" Album peninggalan sejarah dan purbakala Anom, I.G.N and Kusman, Tjepi and Sugiyanti, Sri and Budijanto, R and Mrantasi, Tri (1991) Album peninggalan sejarah dan purbakala. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. [img] Text ALBUM PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA.pdf Download (96MB) | Preview Official URL: http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.ph ... Abstract Pembangunan di bidang peninggalan sejarah dan purbakala adalah salah satu bagian dari pembangunan kebudayaan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Berdasarkan hal ini jelaslah bahwa kita berkewajiban untuk menyampaikan informasi tentang masa lampau kepada masyarakat luas dengan melalui suatu penerbitan. Selain itu penerbitan ini bertujuan pula sebagai sarana pembinaan dan pengembangan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta memupuk kepribadian bangsa juga membina ketahanan nasional. Dalam tahun 1990/1991 Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala me...
Nasi séla merupakan kuliner khas dari Kabupaten Karangasem. Nasi séla adalah makanan yang berisi campuran nasi putih dan ubi yang sudah di potong kecil-kecil. Pada tahun 1970-an Nasi Séla sempet populer dan menjadi makanan pokok masyarakat setempat karena pada saat itu beras sangat langka di Bali, hal tersebut menyebabkan séla (ketela/ubi) menjadi alternatif bahan campuran nasi, gaplek atau bahan makanan lain untuk menambah energi. Saat ini nasi séla telah mengalami banyak variasi, dimana biasanya nasi sela di campur dengan jukut (sayur) bejek, ada grago (udang kecil kecil), kacang tanah, jukut atau sayur bejek bumbu kalas (santan, daging, base gede) sambal bongkot, dan ayam betutu yang disuwir. Selain varian tersebut nasi sela juga dicampur dengan lauk ayam betutu, sate kulit ayam, pindang tongkol, urab sayur kacang panjang berisi timun dan kacang merah, , pesan celengis, sambel matah, dan sambal teri. Salah satu yang masih melestarikan nasi sela adalah Nengah Sukerti. Mantan a...
Di Desa Kediri, Kecamatan Kediri di Kabupaten Tabanan, selama ini telah berhasil melestarikan dan mengembangkan kesenian Okokan, terbukti oleh antusias masyarakat Kediri dalam mementaskan okokan, sehingga bisa menjadi salah satu ciri / ikon Desa Kediri. Tradisi Okokan dilaksanakan warga Tabanan, khususnya Banjar Delod Puri, Desa Kediri, Tabanan. Okokan merupakan kalung (keroncong) dari kayu yang biasanya digantungkan dileher sapi sebagai kebanggaan. Okokan yang kecil dibuat super jumbo ukuran 90 cm malahan ada yang lebih besar. Okokan jika di goyang mengeluarkan suara yang keras dan bergemuruh jika dimainkan secara beramai-ramai. Secara tertulis memang belum ada prasasti atau lontar yang menuliskan mengenai sejarah tradisi Okokan ini. Namun, masyarakat setempat sudah mempercayai secara turun temurun bahwa tradisi ini sudah ada sejak tahun 1960. Ketika itu, warga Desa Kediri terkena serangan penyakit atau disebut kabrebehan (malapetaka). Kabrebehan ini menyerang warga dari segala usi...
Tradisi Sarin Taun yang sudah berlangsung sejak jaman dulu di Pura Ulunsuwi Candikuning yang berlokasi di Banjar Gunung Sari, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan. Tradisi Sarin Taun merupakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil pertanian yang telah diberikan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berlangsung setiap 3 (tiga) tahun sekali, untuk menggelar upacara Sarin Taun ini, masyarakat pada desa jatiluwih harus melalui piodalan alit dua kali, kemudian piodalan ageng satu kali, dilanjutkan piodalan alit dua kali lagi, kemudian baru ngaturan Sarin Taun ini. Tradisi Sarin Taun ini memang rutin dilaksanakan di Pura Ulunsuwi Candikuning oleh krama Subak Jatiluwih Tempek Gunung Sari. Ketika melakukan upacara Sarin Taun, maka masing-masing anggota subak membawa Dewa Nini yang sudah dirias cantik. Dewa Nini sendiri merupakan ikatan padi yang dibuat para petani usai panen padi Bali, yang kemudian diletakkan pada Lumbung padi yang ada di masing-masing rumah masyarakat.
Latar Belakang Pada jaman kerajaan di Bali pada umumnya upacara keagamaan merupakan suatu upacara yang disakralkan. Salah satunya seperti upacara Ngaben yang telah tercatat dalam meorandum dunia. Pada prosesi karya Pitra Yadnya pada tingkatan madyaning utama, biasanya beberapa acara atau proses sakralisasi merupakan rangkaian yadnya seperti; mareresik, muspa, dan tarpanasaji. Sehari sebelum layon (mayat) di kremasi di rudrabhumi (setra/makam), biasanya terdapat prosesi karya muspa/saji dan munggah damar kurung. Baris kurkwak, baris basang gede, dan baris dapdap merupakan tarian sakral/tari wali guna untuk mengerenteban proses yadnya tersebut yang tidak terlepas dari hakekat ketatwaning yadnya (gegitan (nanyian), tetangguran, sasolahan/tari dan puja pangastawa), karena hal tersebut, terketuklah hati para seniman pada jamannya tersebut antara lain: AA Made Pasek, Pekak Krawa, Pekak Chandra, Pan Sweca Kader, Pan Subala, Pan Sweta, Pan Rasmin (kesemuanya telah almarhum). Tentunya atas p...
Salah satu tarian sakral yang ada di daerah Tabanan yaitu Tari Baris Memedi. Tarian ini hanya ditarikan pada saat upacara atiwa-tiwa saja atau ngaben massal (ngerit) di Desa Jatiluwih, Penebel, Tabanan. Tarian Baris Memedi biasanya ditarikan sekitar 15 orang atau lebih. Kostum yang digunakan saat menarikan Tari Baris Memedi ini sangat unik, yaitu menggunakan daun pisang kering (Keraras), daun andong dan kain kasa (berwarna putih). Para penari Baris Memedi dihias sedemikian rupa hingga penampilannya menyeramkan. Wajah mereka dipoles hingga seperti memedi (mahkluk halus). Karena tarian ini termasuk tarian sakral maka pada saat tarian ini berlangsung tak heran jika ada beberapa penari yang kerasukan pada saat upacara. Masyarakat setempat percaya, tarian ini bertujuan untuk mengantarkan roh ke nirwana. Rangkian para penari ini belum dikatakan selesai, jika ada yang belum sadar maka akan dihaturkan segehan di setra. Setelah mereka kembali ke setra para penari ini akan mandi ke sungai....
Beberapa sebutan/nama untuk merujuk pada tarian joged yang tedapat di Banjar Suda Kanginan seperti : Joged Duwe: tarian ini berkait langsung dengan ritual keagamaan, dominan pada ritual sakral upacara piodalan yang dilaksanakan di banjar Suda Kanginan, dan pura-pura yang memiliki paiketan/kaitan dengan Ida Bhatara/i yang malingga di Sudha Kanginan. Joged Pingitan: tarian joged ini tidak seperti joged lain pada umumnya yang dipentaskan secar profan untuk hiburan dan bisa di ibingi oleh khalayak umum. Joged jenis ini memang dipingit, dan hanya dipentaskan pada acara-acar ritual magis tertentu saja dan pengibingnyapun adalah para sutri yang telah memiliki ayahan untuk hal tersebut. Joged Klasik: sebutan yang diberkan oleh orang-orang ”modern”, seperti kalangan seniman/akademisi, yang menurutnya bisa diklasifikasikan/ dikategorikan sebagai seni atau tarian klasik. Menurut penuturan para tetua banjar Suda Kanginan, bahwa joged Duwe telah diketahui ada sejak tahun 1920-an, atau bah...
Ada yang unik saat piodalan atau pujawali di pura alas kedaton, desa kukuh, kecamatan marga, kabupaten tabanan. Para perempuan khususnya ibu PKK Bali serentak berkebaya putih berbaris panjang dengan susunan buah dan sesajen di atas kepalanya. ibu-ibu PKK dari 12 banjar desa kukuh ini melakukan tradisi mapeed. Tradisi Mapeed ialah perwujudan rasa syukur umat Hindu Bali kepada Yang Maha Kuasa. Pujawali di pura alas kedaton datang setiap 6 (enam) bulan sekali, tepatnya setiap 10 hari sesudah hari raya kuningan, tepat pada upacara piodalan atau pujawali pura alas kedaton, para perempuan akan melakukan mapeed pada setiap banjar. Dengan mengenakan pakaian adat serba putih, dengan rambut disanggul akan menambah kesan etnik pada upacara ini. Gebogakan pun sudah tersusun rapi dengan bermacam-macam buah dan jajanan yang dihiasi dengan janur dan bunga sebagai sesajen yang siap di “suun” menuju pura alas kedaton. selain mapeed, terdapat tradisi ngerebeg yang paling dinanti-nanti oleh masyar...
Upacara Mreteka Merana (seringnya masyarakat awam menyebut: Ngaben Tikus) adalah upacara butha yadnya yang khas dan satu-satunya yang ada di bali, Kegiatan ini sebenarnya sudah cukup sering dilakukan oleh masyarakat Hindu di Kabupaten Tabanan, khususnya oleh krama subak di wilayah desa pekraman Bedha, desa Bongan , kecamatan Tabanan, kabupaten Tabanan. Mengingat wilayah di desa ini sebagian besar penduduknya hidup dari bercocok tanam, khususnya padi. Sehingga upacara yang berhubungan dengan keselamatan dan kesuburan tanaman, khususnya padi, sudah sering dilaksanakan baik secara rutin seperti Masembuhan dan Nanggeluk Merana maupun tidak rutin (Nagata Kala) seperti Ngalepeh dan Mreteka Merana. Upacara Mreteka Merana/Ngaben bikul ini oleh beberapa subak di Bali belum memasyarakat sekali, sehingga krama subak di wilayah desa pekraman Bedha yang sudah sering melakukannya, maka upacara ini dianggap sebagai Loka Dresta (kebiasaan setempat) apalagi upacara ini dilaksanakan ditempat suci yai...