|
|
|
|
LA UMMASA' SI PANDAI BESI DARI TANAH BONE Tanggal 21 Jul 2018 oleh Deni Andrian. |
Siapa yang tak kenal La Ummasa'? bagi mereka yang sering membaca sejarah tidaklah asing baginya. La Ummasa' punya dua gelar, Dia punya kelebihan dan kepandaian pada masanya.
Dari catatan Lontara' Akkarungeng ri Bone, LA UMMASA' Raja Bone ke-2 (1365-1368), disebutkan bahwa Dialah yang menggantikan ManurungE ri Matajang sebagai Arung Mangkaue ri Bone. Beliau digelari PETTA PANRE BESSIE karena Raja Bone inilah yang mula-mula menciptakan alat dan perkakas dari besi di Bone dan kalau bepergian, hanya dinaungi dengan KALIYAO (tameng) untuk melindunginya dari teriknya matahari.
LA UMMASA' lahir dari hasil pernikahan Manurungnge ri Matajang Raja Bone ke-1 (1330-1365) dengan Manurungnge ri Toro yang bernama Latenri Wale.
LA UMMASA mempunyai dua gelar Petta Panre Bessie’ dan Petta To Mulaiye Panreng yang artinya raja yang mula-mula dikuburkan. Beliau sangat dicintai rakyatnya karena selain merakyat, juga memiliki berbagai kelebihan seperti berdaya ingat tajam, penuh perhatian, jujur, adil dan bijaksana.
Dalam upayanya memperluas wilayah kekuasaannya, LA UMMASA’ menaklukkan wilayah – wilayah sekitarnya, Anro Biring, Majang, Biru, Maloi dan Cellu (Lontara Akkarungeng ri Bone). Politik ekspansinya berhasil menaklukkan kerajaan kecil tetangganya, antara lain Maloi, Biru, Majang, Anrobiring, Cellu, Palakka, dan Tanete Riattang.
Dengan diplomasi politik yang didukung kekuatan militer, LA UMMASA' berupaya menduduki Palakka namun tidak berhasil. “Baginda ini pulalah, LA UMMASA, Raja Bone II (1362 – 1398) yang berselisih dengan iparnya dari saudara perempuannya We Patanra Wanua, raja tetangga kerajaannya yang paling dekat, yaitu La Pattikkeng Aru Palakka. Kurang lebih tiga bulan lamanya bertempur, tetapi tidak ada yang berhasil tampil sebagai pemenang”. Akhirnya berdamai kembali dan keduanya menyadari bahwa permusuhan tidak akan membawa keuntungan. Palakka dengan sendirinya nantinya menggabungkan diri dengan Bone.
Sasaran upaya perluasan wilayah kekuasaan Kerajaan Bone pada tahap awal itu ditujukan ke arah pantai Teluk Bone (Cellu, Maloi, dan Anrobiring yang terletak di pantai barat Teluk Bone). Cellu pada masa itu menguasai Bandar yang sekarang menjadi Pelabuhan BajoE. Penguasaan atas daerah pantai ini, sangat strategis artinya, dilihat dari segi politik dan sosial ekonomi. Karena suatu Negara tanpa Bandar niaga laut akan terisolasi dari dunia luar.
LA UMMASA' tidak memiliki putra mahkota yang kelak bisa menggantikan kedudukannya sebagai Mangkau’ di Bone. Dia hanya memiliki anak perempuan, To Suwalle dan To Sulewakka dari isterinya yang berasal dari to sama’ (orang biasa, bukan bangsawan).
Oleh karena itu, setelah dia tahu bahwa We Pattanra Wanua akan melahirkan, La Ummasa menyuruh anaknya pergi ke Palakka ke rumah saudaranya yang diperisterikan oleh Arung Palakka La Pattikkeng. Kepada anaknya To Suwalle dan To Sulewakka, LA UMMASA' berpesan, ”Kalau Puangmu telah melahirkan, maka ambil anak itu dan bawa secepatnya kemari. Nanti di sini baru dipotong ari - arinya dan ditanam tembuninya”.
Tidak berapa lama lahirlah anak laki-laki sehat dan memiliki rambut yang tegak ke atas (Bugis : 'KORANG: MACICCA-CICCA GEMME'NA) sehingga dinamakanlah Karampelua. Ketika anaknya dibawa ke Bone, Arung Palakka La Pattikkeng tidak ada di tempat dan tindakan LA UMMASA' itu menyakitkan hatinya. Sesampainya di istana Arumpone, bayi tersebut barulah dipotong Ari-arinya dan dicuci darahnya. Bayi itu kemudian dipelihara oleh saudara perempuan Arumpone yang bernama We Samateppa.
Arumpone LA UMMASA' mengundang seluruh rakyatnya untuk datang berkumpul dan membawa senjata perang. Keesokan harinya berkumpullah seluruh rakyat lengkap dengan senjata perangnya. Dikibarkanlah bendera WOROMPORONGNGE’ dan turunlah Arumpone di Baruga menyampaikan, ”Saya undang kalian untuk mendengarkan bahwa saya telah mempunyai anak laki-laki yang bernama La Saliyu Karampelua.
" Mulai hari ini saya menyerahkan kedudukan saya sebagai Arumpone. Dan kepadanya pula saya serahkan untuk melanjutkan perjanjian yang pernah disepakati antara Puatta ManurungE ri Matajang dengan orang Bone”.
Seluruh orang Bone mengiyakan kemudian MANGOSONG’ (menyatakan ikrar setia di hadapan raja).
Dilantiklah La Saliyu Karampelua kecil oleh pamannya LA UMMASA' menjadi Arumpone. Acara pelantikan itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. Setelah itu dinaikkanlah La Saliyu Karampelua ke LangkanaE (Singgasana Raja) sejak dilantiknya menjadi Arumpone. Gelar Matinroe (nama setelah meninggal) LA UMMASA' sepeninggalnya Petta To Mulaiye Panreng yang artinya raja yang mula-mula dikuburkan.
Makam LA UMMASA' terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani Watampone, Kabupaten Bone sering dikunjungi orang-orang Bugis Nusantara bahkan yang tinggal di luar negeri. Itulah ketenaran dan kehebatan seorang LA UMMASA'PETTA PANRE BESSIE.
Nah, jika pemerintah Kabupaten Bone saat ini membuat semacam tugu/simbol berupa besi atau sejenis senjata yang terbuat dari bahan besi, entah apapun nama dan modelnya wajar-wajar saja, karena Bone memang memiliki sejarah tentang besi.
Simbol-simbol tersebut tidak berarti orang Bone adalah ORANG PASSIGAJANG, namun tidak dipungkiri di tengah pergolakan kehidupan masyarakat dari dulu dan kekinian masih sering terjadi yang juga terjadi di daerah lain.
Karena itu, Simbol yang dibangun itu bernilai sejarah dan edukatif bahwa di Tanah Bone ini pada masa lalu ada seseorang punya kepandaian tentang besi, selain itu mengingatkan kepada kita bagaimana menghargai karya leluhur. Siapa Lagi Kalau Bukan Kita?
Sumber: http://www.bugiswarta.com/2016/12/la-ummasa-si-pandai-besi-dari-tanah-bone.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |