bugis
691 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Waju Rante
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Sulawesi Selatan

Waju Rante, ialah baju besi yang biasanya digunakan sebagai pakaian berperang. Baju ini terbuat dari untaian cincin besi yang diakibatkan satu sama lain, sehingga tampak seperti rajutan (lihat gambar 6). Waju rante digunakan dengan tujuan untuk melindungi tubuh dari terjangan senjata lawan. Berbeda dengan Kanna yang hanya dipegang dengan sebelah tangan, maka waju rante dikenakan pada badan sebagaimana halnya mengenakan kemeja biasa. Pada masa sekarang waju rante jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk meli hatnya adalah ke Museum Lagaligo Ujung Pandang. Waju rante mempunyai fungsi sosial yang kurang lebih sama dengan kanna, yaitu umumnya berfungsi sebagai pakaian perang bagi kaum bangsawan. Demikianlah, maka peninggalan waju rante yang masih dapat ditemukan sebagai warisan budaya masa lampau kebanyakan ditemukan dalam keluarga bangsawan. Bagi masya rakat Bugis di daerah Bone, waju rante bukan hanya semata-mata menyangkut keselamatan...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tado'
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Sulawesi Selatan

Tado', yaitu jerat tali yang biasa digunakan orang Bugis untuk menjerat binatang buruan. Bahannya adalah tali dengan cara penyimpulan sedemikian rupa, sehingga dapat bergerak secara oto matis apabila tersentuh oleh binatang buruan. Pada gambar 7a; 7b, dan 7c di bawah ini dapat dilihat bentuk jerat tali di daerah Bone. Penggunaan tado” pada zaman silam adalah untuk menangkap binatang buruan seperti rusa, babi, sapi dan kerbau liar. Kadang kala tado digunakan pula untuk menjerat kuda liar ataupun kuda peliharaan manakala sewaktu-waktu lepas dari kandangnya. Selain tado”, dalam hal menangkap binatang, masyarakat Bugis di daerah Bone menggunakan pula senjata berupa sio' (jerat). Dalam hal ini, digunakan untuk menangkap jenis unggas, misalnya ayam hutan, balam, unggas, dan lain sebagainya. Dewasa ini jerat sudah jarang digunakan, sedangkan sio seringkali masih dilakukan di wilayah pedesaan. Sumber: Buku Senjata Tradisional Sulawesi Selatan https://play.goo...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Jebba'
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Sulawesi Selatan

Jebba', ialah jebakan untuk menangkap berbagai jenis burung. Jebba’ terbuat dari kurungan dengan menggunakan bahan bambu. Kurungan ini mempunyai pintu, dilengkapi alat khusus sebagai penyanggah daunpintu kurungan. Apabila alat ini tersentuh atau diinjak oleh kaki burung, maka secara otomatis pintu kurungan tadi akan tertutup dengan sendirinya. Agar jelasnya lihat gambar 8 di bawah ini. Jebba’ digunakan untuk mempermudah penangkapan burung burung liar. Masyarakat Bugis, sejak dahulu hingga kini, meng gunakan jebba yang disertai dengan burung umpan. Apabila Seseorang ingin memerangkap, misalnya burung balam, maka di dalam jebba diberi seekor burung balam. Ini dimaksudkan agar burung liar tertarik untuk mendekat, bahkan turut masuk dalam jebba Demikian burung itupun dapat tertangkap dengan cukup mudah. Sama halnya dengan sio, jebba” inipun masih tetap digunakan sampai sekarang, terutama oleh masyarakat petani di pinggiran kota Bone. Sumber: Buku Senjata Tr...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
LA UMMASA' SI PANDAI BESI DARI TANAH BONE
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Selatan

Siapa yang tak kenal La Ummasa'? bagi mereka yang sering membaca sejarah tidaklah asing baginya. La Ummasa' punya dua gelar, Dia punya kelebihan dan kepandaian pada masanya. Dari catatan Lontara' Akkarungeng ri Bone, LA UMMASA' Raja Bone ke-2 (1365-1368), disebutkan bahwa Dialah yang menggantikan ManurungE ri Matajang sebagai Arung Mangkaue ri Bone. Beliau digelari PETTA PANRE BESSIE karena Raja Bone inilah yang mula-mula menciptakan alat dan perkakas dari besi di Bone dan kalau bepergian, hanya dinaungi dengan KALIYAO (tameng) untuk melindunginya dari teriknya matahari. LA UMMASA' lahir dari hasil pernikahan Manurungnge ri Matajang Raja Bone ke-1 (1330-1365) dengan Manurungnge ri Toro yang bernama Latenri Wale. LA UMMASA mempunyai dua gelar Petta Panre Bessie’ dan Petta To Mulaiye Panreng yang artinya raja yang mula-mula dikuburkan. Beliau sangat dicintai rakyatnya karena selain merakyat, juga memiliki berbagai kelebihan seperti berdaya ingat t...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Dulang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Sulawesi Selatan

Dulang, yaitu bak yang digunakan untuk mendinginkan besi tempaan yang sudah dibentuk. Dulang ini terbuat dari bahan kayu gelondongan yang dilubangi pada salah satu sisinya dengan ukuran ke dalaman lubang sekitar 50 Cm serta panjang antara 150 cm - 200 Cm dan lebar sekitar 50 Cm. Air yang diperlukan dimasukkan ke dalam lubang tersebut untuk mendinginkan hasil bentukan besi, berupa senjata ataupun alat-alat pertanian, seperti: pacul, cangkul, mata bajak, belati, dan parang. Pada gambar 11 di bawah ini diperlihatkan sketsa dulang yang digunakan oleh pandai besi di daerah Bone. Peralatan dulang seperti terlihat dalam gambar 11 di atas merupakan suatu bukti autentik, bahwa masyarakat Bugis di daerah Bone sejak zaman silam telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan teknis untuk mendayagunakan potensi sumber kekayaan alam. Dalam rangka menanggulangi tan tangan lingkungannya. Pengetahuan dan ketrampilan seperti itu tetap bertahan dan dipertahankan sampai saat ini. Apabila dikaitkan den...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Geladau
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Kalimantan Timur

Geladau ini mirip dengan keris lurus. Geladau dikenal oleh dayak paser, sepertinya senjata ini mendapat pengaruh dari budaya bugis – melayu. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2013/09/12/senjata-khas-dayak-part-3/

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
'Mabaca Doang' dan 'Massiara Kuburu'
Ritual Ritual
Sulawesi Selatan

ada tradisi yang dianggap masih melekat kuat ditengah masyarakat suku bugis pada saat ini yaitu "mabaca doang" dan "massiara kuburu". Mabaca doang sendiri dilakukan malam hari sebelum esoknya melaksanakan Sholat Id. sebagian masyarakat desa dan pedalaman suku bugis untuk menjalangkan tradisi dari nenek moyang yang berguna untuk mengirimkan doa kepada sanak keluarga yang telah mendahului ke hadirat tuhan(meninggal dunia) yang prosesinya menyiapkan makanan seperti sokko,ayam,ketam,udang dan sebagainya dan memanggil tuan guru(katakanlah orang tua kampung,yang dituakan,imam) dengan media dupa,hal ini sendiri dilakukan sebagai bentuk mengingat dan mendoakan walaupun itu lepas dari sisi keagamaan dari banyak pihak. Sementara setelah melaksanakan Sholat Id warga mendatangi kuburan sanak familinya untuk sekedar menyapa dengan doa,membersihkan,bersama dengan keluarga dan ini oleh sebagian warga merupakan satu rangkaian tradisi wajib dalam setiap bulan suci baik ramadhan maupun idhul adha nanti...

avatar
Aaa
Gambar Entri
Silariang
Ritual Ritual
Sulawesi Selatan

Silariang, adalah pilihan terakhir dari suatu pasangan yang ingin menikah atau melaju ke jenjang berikutnya, hal ini terjadi pada suku bugis makassar ketika suatu pasangan tidak direstui oleh salah satu atau kedua orang tuanya, namun yang namanya cinta apapun akan dilakukan sehingga silariang menjadi pilihan bagi pasangan tersebut untuk tetap nempertahankan cintanya Silariang termasuk dalam perbuatan annyala. Annyala dalam bahasa Makassar berarti berbuat salah, sebuah pilihan salah yang diambil sepasang kekasih ketika cinta mereka tidak drestui oleh keluarganya Silariang atau kawin lari .  Kondisi di mana sepasang kekasih yang tak mendapat restu untuk kawin atau dalam artian keduanya melakukan kawin lari tanpa paksaan salah satu pihak. Ketika si anak gadis menjatuhkan pilihan untuk annyala atau silariang maka seketika itu juga dia dianggap mencoreng muka keluarganya dan menjatuhkan harga diri keluarga besarnya atau disebut&nb...

avatar
OSKM2018_16718447_SalmanAchmad
Gambar Entri
Kitab Waruga Jagat
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Jawa Barat

Kitab Waruga Jagat merupakan sebagian kecil dari isi naskah yang tersimpan di Museum Yayasan Pangerang Sumedang (YPS) di Sumedang. Bagian yang lainnya dari naskah tersebut merupakan semacam perimbon, yang isinya terdiri dari bermacam-macam hal, sebagai catatan yang berhubungan dengan ilmu kebatinan.   Naskah tersebut tidak berasal dari kertas biasa, melainkan dari bahan yang dikenal dengan nama “kulit sach”, sejenis daluang yang terbuat dari kulit kayu. Hingga kini pembuatan daluang dari kulit sach itu masih diproduksi orang di daerah Wanaraja, kabupaten Garut, dipergunakan sebagai alat pembungkus. Naskah itu berukuran kwarto, yang tidak mengenai KWJ tertulis dalam huruf ‘pegon’ (Arab Jawa) dengan bahasa Jawa-Sunda, tebalnya hanya terdiri dari atas 12 lembar.   Kecuali sebuah naskah yang tersebut diatas, pada YPS, tersimpan pula dua buah naskah yang lain, sebuah di antaranya ialah Silsilah Keturuna...

avatar
OSKM18_16418203_Muhamad Luthfi Luthansyah