|
|
|
|
BALLA LOMPOA BANTAENG #SBM Tanggal 26 Nov 2018 oleh Jabaltaqwa . |
Pada mulanya, istana kerajaan bantaeng di sebelah barat langgar (mesjid) kampung letta’. Istana awal yang bernama ballak ri kasoreang menghadap ke laut. Setelah karaeng butung mangkat, dalam buku Andi M Akmar ( lih. Mappatan, 1995: 17) anaknya yang bernama karaeng panawang yang menggantikannya memindahkan istana dari kasoreang ke kalimbaung pada tahun 1913. Istana Balla kalimbaung tidak lagi menghadap ke laut, tetpi berubah menghadap ke utara serta membenahi sebagaimana layaknya istana kerajaan tua Sulawesi selatan.
Bentuk dasar istana kerajaan bantaeng yang di pindahkan dari kalimbaung ke letta (ballak lompoa) tahun 1913 merupakan bentuk kontruksi dasar rumah bugis Makassar, rumah panggung. Seperti yang terlihat pada istana kerjaaan bantaeng ballak lompoa, kontruksi terdiri dari beberapa bangunan induk dan bangunan tambahan pada kedua sisinya yaitu ballak Kananga (sisi kanan) dan sonrong (sisi kiri). Bangunan tambahan yang di sebut ballak Kananga terdiri dari dua petak (lontang) berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu, sedangkan sonrong berfungsi untuk menerima kalangan bangsawan (karaeng) dan suro yang dulu di gunakan untuk musyawarah adat sampulo rua (adat dua belas) dengan raja untuk membahas masalah pemerintahan (Andi M Akmar : 2007, 171)
Seperti lazimnya bangunan istana bugis-makassar seperti saoraja (istana luwu) dan ballal lompoa (gowa) ballak lompoa memiliki atas segitiga yang pada depannya di beri babangan induk dengan anjungan dari kayu yang berbentuk kepala naga. Sementara bubungan bagian belakang di beri anjungan dari kayu berbentuk ekor naga (ibid). alasan utama yang mengangkat naga dan kaki naga di balla lompoa adalah karena naga merupakan hewan yang paling tinggi derajatnya dan jika di kaji dari riset yang dilakukan dari berapa tahun lalu karena pedagang dari cina yang datang ke bantaeng di daerah sungai calendu yakni lembang cina, kedatangan dinasti min ke bantaeng membawa akulturasi yang sangat baik untuk masyarakat tersebut (Kr dode : wawancara : 2018, 24).
Bangunan induk memiliki empat buat tangga, yaitu a) tangga yang bersandar pada lego-lego menuju pintu utara bangunan induk, menghadap kedepan serah dengan badan dan rumah b) tangga yang bersandar pada bangunan tambahan menghadap ke depan c) tangga yang terdapat di balla Kananga (pendopo) d) tangga yang berada di bagian belakang bangunan induk. Keempat tangga ini mempunyai anak tangga gasal. Tiang-tiang bangunan induk bersegi delapan. Bangunan induk terbagi empat petak (lontang) petak paling depan tidak mempunyai jambang (tamping) sedangkan petak kedua, ketiga dan keempat memkai jambang. Dinding, depan balla lompoa mempunyai empat jendela. Jendala di bagi dua bagian, yaitu bagian bawah di beri 5 batang terali, sedangkan bagian atas di beri 6 buah.. diatas masing-masing jendela dan pintu utama terdapat kaligrafi arab (Op.Cit 172).
Sumber:
Kr dode budayawan Bantaeng
Akhmar, M, Andi. 2007. Masa prasejarah ke masa islam. Bantaeng . masagena press.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |