Ada satu hal yang saya kenang ketika syawalan dikampung halaman saya yaitu Kutupat. Menurut H.J. de Graaf dalam Malay Annal dikutip dari historia.id menyatakan "Ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Demak yang dipimpin Raden Patah awal abad ke-15. De Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat dari janur berfungsi untuk menunjukkan identitas budaya pesisiran yang ditumbuhi banyak pohon kelapa. Warna kuning pada janur dimaknai oleh de Graff sebagai upaya masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur". Ketupat memang umum ada di setiap rumah saat hari raya, seperti yang dikatakan diatas. Ketupat terdapat dibeberapa makanan khas daerah Indonesia seperti kupat tahu, ketoprak, sate, soto dan laksa. Namun, ada budaya unik yang mengikutsertakan ketupat. Ya, menggantung ketupat diatas pintu dan diatas meja makan. Hal ini saya saksikan langsung ketika Mbah saya masih ada. Beliau selalu menyisihkan ketup...
Pintu Gerbang Kaputren Majapahit terletak di Desa Rendole kecamatan Margorejo kabupaten Pati. Merupakan salah satu situs cagar alam yang berupa Pintu Gerbang yang terbuat dari kayu jati. Menurut kepercayaan penduduk setempat pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Konon keberadaanya ada kaitan dengan Sunan Muria. Kisah balik dari gerbang ini memiliki beberapa versi yang beredar. Cerita berawal dari Raden Kebo Nyabrang yang tidak diakui ayahnya Sunan Muria. Sejak kecil ia diasuh oleh kakeknya. Sebagai syarat agar diakui sebagai anaknya, Raden Kebo Nyabrang harus membawa pintu gerbang Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur menuju Gunung Muria,Kudus dalam waktu satu malam. Yang mana pintu gerbang itu akan dijadikan pintu gerbang Masjid di Gunung Muria. Di satu sisi di padepokan Sunan Ngerang, terdapat salah seorang muridnya yang bernama Raden Ronggo yang ingin menyunting putri Sunan Ngerang, yang bernama Roro Pujiwat. Roro Pujiwat mau diperistri apabila Raden Ronggo...
Pernah denger mengenai kain Lurik? Eh, bukan. Bukan lirik tapi lurik. Kenalan yuk, dengan kain lurik. Lurik merupakan nama kain, kata lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa, lorek yang berarti garisgaris, yang merupakan lambang kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan maupun dalam pembuatan namun sarat dengan makna (Djoemena, Nian S., 2000). Selain berfungsi untuk menutup dan melindungi tubuh, lurik juga memiliki fungsi sebagai status simbol dan fungsi ritual keagamaan. Motif lurik yang dipakai oleh golongan bangsawan berbeda dengan yang digunakan oleh rakyat biasa, begitu pula lurik yang dipakai dalam upacara adat disesuaikan dengan waktu serta tujuannya. Nama motifnya diperoleh dari nama flora, fauna, atau dari sesuatu benda yang dianggap sakral. Motif lurik tradisional memiliki makna yang mengandung petuah, cita-cita, serta harapan kepada pemakainya. Namun demikian saat ini pengguna lurik semakin sedikit dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu. Perajinnya pun dari waktu...
Penjelasan Tari Ebeg Tari Kuda Lumping ialah salah satu tari tradisional yang ada di Jawa, yang mempertunjukkan sekumpulan prajurit yang menunggangi kuda. Masyarakat di Jawa Tengah dan Yogya biasa menyebutnya tarian ini dengan sebutan Jathilan atau Jarang Kepang. Kuda yang ditunggangi terbuat dari bahan baku bambu atau bahan lainnya yang dipotong dan diayam membentuk seperti kuda. Dengan dipercantik menggunakan rambut buatan di kuda tersebut dengan tali rapia yang dikepang. Lalu kuda tersebut diberi warna untuk menambahkan kesan yang indah dengan cat serta kain yang beraneka warna. Tarian ini umumnya sekedar mementaskan adegan tentara berkuda, namun dari beberapa penampilannya mempersembahkan atraksi kesurupan, kesaktian, serta kemampuan ghaib. Seperti pertunjukan memakan beling dan kekuatan badan terhadap siksaan pecut. Apabila diamati tempo Tari Kuda Lumping ini sepertinya gambaran semangat kepahlawanan dan segi kemiliteran pada masa dahulu yakni pasukan kavaleri (kh...
Selat solo adalah sebuah hidangan khas Jawa yang memiliki pengaruh hidangan Eropa dan berasal dari kota Solo , Jawa Tengah . Makanan ini terdiri dari daging sapi has luar yang direbus dalam kuah encer yang terbuat dari bawang putih , cuka , kecap manis , kecap Inggris , air serta dibumbui dengan pala dan merica . Makanan ini kemudian disajikan dengan telur rebus dan sayur-sayuran seperti buncis , kentang , tomat , selada , mentimun , kol atau brokoli dan wortel , serta ditaburi keripik kentang dan ditambahkan sedikit moster atau mayones di sampingnya. Walaupun memiliki nama selat solo yang mengacu kepada " salad ", bagian utamanya berupa daging sapi (umumnya has luar) menjadikan hidangan ini ti...
Goa Semar merupakan salah satu goa yang terletak di kompleks kawasan Telaga Warna, Dieng, Kabupaten Wonosobo. Telaga warna sendiri merupakan salah satu destinasi wisata yang menjadi andalan daerah tinggi Dieng. Goa Semar berukuran lebih kurang 4m² yang di dalamnya terdapat ruangan yang digunakan untuk bertapa. Di dalam objek wisata Goa Semar masih terdapat aura spiritual dan magis yang kuat memancar karena memang ditujukan sebagai tempat ritual bersemedi untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Menurut cerita penjaga, banyak orang-orang penting dan raja-raja yang bersemedi di tempat tersebut sejak zaman dahulu. Di dalam goa tersebut terdapat patung semar, sajen, dan bunga-bungaan. Namun, untuk masuk ke dalam goa tersebut tidak bisa sembarangan karena ada pagar besi yang menghalangi pengunjung untuk masuk ke dalam goa. Pelarangan tersebut dilakukan karena goa dianggap sakral dan tidak boleh dimasuki sembarangan orang yang tidak berkepentingan. Menurut mitos yang beredar, goa...
Cabai sudah menjadi salah satu buah yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang merasa belum lengkap jika belum menambahkan sambal atau cabai di hidangannya. Jenis cabai yang umum dikenal antara lain cabai rawit dan cabai keriting. Namun, ada satu jenis cabai yang tidak begitu dikenal, yaitu cabai gendol. Cabai ini banyak ditemukan di ketinggian sekitar 6.802 kaki kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Cabai gendot tumbuh dengan sangat subur di kawasan Dieng sehingga cabai gendot juga sering disebut dengan cabai Dieng. Cabai gendol mempunyai bentuk yang cukup tambun untuk ukuran cabai, tetapi tidak terlalu panjang. Ukuran cabai yang disebut juga cabai setan ini lebih kecil dari paprika. Bila dibandingkan dengan buah, cabai gendol ini bisa berukuran sebesar buah kedondong. Kulitnya lebih tebal dibandingkan jenis cabai lainnya. Warna buahnya bervariasi, mulai dari hijau, merah kekuningan, hingga merah menyala. Tanaman bernama latin c...
Apakah Jamu itu? Jamu adalah sebutan orang Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan. Jamu telah dikenal sejak zaman nenek moyang sebelum farmakologi modern masuk ke Indonesia. Oleh karenanya, banyak resep racikan jamu sudah berumur ratusan tahun dan digunakan secara turun temurun sampai saat ini. Tidak ada data yang pasti mengenai kapan pertama kali istilah "jamu" digunakan oleh orang Indonesia. Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah "jamu" berasal dari bahasa Jawa Kuno "Jampi" atau "Usodo" yang berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan maupun doa-doa dan ajian-ajian. Pada abad pertengahan (15-16 M), istilah usodo jarang digunakan. Sebaliknya istilah jampi semakin popular diantara kalangan keraton. Kemudian sebutan "jamu" mulai diperkenalkan pada publik oleh "dukun" atau tabib pengobat tradisional. Pemanfaatan jamu diyakini telah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun sejak...
Bahan baku yang berkualitas adalah modal pokok dalam membuat racikan obat herbal yang manjur. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih simplisia bahan baku obat herbal yaitu aroma, warna, rasa, kandungan kimia maupun sifat fisiologisnya. Simplisia sendiri dapat berasal dari berbagai bagian dari tanaman, yaitu daun, batang, akar, bunga, buah, biji, maupun herba (pengunaan keseluruhan tanaman). Simplisia dapat digunakan dalam bentuk segar maupun dikeringkan terlebih dahulu . Daun (folium) Daun merupakan simplisia yang paling umum digunakan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional. Simplisia daun dapat digunakan dalam bentuk segar maupun kering. Pemetikan daun dapat dilakukan saat daun masih muda (daun teh, beluntas) dan dapat dilakukan pada daun tua (daun sirih, daun jati belanda, daun ungu). Daun yang masih muda memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga proses pengeringan dilakukan secara perlahan dan juga perlu diperhatikan pengolahan pasca panen karena daun muda ma...