Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_CRB2013_TRK_32 ROTASI GAMBAR 90�LKK_CRB2013_TRK_32 1 / 58StartStop Manuskrip Puslitbang Lektur - Kementrian Agama RI Copyright © 2020 Kementrian Agama RI. Supported By Web Design Jakarta
Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_CRB2013_TRK_33 ROTASI GAMBAR 90�LKK_CRB2013_TRK_33 1 / 23StartStop Manuskrip Puslitbang Lektur - Kementrian Agama RI Copyright © 2020 Kementrian Agama RI. Supported By Web Design Jakarta
Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_CRB2013_TRK_34 ROTASI GAMBAR 90�LKK_CRB2013_TRK_34 1 / 85StartStop Manuskrip Puslitbang Lektur - Kementrian Agama RI Copyright © 2020 Kementrian Agama RI. Supported By Web Design Jakarta
Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/web/ Logo Kemenag RI LKK_CRB2013_TRK_35 ROTASI GAMBAR 90�LKK_CRB2013_TRK_35 1 / 46StartStop Manuskrip Puslitbang Lektur - Kementrian Agama RI Copyright © 2020 Kementrian Agama RI. Supported By Web Design Jakarta
Dahulu kala berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja muda yang bijaksana. Kerajaan Sumedang Larang namanya. Kerajaan Sumedang Larang terletak di daerah Sumedang, Jawa Barat sekarang. Kerajaan Sumedang Larang memiliki alam yang subur dan makmur. Rakyat tidak pernah mengalami kelaparan. Rakyat hidup damai dan tentram di bawah pimpinan raja muda yang adil bijaksana. Di kerajaan Sumedang Larang berdiri sebuah gunung bernama Gunung Gede. Gunung tersebut memiliki hutan yang lebat, tanah yang subur dan air yang mengalir berlimpah. Di suatu hari, tiba-tiba ada suara gemuruh menggelegar disertai tanah goyang yang cukup kuat. Rakyat Sumedang Larang sontak merasa keget. Mereka lari berhamburan keluar rumah menuju tempat terbuka. Usut punya usut, ternyata suara gemuruh tersebut berasal dari gunung Gede yang tampaknya akan meletus. Rakyat Sumedang Larang yang tinggal di kaki Gunung Gede merasa cemas dengan keadaan ini. Mereka segera berkemas dan...
Hadro adalah salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang, merupakan perpadua antara budaya Parsi (Timur Tengah) dengan budaya Priangan. Kesenian ini diiringi oleh tabuhan rebana, tilingtik, kempring, kompeang, bangsing, terompet dan bajidor (beduk kecil). Sementara lagu-lagunya merupakan gubahan dari karya Syeh Jafar Albarjanji, yang lebih dikenal dengan Kitab Barjanji. Selain tabuhan dan lagu, Hadro juga dibarengi dengan tarian yang gerakannya sangat didominasi oleh gerakan pencak silat (penca). Para penari yang jumlahnya sekitar 40 orang itu berpakaian kampret putih dan bercelana hitam, serta menggunakan totopong (ikat kepala), layaknya pemain silat. Yang membedakannya, para penari Hadro selalu menggunakan selendang berwarna merah. enurut catatan para penggerak kesenian Hadro, kesenian ini diciptakan sekitar tahun 1917 oleh K.H. Ahmad Sayuti, K.H. Sura, dan Pak Sastra, yang berasal dari Tanjung Singuru, Samarang Garut, untuk tu...
Kue cincin ini juga disebut kue ali agrem. Mengapa dinamakan kue cincin mungkin karena dari bentuknya menyerupai cincin. Kue yang merupakan panganan khas Cianjur, Jawa Barat ini yang biasa disajikan hanya hari tertentu, biasanya setiap kali hajatan seperti mantenan (kawin) dan hari Raya kue ini tersedia. Tapi saat ini tidak begitu gampangnya kita mendapatkan kue ini. Mungkin karena prosesnya yang sedikit memakan waktu, tidak ringkas seperti halnya kue lain. Bahan: 300 gram tepung ketan 75 gram tepung beras kelapa parut (yang masih muda) garam 250 ml air Minyak untuk menggoreng 125 gram gula merah 50 gram gula pasir 50 ml air Cara Membuat: Campur tepung ketan, tepung beras, kelapa parut dan garam. Beri air, lalu aduk dan campur sampai adonan bisa dibentuk. Ambil 1 sendok adonan, lalu bentuk bulat. Bulatkan tengah adonan dengan ujung jari sampai berlubang. Goreng dalam minyak panas sampai kuning kecokelatan. Angkat dan tiriskan. Panas...
Upacara adat Nyangku yaitu upacara membersihkan benda-benda pusaka seperti pedang, keris, golok, dan sebagainya. Nama Nyangku berasal dari bahasa Arab ?yangko? artinya membersihkan. Nyangku merupakan lambang pembersihan yang diperagakan melalui kegiatan membersihkan benda-benda pusaka seperti pedang, keris, golok, dan sebagainya keturunan Panjalu dan lambang kebanggan emosional antar sesama keturunan Panjalu, hubungan antar manusia, serta kesadaran sesama keturunan Nabi Adam AS, cikal bakal manusia. Benda-benda pusaka tersebut peninggalan Raja Panjalu yaitu yang bernama Sanghiyang Prabu Boros Ngora. Pelaksanaan upacara Nyangku dilaksanakan setahun sekali pada bulan Maulud tanggal 17 pada hari Kamis atau Senin dimaknai untuk menjalin silaturahmi ukuwah islamiah, khususnya warga keturunan Panjalu, umumnya bagi kita semua sebagai umat muslim.Bukan sekedar menggumuli barang peninggalan para pendahulu, melainkan memperingati perjuangan para pendahulu.
https://www.si.edu/object/lurik:nmnhanthropology_13001762?edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001762