Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Lombok
Kisah Sandal Kulit Kerbau
- 17 November 2018

Di bumi Lombok, dahulu kala hiduplah seorang Raja. Baginda Raja memiliki sepasang lelampak (sandal) dari lendong kao (kulit kerbau). Sandal kanan berasal dari kulit kerbau jantan dan sandal kiri berasal dari kulit kerbau betina.

Kedua sandal itu merupakan suami istri. Sang suami disebut Papuq mame (nenek laki-laki), sedang sang istri disebut Papuq Ki ne (nenek perempuan). Karena takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, sepasang lelampak itu bisa bercakap-cakap, walaupun percakapan mereka hanya bisa didengar dan dimengerti oleh mereka berdua.

Pada suatu malam, Baginda Raja melepas lelampak itu dan meletakkannya di bawah tempat tidur. Jika telah dilepaskan oleh Baginda Raja, sepasang lampak itu mulai khawatir. Lebih-lebih jika sedang musim hujan, Baginda Raja selalu menggunakan lelampak itu ke mana pun beliau pergi. Menurut beliau, lelampak lendong kao inilah yang dipandang paling kuat dan paling tahan terhadap air. Oleh sebab itu Baginda selalu memakainya dan sangar menyayanginya.

Setiap malam, jika lelampak itu telah dilepas dan diletakkan di bawah kolong tempat tidur, datanglah seekor tikus yang mengintipnya. Maklumlah, kulit binatang apa saja yang baru terendam air akan mengeluarkan bau yang sangat digemari oleh tikus. Hal inilah yang sangat dikhawatirkan oleh lelampak jantan.

“Puqen!” demikian biasanya lelampak jantan memanggil istrinya.

“Ya…!” sahut lelampak betina.

“Jika begini terus keadaannya setiap malam selalu terus diintip oleh tikus yang kelaparan itu, akhirnya kita akan menjadi mangsanya. Bagaimana kalau kita memohon kepada Yang Maha Kuasa agar kita dijadikan sepasang tikus?”

“Jika kemauanmu begitu aku menurut saja” jawab istrinya

“Kalau demikian, mari kita berdoa bersama agar Tuhan menjadikan kita sepasang tikus. Kalau kita menjadi tikus, tikus-tikus yang lain pasti tidak berani mengganggu kita. Dengan demikian semua sisa-sisa makanan yang ada di dapur istana dapat kita kuasai berdua.”

Mereka pun mulai berdoa.
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami sepasang tikus…”

Atas kekuasaan Tuhan, sepasang lelampak itu berubah menjadi dua ekor tikus yang besar. Sepasang tikus itu sangat disegani oleh tikus-tikus yang lain. Apabila tikus-tikus lain mencari makan, maka dikejar-kejar oleh mereka. Begitulah kejadiannya setiap hari. Hal itu membuat Baginda Raja yang sedang tidur dengan permaisurinya sering terganggu karena gaduh yang dibuat oleh tikus-tikus itu. Baginda Raja kemudian mengutus pengawalnya untuk mencari kucing agar dapat menangkap tikus-tikus itu.

Cukup banyak kucing yang dilepas oleh pengawal di atas loteng. Sudah banyak pula tikus-tikus yang dimangsa kucing-kucing itu. Sepasang tikus besar penjelmaan lelampak itu pun mulai khawatir.

“Puqen… aku khawatir sekali dengan ganasnya kucing-kucing yang dilepas untuk menangkap kita. Kita pun nanti pasti dibunuhnya. Bagaimana pendapatmu jika kita memohon kepada Tuhan agar kita dijadikan kucing saja?” kata tikus jantan kepada istrinya.

“Terserah… aku hanya menurut saja” jawab istrinya.
“Jika demikian mari kita berdoa bersama agar kita menjadi sepasang kucing.”

Kali ini pun Tuhan mengabulkan permohonan mereka. Sepasang tikus itu kini berubah menjadi sepasang kucing. Di atas loteng, kucing-kucing lainnya diserang. Sementara tikus-tikus sudah tidak ada yang berkeliaran lagi. Sudah tidak ada lagi yang mengganggu Baginda Raja kala beliau sedang istirahat.

Sejak saat itu, sepasang kucing jelmaan itu sering keluar masuk kamar Baginda Raja. Sepasang kucing itu kini menjadi binatang kesayangan sang permaisuri karena bulunya yang bagus dan ekornya yang panjang.

Namun ada suatu hal yang menggelisahkan sepasang kucing itu. Jika Baginda Raja pergi berburu, yang selalu dibawa serta adalah anjing berburunya. Hal itu yang membuat sepasang kucing itu merasa iri. Mereka beranggapan menjadi anjing pemburu itu lebih enak.

Mereka kemudian bersepakat memohon kepada Tuhan agar dijadikan sepasang anjing pemburu yang disegani. Permohonan itu pun dikabulkan. Kini keduanya telah berubah menjadi sepasang anjing pemburu yang sangat gagah. Telah beberapa kali mereka bersama Baginda Raja pergi berburu ke hutan Sekaroh.

Suatu ketika, mereka berhasil menangkap dua ekor kijang besar. Setelah digigitnya, sang Raja lalu melepaskan anak panahnya sehingga kijang itu jatuh tergeletak ditanah. Betapa senang hati Baginda dan berjanji akan memberi kedua anjing pemburu itu daging menjangan.

Setelah cukup lama mereka menjadi sepasang anjing pemburu, mereka pun mulai mengeluh. Kesempatan keluar kandang kini jarang diperoleh. Mereka merasa dipingit, tidak bebas seperti anjing-anjing yang lain. Anjing jantan itu mengeluh pada istrinya.

“Istriku… makan dan minum kita memang terjamin, tetapi kebebasan kita seakan tergadai. Lagi pula kalau kita punya kesempatan keluar, anjing-anjing yang lain seperti iri dan memusuhi kita. Kalau berjumpa dengan manusia, ada saja yang memukul, melempar dan sebagainya. Bahkan, yang tidak senang kepada anjing kadang-kadang ingin membunuh kita…” kata anjing jantan itu.

“Puqen… bagaimana kalau kita memohon untuk dijadikan Raja saja?” sambung anjing jantan. “Bukankah Baginda Raja sudah tua dan sudah terlalu lama memerintah? Oleh karena itu, sebaiknya kita memohon kepada Tuhan agar kita menjadi manusia. Setelah itu kita dirikan Kerajan baru di tempat lain yang lebih besar dan megah dari Kerajaan ini.”

Seperti biasa istrinya selalu menurut saja atas rencana-rencana suaminya. Akhirnya, mereka berdoa kepada Tuhan agar dijadikan sepasang manusia. Permohonannya dikabulkan, merekapun berubah menjadi sepasang manusia suami istri.

Kemudian, di suatu tempat mereka mulai berusaha mencapai cita-citanya, yakni ingin menjadi raja besar yang menguasai seluruk Bumi Lombok. Mereka membangun sebuah istana yang mengah. Banyak orang yang menjadi pengikutnya. Keberadaan kerajaan baru itu sampai juga ke telinga Baginda Raja lama, dan terdengar desas-desus bahwa kerajaan baru itu akan menyerangnya.

Berita yang merisaukan Baginda Raja lama memang benar-benar terbukti setelah beliau memerintahkan para pengawalnya untuk menyelidiki kerajaan baru yang diperintah oleh seorang Raja yang bergelar Papuq Mame yang sedang menyiapkan penyerangan.

Baginda Raja kemudian memerintahkan untuk menyerang lebih dulu sebelum diserang oleh bala tentara, Papuq Mame. Akibat serangannya yang mendadak itu, Kerajaan Papuq Mame menjadi kacau balau, pasukannya kocar kacir, terburai melarikan diri. Untunglah Papuq Mame tidak sampai terbunuh. Ia dan istrinya bersembunyi di hutan menyelamatkan diri.

Papuq Mame menjadi sakit hati karena kekalahannya itu. Istrinya menyarankan sebaiknya mereka menyamar sebagai orang biasa dan mengabdi kepada kerajaan yang lama. Namun sang suami tak menyetujui usul itu, dan ia mendesak istrinya agar menyetujui usulnya memohon kepada Tuhan agar mereka bisa dijadikan Tuhan.

Dengan terpaksa sang istri menyetujui kekerasan hati suaminya. Keduanya kemudian menengadahkan tangan, memohon kepada Tuhan.

“Ya, Tuhan… jadikanlah kami sepasang Tuhan…!” namun begitu kalimatnya selesai, seketika Papuq Mame dan istrinya berubah kembali ke asalnya yaitu sepasang sandal (Lelampak Lendong Kao).

Permintaan mereka menjadi Tuhan memang sangat keterlaluan sekali. Akibatnya mereka jadi rugi sendiri. Demikianlah dongeng yang memberikan pelajaran kepada kita bahwa orang yang tamak (serakah) akan mendapatkan kerugian akibat keserakahannya. Keberhasilan sebaiknya diperoleh dengan kerja keras bukan hanya berkhayal.

 

 

Referensi:

  1. Indotim (https://indotim.wordpress.com/cerita-rakyat-nusantara-2/cerita-rakyat-nusantara-iv/31/)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline