https://www.si.edu/object/tablecloth-6-napkins:nmnhanthropology_13001750?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001750
https://www.si.edu/object/batik-kain:nmnhanthropology_13001695?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001695
https://www.si.edu/object/batik-kain:nmnhanthropology_13001695?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001695
https://www.si.edu/object/batik-napkin:nmnhanthropology_13001710?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001710
https://www.si.edu/object/batik-kain-panjang-or-furnishing-fabric:nmnhanthropology_13001644?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001644
Ilmu Antropologi mengenal teori sistem simbol yang diperkenalkan oleh Clifford Geertz, seorang Antropolog Amerika. Dalam bukunya yang berjudul Tafsir Kebudayaan (1992), Geertz menjelaskan makna dibalik sistem simbol yang ada pada suatu kebudayaan. Geertz menyatakan bahwa sistem simbol yang merefleksikan suatu kebudayaan, dapat diinterpretasikan dengan menggunakan sistem makna (System of Meaning). Jadi bila ingin menginterpretasi sebuah kebudayaan dapat dilakukan dengan menafsirkan sistem simbolnya. Demikian juga dengan kesenian sisingaan dari Subang yang tak bisa dipisahkan dari simbol boneka singa yang biasanya ditunggangi anak-anak dalam pertunjukannya. Dalam sejarahnya, sisingaan merupakan simbol kebencian warga Subang terhadap kapitalis perkebunan dari Belanda dan Inggris yang mendapat proteksi pihak pemerintah kolonial (Kurnia,2003). Ketika itu, kaum kapitalis dari Inggris mendirikan sebuah perusahaan perkebunan swasta bernama P & T Lands (Pamanoekan en Tjiasemlanden). Per...
Situs Rumah Adat Cikodang terletak di Kampun Cikodang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Rumah Adat Cikondang berada di ketinggian 1022 mdpl dengan luas lahan 3 hektar dan luar bangunan 60 meter. Rumah Adat Cikondang adalah satusatunya rumah yang tersisa dari peristiwa kebakaran besar pada perkampungan adat pada tahun 1942. Usia Rumah Adat Cikondang diperkirakan sekitar 205 tahun, pemilik Rumah Adat Cikondang adalah Anom Samsa. Asal usul kata Cikondang sendiri menurut kuncen di sekitar rumah adat adalah ketika di daerah tersebut ada mata air yang ditumbuhi pohon besar, kemudian dikenal dengan pohon cikondang. Oleh karena pohon kondang tersebut dekat dengan mata air atau dalam bahasa sunda disebut sebagai "ci", maka perpanduan nama mata air dan pohon kondang yang kelak menjadi kampung, yaitu kampung Cikondang. Kegiatan-kegiatan saat ini yang dilaksanakan di Rumah Adat Cikondang salah satunya adalah ritual utama di rumah adat yang di...
Goong Renteng merupakan salah satu jenis gamelan khas masyarakat Sunda yang sudah cukup tua. Paling tidak, goong renteng sudah dikenal sejak abad ke-16, dan tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat. Istilah " goong renteng ” merupakan perpaduan dari kata “ goong ” dan “ renteng ”. Kata ‘goong’ merupakan istilah kuno Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata ‘renteng’ berkaitan dengan penempatan pencon-pencon kolenang (bonang) yang diletakkan secara berderet/berjejer, atau ngarenteng dalam bahasa Sunda. Jadi, secara harfiah goong renteng adalah goong (pencon) yang diletakkan/disusun secara berderet (ngarenteng). Goong renteng memiliki dua macam laras; ada yang berlaras salendro dan ada yang berlaras pelog. Peralatannya terdiri dari kongkoang, cempres, paneteg, dan goong. Kongkoang (alat musik berpencon), cempres (alat musik bilah), dan goong diklasifikasikan sebagai idiofon; sementara paneteg (semacam kendang) diklasifikasikan sebagai membranofon. Ditinjau dari cara memainkannya...
Salah satu upacara adat sunda yang menarik adalah reuneuh mundingeun. Reuneuh mundingeun adalah upacara adat sunda yang dilakukan apabila terdapat perempuan yang mengandung lebih dari 9 bulan, bahkan sampai 12 bulan dan belum melahirkan . Pada adat ini, peempuan yang hamil tersebut disebut reuneuh mundingeun. Perempuan yang hamil ini diibaratkan munding atau kerbau bunting. Tujuan dari upacara adat ini adalah agar perempuan yang hamil tersebut segera melahirkan dengan selamat, dan supaya dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pelaksanaan upacara ini yaitu perempuan yang hamil tersebyt dikalungi kolotok dan dituntun oleh dukun ( tenaga tradisional ahli bayi dan anak ). Kemudian perempuan ini, dituntun menuju kandang kerbau sambil dibacakan doa dan sambil dituntun, perempuan yang hamil tersebut harus menirukan tingkah kerbau seperti bunyinya dan diiringi oleh anak-anak yang membawa cambuk. Setelah itu, maka akan dimandikan ,setelah selesa mandi maka selesai pulalah upacara in...