Bahan-bahan 10 ekor udang ukuran sedang (cincang2) 2 buah tahu putih 200 gram tepung tapioka / kanji 1 sdm tepung terigu 1 batang daun seledri dan daun bawang 1 sdt garam secukupnya minyak goreng Bumbu Halus : 4 siung bawang merah 2 siung bawang putih Bahan Cuko : 500 ml air 200 gram gula merah 2 sdm gula pasir 4 siung bawang putih 10 buah cabe r...
Bahan-bahan 150 gram ikan potong sigaru 2 siung bawang putih 2 siung bawang merah 1 butir telur ayam 65 ml santan kara secukupnya garam 1/2 sdt lada secukupnya minyak goreng 250 gram tepung tapioka(saya pakai rose brand) secukupnya air Langkah Haluskan ikan dengan bawang putih (saya pakai blender) Iris bawang merah,...
Bahan-bahan kakap fillet kerok ambil dagingnyaa tepung sagu (saya pakai merk pak tani) bawang putih haluskan telur ayam (saya pakai telur ayam kampung) air putih secukupnya garem secukupnya kaldu jamur santen kara (sedikit untuk pempek adaan) daun bawang rajang (untuk adaan) eloo (extra light olive oil sedikit) Langkah Campur ikan,garem,kaldu,bawang putih,air, aduk sampai kalis ...
Bahan-bahan bahan ragit : 1/2 kg terigu 1 butir telur ayam secukupnya Penyedap secukupnya Air bahan kuah : 4 ekor udang cincang (me: tiger 31-35), soalnya gede jd irit 3 siung Bawang putih 4 siung bawang merah 7 buah cabe rawit/keriting (dimix boleh aja) 1 butir kemiri 1 ruas kecil lengkuas 2 lembar daun salam secukupnya Serai 120 ml santan 700 ml...
Asal Daerah/Kota: Palembang Propinsi: Sumatera Selatan Deskripsi: Ditemukan pertama kali oleh M. Batenburg tanggal 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Sumatera Selatan, di tepi sungai Tatang. Berbentuk batu tulis dengan dimensi 45 X 80 cm. Kontributor: Dulsini Isi Prasasti: Teks (bahasa Melayu Kuno): svasti ÅrÄ« ÅakavaÅÅÄtÄ«ta 605 (604 ?) ekÄdaÅÄ« Åu klapakÅa vulan vaiÅÄkha dï¬ï¬apunta hiya nÄyik di sÄmvau mangalap siddhayÄtra di saptamÄ« ÅuklapakÅa vulan jyeÅÅ£ha dï¬apunta hiya maÅlapas dari minÄnga tÄmvan mamÄva yamï¨ vala dualakÅa dangan ko- duaratus c...
Bahan-bahan 2 gelas santan 3 lembar daun jeruk purut 2 batang serai (saya skip krn ga ada stok) 1 sdt bubuk kunyit 1,5 gelas tapioka/kanji 1,5 gelas tepung terigu 1,5 gelas gula pasir 1 sachet ragi instan (fermipan/saf/mauripan) 5 butir telur 50 gram (3 sdm) mentega/margarin cair Sejumput garam Langkah Rebus santan, daun jeruk purut, serai dan bubuk kunyit sampai mendidih. Aduk te...
Alkisah, tersebutlah seorang raja bernama Ratu Ageng yang menikah dengan seorang Dewa Kahyangan. Mereka tinggal di langit dan telah dikaruniai dua orang putra, yaitu Raden Kuning dan Raden Alit, serta seorang putri bernama Dayang Bulan. Ketiga anak raja tersebut saling menyayangi satu sama lain. Raden Kuning dan Raden Alit adalah orang yang sakti mandraguna. Sejak kecil hingga dewasa, mereka berguru berbagai macam ilmu kesaktian kepada Nenek Dewi Langit. Setelah hampir dua puluh tahun menjalani kehidupan di Langit, Ratu Ageng merasa rindu ingin kembali ke Bumi. Oleh karena itu, ia bermaksud mengajak seluruh keluarganya pindah ke Bumi. “Wahai, permaisuri dan anak-anakku! Entah kenapa, tiba-tiba Ayah merasa rindu pada tanah kelahiran Ayah. Ayah ingin sekali kembali ke bumi dan hidup di sana. Apakah kalian merasa keberatan jika Ayah mengajak kalian turut serta ke Bumi?” tanya Ratu Ageng. “Tentu tidak, Ayah! Aku akan ikut bersama Aya...
Alat musik burdah atau biasa dikenal dengan gendang oku. Burdah termasuk alat musik khas Sumatera Selatan. Burdah ini secara fisik, menyerupai alat musik rebana. Burdah berasal dari bahan kayu dan juga kulit binatang. Bahan kayu yang digunakan biasanya adalah kulit pohon nangka. Jika dibandingkan dengan rebana, ukuran burdah jauh lebih besar. Sumber: trafficblog.info Alat musik tradisional ini seringkali dimainkan pada acara – acara adat istiadat dan berperan sebagai alat musik ritmis. Cara memainkan burdah. Gendang oku adalah dengan ditepuk menggunakan telapak tangan. Bagian yang dipukul yaitu tepat pada bagian kulit membrannya. Sumber : http://macamalatmusik.blogspot.com/2017/08/burdah-alat-musik-tradisional-khas.html
Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Selatan Monumen Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya ini terletak di sebelah utara lapangan Merdeka, di hadapan Museum Subkoss Garuda Sriwijaya. Salah satu tujuan di bangunnya Monumen Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya ini adalah untuk melestarikan nilai-nilai juang dan kepahlawanan para pejuang kemerdekaan pada masa revolusi fisik tahun 1947-1949. Pada waktu itu Kota Lubuklinggau merupakan pusat Pemerintahan sipil dan Pusat Komando Tertinggi TNI untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan yaitu Sub Komando Sumetara Selatan (Subkoss). Monumen ini dibangun pada tahun 1986 oleh pemerintah Kabupaten Musi Rawas atas prakarsa Gubernur KDH TK.I Sumsel H. Sainan Sagiman, dan diresmikan dengan ditandai penandatanganan Prasasti Monumen oleh Gubernur KDH TK.I Sumatera Selatan H.Sainan Sagiman pada tanggal 13 Februari 1987. Sumber : https://situsbudaya.id/museum-subkoss-garuda-sriwijaya-sumatera-selatan/