Kandoleng adalah jenis hantu perempuan berbaju putih yang punggungnya belubang. Hantu ini mirip dengan kuntilanak di tanah Jawa. Kandoleng kerap menjelma sebagai momok menakutkan di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Suaranya yang khas, membuat siapa pun merasa takut. Ketika isu tentang maraknya Kandoleng beredar, maka anak-anak kecil tidak diperbolehkan keluar malam oleh orang tua mereka. Mereka hanya dibiarkan bermain di luar sampai sore. Karena mereka takut, Kandoleng akan memangsa anak mereka. Kemunculan kandoleng lumrahnya di pohon-pohon berbatang besar dan berdaun lebat. Sumber: https://www.jpnn.com/news/10-hantu-paling-menyeramkan-di-sulawesi-selatan?page=5
Tradisi aru Anggaru Tradisi ini merupakan ikrar atau ungkapan sumpah setia. Tradisi ini biasanya dilakukan dalam upacara adat, kegiatan pemerintah, maupun penyambutan tamu-tau kehormatan. Ritual ini menyampaikan makna simbolis kalau tamu yang berkunjung akan dijamin keselamatannya selama berada di derah ini. sumber: http://kepercayaanlokal2018saa4bkelompok4.blogspot.com/2018/04/tradisi-aru-anggaru-gowa-makassar.html #SBJ
Pada mulanya, istana kerajaan bantaeng di sebelah barat langgar (mesjid) kampung letta’. Istana awal yang bernama ballak ri kasoreang menghadap ke laut. Setelah karaeng butung mangkat, dalam buku Andi M Akmar ( lih. Mappatan, 1995: 17) anaknya yang bernama karaeng panawang yang menggantikannya memindahkan istana dari kasoreang ke kalimbaung pada tahun 1913. Istana Balla kalimbaung tidak lagi menghadap ke laut, tetpi berubah menghadap ke utara serta membenahi sebagaimana layaknya istana kerajaan tua Sulawesi selatan. Bentuk dasar istana kerajaan bantaeng yang di pindahkan dari kalimbaung ke letta (ballak lompoa) tahun 1913 merupakan bentuk kontruksi dasar rumah bugis Makassar, rumah panggung. Seperti yang terlihat pada istana kerjaaan bantaeng ballak lompoa, kontruksi terdiri dari beberapa bangunan induk dan bangunan tambahan pada kedua sisinya yaitu ballak Kananga (sisi kanan) dan sonrong (sisi kiri). Ban...
Sulawesi selatan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang mempuyai 24 kabupaten dan kota, terbagi atas berapa suku dan bahasa, meskipun demikian banyak yang menjadi dasar patokan kebudayaan yang ada di Sulawesi selatan. Adapun suku-suku tersebut adalah suku bugis, Makassar dan toraja yang paling terkenal dan mempunyai bahasa, bugis, Makassar, toraja dan kojo. Dari berbagai cara inilah yang menjadikan Sulawesi selatan mempunyai banyak keanegaragaman. Selain bahasa, suku, dan yang mencakup kebudayaan adapula rumah adat yang mempunyai makna yang sangat mendalam bagi masyarakat. Rumah adat merupakan bangunan asli di daerah tersebut khususnya Sulawesi selatan. Rumah adat balla lompoa salah satunya adalah rumah adat suku bugis dan Makassar yang membedakan keduanya adalah pemaknaan dan filosofi dari rumah adat di setiap daerah. Di bantaeng ada rumah adat yang paling terkenal yakni balla lompoa tetapi adapula yang...
Kajang merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten bulukumba provinsi Sulawesi selatan. Bulukumba dari kota Makassar berjarak kurang lebih 140 km, kecamatan kajang terbagi beberapa desa yang desa tersebut terdapat sebuah komunitas kajang yang mendiami wilayah tersebut. Komunitas ini menolak keras yang namanya modernisasi, tidak ada penerangan listrik dan alat-alat yang di anggap modern. Oleh karena ini banyak yang meningingkan untuk mengunjungi tempat tersebut di karenakan untuk penelitian ataupun yang lainnya. Berbicara tentang komunitas ini banyak yang menjadi pertanyaan di sebabkan karena mindset (pemikran) masyarakat sekang yang tidak percaya akan adanya komunitas yang belum modernisasi. Di komunitas ini mempunyai 2 hukum yakni hukum adat dan hukum Negara, serta di hukum adat mempunyai 9 pasal yang harus dijalankan untuk kehidupan meraka. Komunitas ini merupakan komunitas yang menjaga alam sert...
Rambu Solo’ adalah salah satu upacara adat yang sangat besar di Tana Toraja. Suku yang ada di sini akan melakukan upacara pemakaman secara besar-besaran. Upacara rambu solo biasanya memerlukan persiapan hingga bertahun-tahun bagi mereka yang kurang mampu. Bagi yang berasal dari bangsawan persiapan akan berlangsung selama beberapa bulan saja. Pada upacara ini, keluarga akan melakukan penyembelihan banyak sekali kerbau. Hewan ini biasanya didapatkan dengan harga mahal sehingga tidak jarang rambu solo’ memerlukan dana hingga miliaran rupiah. Sumber: https://www.boombastis.com/pemakaman-unik-indonesia/78979
Berbicara mengenai Masjid Taqwa Tompong, Tentu tak terlepas dengan nilai sejarah perkembangan Islam di Butta Toa itu sendiri. Untuk mengetahui perkembangan Agama Islam di Butta Toa, maka tak salah jika Masjid Taqwa Tompong, yang terletak di Jalan Bete-bete No 11 kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng ini, menjadi salah satu pilihan referensi kita menyelusuri perkembangan islam di Kabupaten ini. Tak hanya itu, kita juga bisa menjadikan wisata spritual. Memasuki Masjid ini, kita akan disamput dengan dua gapura. Gapura ini berbentuk setengah lingkaran.Di dalam mesjid, mata kita akan terpesona dengan relief kuno serta kaligrafi yang diukir di sejumlah sudut masjid ini. Mesjid kuno ini, memiliki atap yang berbentuk tumpang tiga dan berwarna Merah ,Khas bangunan jaman dulu, yang juga mirip atap Masjid Agung Demak. Tak hanya itu, masjid yang didirikan Tahun 1885 ini, dengan panjang sekitar 31 Meter ,serta le...
Wai daun kawa adalah minuman berwarna merah kecoklatan hasil rebusan daun kopi dari daerah Duri Kabupaten Enrekang. Rasanya hambar, justru masyarakat Duri meyakini khasiatnya untuk menambah stamina dalam bekerja di kebun. Para bapak-bapak di daerah ini sehabis sholat subuh di masjid akan berkumpul disalah satu rumah warga untuk menyeduh wai dun kawa. Biasanya jumlah mereka sebanyak 5 orang hingga berlebih. Mereka duduk di beranda rumah lengkap dengan pakaian baju kokoh dan sarung menunggu pagi menjelang sembari bercerita perihal pertanian dan kondisi masyarakat. Memandangi hamparan perkebunan dan gunung di Desa. Setelah itu mereka akan ke rumah masing-masing bersiap-siap berangkat ke kebun. Daerah duri memang terkenal sebagai penghasil kopi di Provinsi Sulawesi Selatan, ada salah satu kopi yang sangat terkenal hingga manc...
Lampa’ adalah wadah atau alat pengambilan air tradisional yang masih digunakan pada tahun 1900-an di Tanah Duri khususnya di Desa Baroko Kec. Baroko Kab.Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Lampa’ masih digunakan sebelum masuknya wadah-wadah penampungan air modern seperti ember plastik dan aluminium atau cara pengambilan air menggunakan mesin. Anak-anak dan orang tua berbondong-bondong mengambil air dari sungai atau mata air . Air tersebut digunakan untuk memasak, mencuci dan memenuhi kebutuhan primer lainnya. Lampa’ terbuat dari bambu petung yang memiliki 3 ruas. Ruas 1 tidak dilubangi tetapi ruas ke 2 dan 3 dilubangi. Ruas ke 3-lah pintu masuknya air. Bambu petung dikuliti hingga licin agar tidak melukai kulit. Setelah itu masyarakat akan mengisi dengan air dan membawanya dengan cara di letakan di depan badan, ujung bambu yang dilubangi diletakkan pada bahu dan sedikit dimiringkan.