Konon, pada jaman dahulu kala, rusa tidak mempunyai tanduk. Justru anjinglah yang mempunyai tanduk panjang dan bercabang-cabang. Pada suatu ketika, musim panas yang sangat panjang tiba, sehingga hampir semua sungai menguap airnya hingga kering. Semua hewan merasa kehausan dan juga kelaparan karena rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya tidak dapat tumbuh. Kehausan dan kelaparan juga dialami oleh sepasang rusa. Mereka pergi mencari air dengan menyusuri bukit, dan lereng-lereng gunung. Dan akhirnya setelah mencari cukup lama mereka pun menemukan sebuah sungai yang masih ada airnya. Selain sepasang rusa tersebut, sudah ada banyak hewan-hewan lain yang juga berada di situ. “Setelah sekian lama kita mencari, baru sekarang kita menemukan air. Lihatlah, sudah banyak binatang lain yang berkumpul disini.”, kata rusa jantan kepada rusa betina. Rusa betina kemudian memalingkan pandangannya ke segala penjuru. “Iya, memang tempat ini sudah ramai dipenuhi oleh binatang lainnya y...
Istana Raja Mori terletak di atas bukit kurang lebih 25 m dari permukaan laut dengan luas lokasi 960 m2. Istana ini terdiri dari bangunan induk dan anak bangunan dibangun diatas pendasi beton ukuran tinggi maksimum 1,17 m dan minimum 1,08 m dari muka tanah.Secara administrasi rumah bekas Istana Raja Mori ini terletak di desa Kolonedale Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Propinsi Sulawesi Tengah. Dari kajian-kajian yang bersumber dari peninggalan leluhur yang didukung dengan kepustakaan yang ada, diketahui bahwa Kerajaan Wita Mori adalah kerajaan persemakmuran yang terdiri dari gabungan Kerajaan-Kerajaan/Wilayah Otonom yang mempunyai pimpinan sendiri-sendiri. Walaupun demikian, bahasa, adat istiadat serta silsilah Raja-Raja/Pemimpin yang pernah menduduki jabatan dapatlah diketahui bahwa mereka berasal dari satu keturunan ratusan tahun yang silam. Ikatan kekeluargaan ini yang merupakan pengikat solidaritas yang mendorong lahirnya kerajaan persemakmuran untuk membangun secara bersam...
Kerajaan Banggai klasik telah ada dan dikenal sekitar abad ke 13 M dengan nama Benggawi, di era kejayaan Kerajaan Mojopahit dibawah pimpinan Prabu Hayam Wuruk (1351-1389), dimana kerajaan Banggai saat itu telah menjadi bagian dari kerajaan Mojopahit, sebagaimana disebut pada seuntai syair dalam buku Nagara kertagama karya Mpu Prapanca. Dalam struktur Kerajaan Banggai klasik menurut Dr.Alb.C.Kruyt dalam studinya De Vorsten van Banggai, Kerajaan Banggai kala itu dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Adi yang tinggal di Linggabutun yang terletak digunung Bolukan (sekarang Padang Laya) dan empat orang yang merupakan suatu dewan penasehat bagi Adi dan diberi gelar Tomundo Sangkap yang masing-masing mempunyai kekuasaan tertentu.Mereka inilah sejatinya pendiri Kerajaan Banggai. Secara berturut-turut disebut empat orang Adi yang memerintah sebelum Adi Lambal Polambal memerintah. Adi Lambal Polambal menjadi raja terakhir fase Kerajaan Banggai klasik. Selama ia memerintah sering terjadi pers...
Museum Neg. Prop. Sulawesi Tengah , Palu Openingstijden: Senin - Sabtu 08:00-17:00 Plaats: Palu Provincie: Sulawesi Tengah Land: &...
Sumber : Arsip Kota Palu ( https://4.bp.blogspot.com/) Jembatan Palu IV atau Jembatan Ponulele adalah sebuah jembatan yang menjadi landmarknya Provinsi Sulawesi Tengah. Nama Ponulele diambil dari Gubernur Sulawesi Tengah Aminuddin Ponulele. Bahkan masyarakat lokal meyebutkan jembatan ini dengansebutan Jembatan Palu IV karena jembatan ini merupakan jembatan ke empat di kota Palu. Jembatan yang baru diresmikan pada tahun 2006 ini berada di Teluk Talise menghubungkan Palu Timur dan Palu Barat. Jembatan Ponulele memiliki panjang utama 250 m, dan lebar 7,5 m, dengan titik tertinggi lengkungan jembatan 20,2 m. jembatan yang berwarna kuning ini merupakan jembatan dengan lengkungan pertama di Indonesia serta ketiga di Dunia setelah Jepang dan Prancis. Landmark lain yangberada di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Tugu Nosarara Nosabatutu, Taman Nasional Lore Lindu, dan Danau Poso. Sumber : http://albantanipro.blogspot.com/2016/03/landmark-atau-ikon-setiap-provins...
Tradisi Palu Nomoni sudah lama lenyap sejak kedatangan Guru Tua Habib Idrus bin Salim Al Jufri, kini hidup kembali. Sebelum bencana alam gempa dan tsunami melanda Kota Palu, Jumat (28/09/2018), banyak warga yang menghadiri kegiatan festival kebudayaan Palu Nomoni di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah. Para warga hadir di pantai tersebut untuk menyaksikan kegiatan Balia yang memang sudah lama hilang. Kegiatan Balia merupakan kegiatan yang sudah lama hilang dan ingin dihidupkan kembali. Balia sendiri dahulu digunakan untuk mengobati orang sakit menggunakan mantra dan dilakukan oleh orang yang ahli. Menurut Andi Ahmad, budaya ini baru dihidupkan kembali sejak 2016, biasanya menggunakan sesajen, seperti menghanyutkan makanan ke laut, dan hewan ternak seperti kambing. “Biasanya untuk mengobati orang sakit menurut cerita dahulu, identiknya sih dengan sesajen,” kata Andi Ahmad, saat dimintai keter...
Rumah Souraja Jika rumah Tambi dipergunakan hanya bagi masyarakat dari semua golongan di Provinsi Sulawesi Tengah saja, beda lagi dengan rumah adat dari Souraja. Banua Mbaso atau yang juga kerap disebut juga Banua Oge atau yang sangat lebih sering dikenal dengan nama Souraja adalah rumah tradisional tempat tinggal bagi turun temurun untuk keluarga bangsawan. Souraja ini pertama kali dibangun oleh Raja Palu, Jodjokodi, pada tahun 1892. Souraja yang saat pertama kali dibuat terebut, masih dapat dilihat pada saat ini yakni berada di tengah pusat kota Kaledo (Palu)- Sulawesi Tengah. Kata Souraja (Sou Raja) bisa diartikan rumah besar, dan merupakan pusat pemerintahan kerajaan dari masa lampau, dapat dikatakan sebagai rumah tugas dari manggan atau raja. Selama bertugas, raja beserta dengan keluarganya tinggal di sini. Rumah panggung ini juga adalah paduan arsitektur gaya Bugis (Sulawesi Selatan) dan Kalimantan Selatan, dimana mempunyai 36 buah tiang penyangga pada rumah bagian...
Hujan yang tidak pernah turun beberapa bulan ini membuat ribuan hektar sawah milik warga di lima desa di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengalami kekeringan. Para tetua adat di Kabupaten Sigi pun turun tangan dengan melakukan ritual adat minta hujan atau Mora’akeke . Ratusan warga dari Desa Oloboju, Bora, Sidera, Soulove dan Vatunonju di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mulai berdatangan untuk menyaksikan pelaksanaan ritual Mora’akeke . Ratusan warga dari Desa Oloboju, Bora, Sidera, Soulove dan Vatunonju di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mulai berdatangan untuk menyaksikan pelaksanaan ritual yang digelar pada awal September 2015 lalu. Ritual ini bertujuan memohon kepada Tuhan untuk meredupkan sinar matahari yang menyebabkan kemarau panjang sekaligus menambah deras air Sungai Vuno yang mengering. Di tepian Sungai Vuno, berbagai perlengkapan ritual prosesi adat Mora’akeke d...
Kota Palu yang berada tepat di tengah-tengah pulau . Pada awalnya peadaban to-Kaili terletak di pegunungan yang mengintari laut Kaili (saat itu kata Palu belum digunakan, karena lembah Palu masih berupa lautan) yang terdiri dari beberapa Kerajaan lokal. to-Kaili juga terdiri dari beberapa subetnik Kaili diantaranya To-Sigi, To-Biromaru, To-Banawa, To-Dolo, To-Kulawi, To-Banggakoro, To-Bangga, To-Pakuli, To-Sibalaya, To-Tavaili, To-Parigi, To-Kulavi dan masih banyak lagi subetnis Kaili lainnya. To-Kaili mendiami hampir seluruh seluruh Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigimautong. Selain itu to-Kaili juga mempunyai beberapa dialek diantaranya dialek Ledo, Rai, Tara, Ija, Edo/Ado, Unde, dan lain-lain. an dari semua dialek, dialek Ledo merupakan dialek yang umum di gunakan. Semua dialek Kaili merupakan dialek yang dibedakab dari kata "sangkal", karena semua jenis dialek Kaili mengandung pengrartian "tidak". Kaili sendiri kon...