Selain terkenal akan madu dan susu kuda liarnya, bagi warga Sumbawa, nama Minyak Sumbawa juga terkenal keampuhan dan khasiatnya untuk mengobati berbagai penyakit. Misalnya untuk menyembuhkan patah tulang dan kejantanan. Proses pembuatan Minyak Sumbawa sangat sakral yaitu hanya ada di bulan Muharram (kalender Islam) saja, alasannya agar minyak tersebut memiliki khasiat yang paten dan jika pembuatan minyak Sumbawa di luar bulan tersebut bisa saja berhasil, namun menurut warga, keampuhannya masih diragukan. Rangkaian proses pembuatan minyak sumbawa sangat sakral baik dalam memilih jenis dan jumlah kelapa hingga cara pembuatannya. Minyak ini hanya boleh dibuat oleh kaum lelaki tidak boleh ada campur tangan kaum perempuan. “ Jika perempuan yang buat diyakini akan merusak minyak atau santan yang direbus bersama dengan racikan ramuan tertentu tidak akan pernah bisa menjadi minyak,” ujar ken Samawa, warga Sumbawa. Selain itu, ada beberapa hal yang hany...
Mendengar kata terasi, pasti ibu Anda di rumah langsing berbinar-binar. Oleh karena itu, kalau bepergian ke Lombok, jangan lupa membawakannya oleh-oleh terasi lokal yang kelezatannya sudah tersohor. Photo by Detik-Travel Tidak semua toko oleh-oleh menjual terasi khas Lombok ini, oleh karenanya kalau ingin puas belanja terasi, Anda bisa pergi ke Amelia Oleh-Oleh Lombok atau pasar tradisional. Nah, salah satu pasar yang menjual terasi ini adalah Pasar Kamis di Desa Sukarara, Lombok Tengah. Photo by wikimedia, lomboktrade Dan jangan salah hari jika berkunjung ke pasar ini, karena sesuai dengan namanya hanya buka pada hari kamis saja! Bagi Anda yang penggemar masakan dengan bumbu sambal terasi, kelezatan terasi Lombok ini tidak perlu diragukan lagi dan biasanya digunakan untuk penyedap makanan dan campuran masakan khas Lombok seperti Ayam Taliwang, Nasi Balap Puyung, dan lain-lain. Photo by Migrationology, muhammadherifadli ...
artinya obat. Pa’i Piri artinya pahit. Ramuan ini adalah jamu bagi orang-orang Bima sejak dulu yang memiliki khasiat mengobati berbagai penyakit dan menambah nafsu makan. Sejak kecil saya juga sering dikasi ibu setiap pagi dan sore hari.Dulu , orang-orang yang menekuni profesi sebagai peramu obat ini cukup banyak, terutama kaum ibu. Namun sekarang,sudah jarang ditemukan ibu-ibu yang menjual “ Jamu Bima “ ini. Satu-satunya peramu dan penjual yang masih tetap menekuni adalah Nenek Sa’adiah atau akrab disapa Ina Dau(65 Thn) yang setiap dua kali seminggu selalu keliling kampung Sadia dan sekitarnya menjual Lo’i Pa’i Piri. Jamu Bima ini diramu dan diracik dari berbagai bahan yang bersumber dari akar, serat dan kulit pohon-pohon berkhasiat yang ada di pegunungan Bima. Beberapa di antaranya adalah Kulit pohon Duwet, Rope Konca, Rope Tula, (sorry, aku nggak bisa mentranslate dua kulit pohon itu, he he he). Disamping kulit pohon-pohon...
TNC. Ditengah maraknya obat kimia, obat tradisional ternyata tidak ketinggalan daya tariknya. Praja Keta misalnya, walaupun obat tradisional ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, sampai sekarang peminatnya masih tetap ada. Terbukti dengan masih banyaknya penjual Praja Keta di pasar ataupun di kampung. Duama Heyo, salah satu pembuat Praja Keta mengaku "Praja Keta ini masih banyak yang cari, yang buatpun masih banyak" akunya. Praja Keta merupakan obat tradisional yang berbentuk pil, bahannyapun sederhana, yaitu beras ketan hitam dan beras biasa yang dicampur dengan air. Walaupun bahannya sederhana, tapi tidak dengan khasiatnya. Praja Keta cocok untuk semua penyakit, baik penyakit yang berat maupun yang ringan seperti asma, kencing manis, penyakit mata, sariawan, dll. Duama Heyo menjelaskan bahwa "Praja keta ini cocok untuk semua penyakit, kalau panas dalam atau sariawam, tinggal kunyah 1 atau 2 biji, biasanya langsung sembuh" jelasnya. ...
Serbuk Kayu Songga , merupakan produk khas daerah Bima - Nusa Tenggara Barat yang digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Songga (nama ilmiah: Eurycoma longifolia) adalah kayu obat alami yang tumbuh di Pegunungan Bima, Dompu (Pulau Sumbawa) biasa juga disebut dengan Kayu " Bidara Laut" atau di daerah lain jenisnya disebut "pasak bumi" atau "tongkat ali". Songga/ Bidara Laut mengandung zat-zat : Logarin, Silikat, Styrikhnos, Mangan, Lemak, Zat Samak, Tembaga, Protein, Alkoloida / Strich in Bruin. Memiliki khasiat antara lain : Menurunkan kadar gula darah bagi penderita diabetes. Mengatasi asam urat Mengobati Impotensi Menambah gairah seksual Mengobati darah tinggi, darah kotor Mengobati Malaria Mengobati kurang nafsu makan Mengobati radang lambung, kurang nafsu makan, cacar air, badan lemah dan badan Panas Dingin...
Ufi adalah salah satu metode pengobatan tradisional dengan cara meniup sambil memegang bagian tiubuh yang sakit atau pun cedera. Biasanya metode ufi dilakukan pada bagian tubuh yang keseleo,patah, ketelan tulang ikan, atau bisul dan cacar. Banyak dikenal metode ufi terutama di desa desa yang masih dilakukan hingga saat ini. Sambil melakukan ufi biasanya Sando atau dukun membacakan mantra mantra. Ada yang membacakan mantra yang sama sekali tidak dimengerti, ada juga yang melakukan ufi dengan membacakan ayat ayat suci Alquran. Beberapa mantra yang pernah saya catat untuk ufi anak anak yang demam adalah "Wadi Madi Manikam " entah apa artinya. Mantra mantra ufi biasanya tidak diberikan sembarangan karena berkaitan prosesi yang sakral. Biasanya untuk mendapatkan mantra mantra itu dilakukan dengan prosesi " Donggo Ilmu " atau serah terima ilmu sesuai kesepakatan dengan sando sebagai guru. Tetapi ada juga sando yang memberikan mantra mantra itu untuk kepentingan penelitian seperti yang...
1. Sebelumnya rencanakan dahulu bersama suami, kira2 dalam bulan tersebut hendak berapa kali campur? Misalnya direncanakan hendak 7 kali campur. Maka harus komitmen bersama suami benar2 7 kali. 2. Perhatikan tanggal campur tersebut hendaknya berada pada tanggal2 di antara sepekan sebelum dan setelah hari ke 14 dihitung dari hari pertama haid (termasuk tanggal ke 14 hari karena itu masa ovulasi wanita). Misal, tanggal hari pertama datang bulan adalah tanggal 3, maka tanggal untuk kita rencanakan campur bersama suami adalah yang utama hari ke 14, yaitu tanggal 17. Kemudian 3 hari berikutnya berada pada tanggal2 sepekan sebelum tanggal 17 dan 3 hari berikut berada pada tanggal2 sepekan sesudah tanggal 17 dengan jarak selang satu hari. Jadi total tanggal rencana campur dengan suami apabila 7 kali adalah 11,13,15,17,19,21 dan 23. Maksud selang sehari agar sperma juga bisa matang. Tanggal tersebut dianjurkan untuk ditaati. Tanggal2 selebihnya untuk beristirahat membiarkan per...
Di bumi Lombok, dahulu kala hiduplah seorang Raja. Baginda Raja memiliki sepasang lelampak (sandal) dari lendong kao (kulit kerbau). Sandal kanan berasal dari kulit kerbau jantan dan sandal kiri berasal dari kulit kerbau betina. Kedua sandal itu merupakan suami istri. Sang suami disebut Papuq mame (nenek laki-laki), sedang sang istri disebut Papuq Ki ne (nenek perempuan). Karena takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, sepasang lelampak itu bisa bercakap-cakap, walaupun percakapan mereka hanya bisa didengar dan dimengerti oleh mereka berdua. Pada suatu malam, Baginda Raja melepas lelampak itu dan meletakkannya di bawah tempat tidur. Jika telah dilepaskan oleh Baginda Raja, sepasang lampak itu mulai khawatir. Lebih-lebih jika sedang musim hujan, Baginda Raja selalu menggunakan lelampak itu ke mana pun beliau pergi. Menurut beliau, lelampak lendong kao inilah yang dipandang paling kuat dan paling tahan terhadap air. Oleh sebab itu Baginda selalu memakainya dan sangar menyayanginya. S...
Alkisah, hiduplah sebuah keluarga dengan seorang anak lelakinya bernama I Karma. Setiap fajar menyingsing, Pan Karma (ayah I Karma) dan I Karma selalu pergi ke ladang mereka yang letaknya di tepi sebuah hutan. Sesampai di ladang, keduanya berpisah. Pan Karma langsung mengambil cangkul dan mulai mencangkul ladangnya, sedangkan I Karma meneruskan perjalanannya ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar. Setelah siang, I Karma akan kembali ke ladang untuk makan siang yang dibawa oleh Men Karma (ibu I Karma). Apabila hari telah sore, mereka pun pulang. Begitulah kegiatan keluarga itu setiap harinya. Setelah tanaman ladang yang berupa padi ladang berumur empat bulan, maka tibalah waktu untuk mengetam. Men Karma yang selalu menghitung hari sejak padi mulai ditanam hingga telah berumur empat bulan pun bertanya kepada suaminya, “Pak, kapankah kita akan mulai mengetam?” “Dua hari lagi,” jawab Pan Karma. Dua hari kemudian, sebelum fajar menyingsing, Men Karma...