANGGO DI DAIAKEN PENDUKUHAN/DESA LAN WIS DI UPAI CIRI/tanda sebelah Kulon Kubang wis ditancepi tongkat.

Yang akhirnya di dalam musyawarah Sultan Cirebon tertarik dengan kalimat/pembicaraan Embah Kuwu Cirebon,maka minta persetujuan bahwa penduduk/Desa diberi nama''KUBANGKELOR'' mengambil kalimat dari KUH EBANG DINGIN KERSANING MAHA SUCI para wali dan para pinangeran sangat menyetujuinya untuk untuk diberi nama''KUBANGKELOR''.

Menurut cerita bahwa Tongkat Embah Kuwu Cirebon yang di tancapkan kersaning Yang Maha Kuasa lan Pemurah menjadi sebatang Pohon Gebang.

Yang selanjutnya di musayawarahkan untuk membuat pedukuhan/desa yang pantas untuk memeliharanya,akhirnya hasil musyawarah diserahkan kepada ke 4 orang anaknya Embah Kuwu Cirebon dengan nama masing-masing :

1.Sang Ratu Imas Geulis Anom
2.Pangeran Guru Maya,yang ditempatkan disebelah Girang dan Kawentar Hulu Dayeuh.
3.Pangeran Gegesang/Pangeran Maya Giri/Pangeran Panuhunan yang ditempatkan ditengah dayeuh.
4.Pangeran Sang Hyang Rancasan yang di sebut juga Pangeran Giri Laya[Pangeran Seberang Lautan]
   yang di tempatkan sebelah utara dengan Kawentar Birit Dayeuh.

Dalam melaksanakan membuat desa tersebut Empat bersaudara sangat bersatu bahu membahu dan dibantu oleh Masyarakat yang berdatangan berasal dari daerah Pasundan.Di dalam keputusan musyawarah seminggu sekali setiap hari Selasa di adakan musyawarah yang selalu dihadiri Embah Kuwu Cirebon Girang dan tidak ketinggalan dihadiri oleh Embah Berai yang selalu menunggangi Jaran Se,brani,dan di sebelah barat pohon Gebang di buat Istal/tempat Kuda dan sering di sebut dengan Blok erbang/Pagebangan[sebelah Timur menjadi Balai Desa sekarang] setelah menjadi Desa Kubangkelor  keadaan menjadi aman tentram kerta raharja banyak masyarakat berdatangan dari daerah Kuningan untuk menjadi warga Desa Kubangkelor.

Dengan singkat cerita setelah Wafatnya ke Empat Bersaudara yang dikebumikan di masing-masing tempatnya,selanjutnya dalam melanjutkan pemeliharaan Desa dilanjutkan oleh keturunannya.

Terlisah yang melanjutkan mengurus Desa Kubangkelor adalah Embah Buyut Warsi/Embah Buyut Gembeng,yang mempunyai dua anak laki-laki yang pertama Ki Buyut Bekong dan ditempatkan sebelah Selatan Laut sekarang Desa Ender,dan yang ke dua Ki Buyut Winangun yang ditempatkan di sebelah Selatan Jalan laut yang sekarang Desa Pangenan pada waktu itu sebagai Cantilan Desa Kubangkelor.

Kehidupan dan penghidupan masyarakat Desa Kubangkelor kebanyakan para petani yang di pimpin langsung oleh Embah Buyut Warsi/Embah Gembeng.

Terkisah sewaktu musim menanam Padi dan kebetulan saluran pengairannya bersatu dengan Tanah Sawah Desa Karangmalang sedangkan pesawahan rakyat Kubangkelor,yang berada di sebelah Utara yang sekarang Blok Putat.Rakyat Tani Desa Kubangkelor setiap mengairi sawahnya selalu diganggu oleh Ki Buyut Jasmiran/Buyut Karangmalang,sedangkan Ki Buyut Jasmiran tidak pernah mencari air ke girang yang akhirnya oleh masyarakat di laporkan kepada KiBuyut Warsi/Buyut Gembeng oleh karena rasa tanggung jawab kepada masyarakat demi kemajuan pertanian yang akhirnya Buyut Warsi turun tangan dan diperintahkan kepada para petani supaya mengairi sawahnya dan akan diawasi oleh Buyut Warsi,ternyata kketika rakyat Tani sedang mengairi sawahnya,maka oleh Ki Buyut Jasmiran saluran air kejurusan Blok Putat di tambaknya rapat-rapat dan airnya di alirkan semuanya ke tanah Desa Karangmalang setelah di ketahui atas perbuatannya Ki Buyut Jasmiran tersebut maka oleh Ki Buyut Warsi yang akhirnya terjadilah perkelahian antara ki Buyut Jasmiran dan Ki Buyut Warsi dikarenakan Ki Buyut Jasmiran tidak mengakui atas perbuatannya,pertarungan/perkelahian terjadi selama 7 hari 7 malam masing-masing mempunyai kekuatan kesaktian,kekuatan Ki Buyut Jasmiran betul-betul kuat totosan bojana,kulit tidak mempan dengan segala perkakas,adapun kekuatan Ki Buyut Warsi/Gembeng mempunyai ilmu Banyu Sakti,apabila terkena sabetan Golok/Pedang bila terkena mengeper atau lunak seperti kena benda Karet dengan kelihatan Ki Buyut Warsi setiap memukul/menyabetkan Pedang/Goloknya selalu satu tempat saja,dengan pemikiran sekalipun bagaimana kuatnya kalau di sabet satu tempat pasti hancur,maka ternyata Buyut Jasmiran menyerah kepada Ki Buyut Warsi/Gembeng,yang akhirnya Ki Buyut Jasmiran mengeluarkan kata-kata kepada anak cucunya/kepada rakyat Karangmalang jangan kamu berani kepada rakyat Desa Kubangkelor dan beliau terus permisi pulang setelah memberikan amanat,Ki Buyut Jasmiran tidak pulang ke rumahnya tapi terus berdiam di Gubugnya di sebelah Utara Karangmalang sampai pada Wafatnya dan sampai sekarang dinamakan Blok Jasmiran adapun Ki Buyut Warsi terus pulang kerumahnya yang berada di Blok Tengah Dayeuh/Blok Keramat sampai Wafat.

-Terkisah entah Kuwu ke berapa Kuwu Kubangkelor namanya Bapak Pasmen sampai tahun 1902

-Pada tahun 1914 Desa Karangsembung tidak dapat melunasi Pajak maka oleh Pemerintah Daerah di
 Mekarkan di bagi menjadi dua Desa sebelah Barat nama Desa Karangsembung Kulon dan sebelah Timur
 Desa Karangsembung Wetan yang menjabat bapak Ijang yang melunasi pajak waktu itu Desa Kubangkelor

Pada tahun 1918 di adakan pemilihan Kuwu Desa Karangsembung Wetan dan terpilihlah Bapak Ahmad Bodong,dan diberhentikan tidak hormat dikarenakan melanggar administrasi,kemudian oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon di tawarkan kepada Kuwu Karangtengah untuk menyelesaikan administrasi Desa Karangsembung Wetan akan tetapi tidak bersedia dan oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon di tawarkan kepada Desa Kubangkelor pada waktu itu Kuwunya bapak Natawijaya dan sanggup bersedia untuk menyelesaikan administrasi.Tahun 1920,Kuwu Natawijaya mengadakan musyawarah yang disaksikan oleh Kecamatan dan Kabupaten untuk menyatukan Dua Desa yaitu Desa Kubangkelor dengan Karangsembung Wetan diambil Kubang dan Desa Karangsembung Wetan diambil Karang dijadikan satu Desa menjadi Desa Kubangkarang,bapak Kuwu Natawijaya sampai tahun 1928 sebagai Kuwu.
Terus berganti Kuwu :

-Bapak Kuwu Durgi tahun 1928-1932
-Bapak Kuwu Sutawijaya tahun 1932-1941
-Bapak Kuwu Emon tahun1941-1945
-Bapak Kuwu Saptari tahun 1945-1947

Dalam tahun 1947 masa kedaulatan rakyat yang menjabat Kuwu adalah Bapak Abdurahman jabatan Jurutulis.

Dalam tahun 1947 Agresi Belanda kembali menjajah Indonesia,semuanya para aparat Pemerintahan Desa Kubangkarang Angkatan 1945 meninggalkan Desa dan turut serta berjuang dengan Tentara Keamanan Rakyat[TKR].

Pemerintahan Desa kembali dipimpin oleh Bapak Saptari,Perangkat Desa dalam tahun 1948 seorang Pejuang yang melawan Belanda brnama Bapak Jarsa setelah tertembak sehingga mati oleh pasukan patroli Serdadu Belanda,sewaktu sedang melakukan  ke Desa Kubangkarang.

Dalam tahun 1949 Pemerintah Kedaulatan Rakyat kembali merdeka,Pemerintah Belanda kembali kenegerinya dan Pemerintahan Desa Kubangkarang kosong pada saat itu,atas kebijakan Bapak Bupati Cirebon,menunjuk Bapak Abdurahman menjabat kembali untuk menyelesaikan administrasi Desa dan menyusun aparat Pemerintahan Desa,masyarakat desa mendukung pencalonan Kuwu tetapi Bapak Abdurahman tidak mau dicalonkan untuk menjadi Kuwu.

Pada tahun 1950 mengadakan pemilihan Kuwu desa Kubangkarang yang terpilih Bapak Kusba sampai tahun 1967,pada tahun 1967 mengadakan pemilihan Kuwu Desa Kubangkarang calonnya ada Tiga yaitu Bapak Kusba,Bapak Taryan,Bapak Warja,antara Bapak Kusba dan Bapak Taryan menang tipis beda satu saja yang dimenangkan oleh Bapak Taryan dari ABRI yaitu anggota CPM Cirebon.

Pada intinya : desa Karangmekar adalah Pamekaran Desa Kubangkarang
Batas dan Luas Wilayah
Desa Karangmekar,Kec.Karangsembung Kab.Cirebon
A.Luas Wilayah desa232.914 Ha/Km
B.Batas Wilayah
- Sebelah Utara : Desa Japura Kidul
- Sebelah Selatan : Desa Kubangkarang
- Sebelah Barat : Desa Sarajaya
- Sebelah Timur : Desa Karangmalang

Demikian kiranya bila ada kurang lebihnya mohon ma'af dan kami berharap untuk masyarakat Kubangkelor/Karangmekar patut bangga ternyata menurut sejarah Desa Kubangkelor adalah termasuk Desa yang menyimpan sejarah para leluhurnya yakni Prabu Kiansantang alias Embah Kuwu Cirebon Girang alias Eyang Cakrabuana alias Embah Kuwu Sangkan dan ditempati oleh keturunannya Para Pangeran Cirebon,harapan kami sebagai anak cucu dan keturunan jangan melupakan jasa beliau untuk senantiasa mengirimi do'a sebagai rasa penghormatan dan tali silaturahim baik dunia maupun talisilaturahim akhirat kang arane kirim Do'a. semoga Desa yang kita cintai mendapatkan Rhido Allah menjadi Desa kang Makmur seperti pada zaman para leluhur kita terdahulu.Amin
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya