Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang bernama desa Sakra tepatnya di daerah Lombok Timur. Hiduplah seorang laki-laki yang baik hati, dermawan, taat beribadah serta mempunyai impian yang besar untuk menyempurnakan agamanya yakni menunaikan rukun Islam yang kelima, dia ingin sekali pergi ketanah suci Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Orang tersebut bernama Ali. .Ali sangat disenangi oleh masyarakat sekitar Karena kebaikan hatinya dan kedermawanannya serta dia juga rajin membantu orang yang sedang dalam kesulitan.. Masyarakat sekitar,Keluarga dan Kerabat dekat yang ada disekitarnya seringkali memperingati Ali agar mengurungkan niatnya untuk pergi ketanah suci Makkah, karena pada zaman dahulu belum ada pesawat, orang-orang yang pergi Haji ketanah suci Makkah menggunakan Kapal layar yang menggunakan bahan bakar LANGAS (Langas dalam bahasa sasak berarti arang), dimana denga kapal tersebut mereka akan melewati b...
Tersebutlah sebuah cerita tentang seorang pemuda bernama Raga Dundang yang mempunyai kerbau sebanyak seratus tiga puluh ekor. Kerbau yang terbesar bernama si Pendok dan yang paling kecil diberi nama si Pendek Gendang. Kerbau-kerbau itu sering digembalakan oleh Raga Dundang di sebuah gunung yang terkenal dengan nama Gunung Tela. Akibat dari seringnya kerbau-kerbau itu mendatangi Gunung Tela, maka di salah satu bagian lereng gunung itu terbentuk sebuah alur yang dari kejauhan tampak bagaikan sebuah sungai yang membelah gunung. Sedangkan apabila kerbau-kerbaunya ingin berkubang, maka Raga Dundang akan membawa mereka ke sebuah muara sungai yang berada di pantai yang bernama Selong. Di sanalah kerbau-kerbau itu minum dan berkubang sepuas-puasnya. Setelah puas berkubang, Raga Dundang kemudian akan menggembalakan mereka ke sebuah padang rumput yang bernama Panoq. Padang rumput yang berada di Desa Rembitan ini dipilih karena letaknya yang relatif dekat dengan muara jika dibandingkan...
Tersebutlah sebuah ceritera tentang seorang anak yang bernama Rare Sigar. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga sebagai anak tunggal. Pada suatu hari ibu dan ayahnya mandi bersama-sama di suatu tempat. Masing-masing telanjang bulat. Tiba-tiba seorang tua muncul di hadapan mereka dan bertanya: “Rupanya istrimu sedang mengidam, mengapa kalian mandi bersama?” “Lho, dengan siapa aku harus mandi?” “Dengan siapakah kau membuat anakmu itu? “Tentu saja sendiri. Bila ada orang lain turut serta, tentu saja kubunuh.” “Benarkah itu?” “Ya, benar!” Dengan demikian pergilah orang tua itu. Setelah tiba waktunya lahirlah bayi yang dikandung itu. Tetapi ia lahir dalam keadaan berbadan sebelah! Setelah anak itu bisa berjalan, anak itu bermain-rnain mencari teman. Setelah didatangi, anak-anak yang lain pada berlari. Dernikianlah setiap anak yang dikunjungi lari ketakutan. Akhirnya a...
Tersebutlah seorang raja yang bernama Datu Pejanggiq. Ia terkenaI sangat berani, bertampang gagah dan juga amat sakti. Ia berkulit putih kuning, terkenal adil dan bijaksana. Ia juga sangat terkenal dengan kesaktiannya karena memiliki suatu benda keramat yang bernama Gumala Hikmat. Di samping itu Datu pejanggiq amat gemar memikat kerata, yaitu sejenis ayarn hutan yang mempunyai suara yang amat nyaring Datu Pejanggiq, mempunyai seorang permaisuri, yang bernama Puteri Mas Dewi Kencana. Puteri itu adalah seorang puteri jelita dari Raja Kentawang. Dari permaisuri itu ia memperoleh seorang putra. Sifat dan perilaku dan tampaknya sarna dengan’- Datu Pejanggiq, sehingga dia pun sangat dikasihioleh masyarakat, di sarnping oleh ayahanda dan ibunya sendiri. Pada suatu ketika Datu Pejanggiq berangkat ke hutan Lengkukun ‘untuk “menangkap burung kerata. Ia diiring oleh patih Batu Bangka. Tiba-tiba hujan pun turun dengan lebatnyadi...
Pada zaman dahulu pada sebuah dusun di Kecamatan Pujut, tinggal sepasang suami-isteri dengan dua orang anak. Anak yang terbesar, seorang perempuan bernama Tempiq-Empiq, sedang adiknya masih kecil. Mata pencaharian keluarga ini hanya mencari kayu bakar di hutan yang letaknya tidak jauh dari pondok mereka. Setiap hari Amaq (ayah) Tempiq-Empiq pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, dan setelah kembali lalu menukarnya dengan kebutuhan pokok lainnya. Setiap hari ketika Amaq Tempiq-Empiq akan pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, ia berpesan pada isterinya, “Inaq (ibu) Tempiq-Empiq, kalau nasi sudah masak, tinggalkan aku keraknya. Akan kumakan setelah kembali dari hutan.” Inaq Tempiq-Empiq pernah memberitahu suaminya bahwa anak-anak mereka, terutama si Tempiq-Empiq, juga senang sekali memakan kerak. Karena itu ia menyarankan agar kerak nasi itu sebaiknya diberikan kepada anak-anak. Namun saran itu tak pernah diperhatikan oleh suaminya. Ia tet...
Di Desa Lantung Aimual tinggal gadis cantik yang bernama Lala Ila. Lala Ila sejak kecil sudah ditunangkan dengan Lalu Mangi, meskipun sudah ditunangkan sejak kecil keduanya sampai besar tidak mengetahuinya. Suatu hari, Lalu Mangi mendengar cerita tentang kecantikan Lala Ila. Lalu Mangi penasaran akan kecantikan Lala Ila. Lalu Mangi mengajak pembantunya Salampe untuk membuktikan kecantikan Lala Ila. Singkatnya, Lalu Mangi mohon pamit pada Bapak dan Ibunya akan pergi Aimual. Akhirnya berangkatlah mereka ke Desa Aimual. Lalu Mangi kemanapun perginya selalu didampingi oleh Salampe. Salampe adalah anak angkat Radan Mangi. Salampe adalah orang kepercayaan keluarga Radan Mangi. Salampe kerjanya setiap pagi memandikan kuda, membersihkan kandang, menyabit rumput, memperbaiki kebun, dan mengambil kayu. Salampe bertugas melayani dan menemani Lalu Mangi bepergian. Itulah pekerjaan Salampe di rumah Radan Mangi ayah Lalu Mangi. Bapak dan ibunya memberi tahu bahwa di sana juga ada pamannya ya...
Ramuan tradisional yang diturunkan dari leluhur kita telah terbukti khasiatnya selama berabad-abad. Sayangnya Produk tersebut terkadang hilang dan terlupakan dengan semaraknya berbagai macam produk kecantikan yang baru. Padahal, Produk tradisional dari leluhur menggunakan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari serta relative murah. Dari sejarah kita belajar, nenek moyang kita punya ‘Produk-Produk’ mempertahankan kecantikan dan kelembutan kulit. Bahkan hingga saat ini, Produk-Produk leluhur masih dipertahankan meski dalam kemasan yang sudah modern. hampir semua daerah punya Produk kecantikan, warisan dari para leluhur. Demikianpun dengan daerah Bima NTB, punya warisan Produk kecantikan sendiri. Menurut pemaparan para tetua di daerah bima yang sempat diwawancarai, bahwasanya banyak Produk kecantikan yang digunakan oleh orang-orang terdahulu, namun sekarang sudah jarang dipakai atau digunakan kembali. Resep-resep itu sebenarnya cukup seder...
Lo'i (obat) pakombo merupakan salah satu dari sekian banyaknya obat tradisonal masyarakat Bima yang berbentuk cair. Bahan pembuatannya pun cukup sederhana dan mudah didapatkan seperti beras tiga macam (putih, hitam dan merah), dan rempah seperti cabai jawa, cengkeh, jahe dan juga kelapa muda. Cara pembuatannya cukup mudah Pertama-tama haluskan rempah-rempah dan campurkan dengan air lalu saring. Selanjutnya, beras tiga macam yang sudah ditumbuk halus disangarai hingga berwarna kecoklatan. Selanjutnya campur air yang berisi rempah-rempah dan beras yang sudah disangarai, lalu masak hingga matang. Terakhir campurkan kelapa muda yang sudah diserut. Lo'i pakombo dapat diminum atau dimakan. Lo'i pakompo memiliki khasiat sebagi obat untuk menghangatkan badan dan mengobati panas dalam. Namun, sekarang obat ini sudah jarang ditemukan di kalangan msyarakat karena banyak orang yang sudah beralih ke obat-obatan yang modern dan instan.
Ncuna doro (Bawang Putih Gunung) merupakan tumbuhan obat-obatan masyarakat Bima untuk obat luar atau olesan. Pembuatannya sangat mudah, Ncuan Doro yang sudah dibersihkan kulit dan daunnya diparut hingga menutupi bagian permukaan parut. Selanjutnya pisahkan serat Ncuna Doro dari parut dan langsung dibalutkan pada luka. Ncuna Doro bermanfaat untuk mengobati luka bakar ringan atau berat agar mempercepat proses pembentukan kulit baru. Obat ini masih dijumpai dikalangan masyarakat Bima yang hidup di daerah pegunungan saat musim hujan, reaksinya pun tergolong lebih cepat dibandingkan obat medis.