Masyarakat Papua memiliki budaya yang begitu kaya. Berbicara tentang budaya, tentu tidak lepas dari tradisi yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu tradisi yang masih melekat di masyarakat Papua hingga saat ini adalah tradisi mengunyah buah Pinang. Masyarakat Papua gemar mengunyah Pinang karena Pinang menguatkan gigi dan gusi. Tidak hanya itu, mereka menikmati buah Pinang karena sensasi tersendiri dari rasanya. Kombinasi manis keasaman seperti rasa pasta gigi inilah yang menjadi sensasi mengunyah pinang. Bahkan, beberapa masyarakat mengatakan bahwa tidak ada makanan atau bumbu lain yang rasanya menandingi buah Pinang. Mereka menganggap buah Pinang seperti candu, karena bila mereka tidak mengunyahnya, seperti ada yang kurang dalam hidup mereka. Walaupun demikian, Pinang sama sekali tidak mengandung zat adiktif yang berbahaya. Umumnya, buah Pinang dinikmati dengan menggunakan tepung kapur yang diolah dari cangkang kerang. Hal ini dilakukan untuk m...
Pada zaman dahulu, di sebuah desa bernama Sawjatami, wilayah Jayapura (sekarang) hiduplah seorang laki-laki bernama Towjatuwa. Bersama istrinya yang sedang hamil tua, ia membangun honai (rumah adat orang Papua). Honai itu terletak tak jauh dari Sungai Tami. Pada hari yang telah diperkirakan, istrinya menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Towjatuwa segera memanggil dukun bayi untuk membantu kelahiran anaknya. Namun, setelah berjam-jam berusaha, si jabang bayi belum keluar juga. Towjatuwa merasa khawatir melihat istrinya yang tampak sangat kesakitan. “Suamiku, tolong… perutku sakit sekali,” rintih istri Towjatuwa. Towjatuwa merasa sedih melihat keadaan istrinya. Ia sangat takut istri dan bayinya tak bisa diselamatkan. “Nenek, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Towjatuwa. “Towjatuwa, sepertinya bayi yang dikandung istrimu ini terlalu besar. Jadi, dia susah keluar,” jawab dukun bayi itu. &l...
Telor balado Pedas Papua Makanan khas Papua ini berbahan dasar telur ayam. Khas rasa yang dihasilkan sangat jelas dari namaya yaitu pedas. Selain pedas rasa yang dihasilkan, juga ada rasi asin, manis, dan ada rasa jagung bakarnya juga. Bahan-bahan 5 Butir telur ayam 3 Buah tomat potong potong 3 Lembar daun jeruk yang dibuang tulang tengahnya 2 Batang Serai digeprek secukupnya Penyedap rasa secukupnya Garam secukupnya Air (Bahan yang ditumbuk kasar) 20 Buah cabe rawit 5 Buah cabe besar besar 5 Siung bawang putih 10 Siung bawang merah 3 Buah kemiri 1/2 ruas jahe gajah Langkah Rebus telur, trus kupas lalu digoreng dalam minyak goreng panas yach.Sebelum menggoreng telur,telur direkat"dg pisau supaya tidak meletus" waktu digoreng.Goreng sampai warnanya kuni...
Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia mendengar kata "Merauke". Yap! lagu yang diciptakan oleh R. Soerarjo Darsono ini sangat terngiang-ngiang oleh seluruh kalangan. Dari lagu tersebut kita diajarkan bahwa betapa luasnya bentang Indonesia mulai dari titik 0 disebelah barat yang berada di Pulau We hingga titik nol di sebelah timur yang berada di Distrik Sota. Tahu kah kalian jika nama Kota Merauke berasal dari kesalahpahaman antara penjajah Belanda kala itu dengan masyarakat Asli Papua. Pada hari Rabu 12 Februari 1902, sebuah kapal api bernama "Van Goens" bersandar di sebuah dermaga rakyat bibir sungai Maro. Pada tahun itu, masyarakat asli Merauke merupakan masyarakat keturunan Marind yang kontak langsung dengan pendatang dari Belanda. Ketika awak kapal tersebut menginjakkan kakinya, mereka langsung bertanya kepada masyarakat sekitar apa nama daerah yang mereka singgahi ini. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa mereka masing masing, Kaum pendatang dari Belanda tidak...
Mop merupakan budaya humor yang berasal dari Papua. Mop adalah alat pemersatu dan keakraban masyarakat Papua. Asal muasal Mop ini belum dapat ditemukan, namun ada beberapa sudut pandang sejarah yang meyakini bahwa mop diperkenalkan oleh orang Belanda saat zaman penjajahan. istilah mop diambil dari April Mop atau lelucon pada bulan april. Mop dilakukan dalam kelompok formal maupun non formal, dalam kelompok kecil maupun besar. Sama halnya dengan stand up comedy, mop dimulai dengan seorang pencerita berdiri di tengah sekelompok orang yang sedang duduk. lalu, secara spontan pencerita akan mengawalinya dengan berkata "....ee mari ko dengar dulu sa pu mob ni" yang artinya "hei, mari kalian dengar mob saya ini". Ada beberapa kata yang secara umum dipakai dalam mop yakni pace untuk penggambaran laki-laki, mace untuk penggambaran perempuan, yaktep untuk anak muda, tete untuk kakek, dan nene untuk nenek. Pada dasarnya mop memiliki variasi sesuai suku dan daerah di...
Tradisi turun-menurun dari nenek moyang yang dilestarikan oleh suku Dani Papua ini rupanya masih juga dilakukan oleh sebagian wanita dewasa yang yang tinggal disana hingga saat ini. Tradisi yang terlihat sungguh menyakitkan kaum wanita ini ternyata punya makna yang begitu menyentuh. Bila ditanya mengapa bisa sampai menyakiti dirinya sendiri dengan memotong jari ruas keruas. Itu semua karna bentuk dari rasa cinta mereka terhadap keluarga/kerabat mereka (ibu, anak, suami, saudara kandung, dsb) yang meninggal dunia. Maka rasa kehilangan mereka buktikan dengan pemotongan ruas jari-jari mereka. Menunjukan pembuktian bahwa mereka begitu merasa kehilangan mendalam dan menyakitkan setelah ditinggal oleh kerabat/keluarga mereka. Benar-benar menyentuh hati ya jika tau alasannya. Meskipun pemotongan ini biasanya dilakukan oleh wanita dewasa (ibu, nenek, tertua) saja namun tidak menutup kemungkinan juga untuk para pria dewasa( ayah tertua, atau kakek) pun iku...
Jika dilihat dari postingan sebelumnya yaitu membahas tentang pemotongan jari yang dilakukan oleh wanita dewasa pada suku Dani Papua. Yang membedakan dari tradisi kali ini hanyalah bagian tubuhnya saja. Yaa.. benar sekali, kali ini pria dewasa (tua,bapak, kakek) yang merasa kehilangan atas meninggalnya sanak saudara/kerabatnya pasti akan memotong kulit bagian telingannya. Memang suku ini bisa dijuluki dengan sebutan suku anti-mainstream ya.. hehe.. Namun kembali lagi terhadap makna yang disampaikan dari tradisi tersebut terlihat begitu menyentuh hati, karena alasannya adalah pembuktian dari rasa cinta kasih sayang mereka terhadap sanak keluarga/kerabat mereka yang telah meninggalkan mereka. Berarti bahwa mereka merasakan pengalaman kehilangan yang begitu meyakitkan, maka mereka bersedia untuk memototong bagian tubuh yang penting juga. Sungguh penuh dengan rasa solidartas yang mendalam yaa, sampai-sampai merelakan bagia tubuh mereka.
Waroka Kamani atau main tali/hadang adalah salah satu permainan tradisional yang ada di daerah Mimika. Permainan Waroka Kamani ini, cukup digemari masyarakat Kamoro, karena permainannya cukup seru, dan juga melatih cara atau taktik bermainnya agar dapat memenangkan permainan ini. Permainan Waroka Kamani ini, dimainkan oleh dua tim, dimana setiap tim jumlah pemainnya sama banyak. Adapun cara bermainnya, dengan membagi tim A dan B, lalu menentukan siapa yang pertama kali menjaga dan siapa yang bermain. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6407
Amabutapu atau sagu bola dari daerah Mimika, dalam hal ini oleh suku Kamoro di Mimika, telah ada dan dibuat serta dikonsumsi sejak dahulu. Hal tersebut karena bahan dasar dari Amabutapu atau sagu bola ini banyak tumbuh di alam Mimika, dan ini menjadi salah satu makanan pokok masyarakat Kamoro di Mimika. Amabutapu atau sagu bola ini terbuat dari sagu, dimana cara pembuatannya dengan cara terlebih dahulu mengolah serat pohon sagu menjadi tepung sagu, lalu sagu tersebut dibentuk dan dimasak dengan cara dibakar hingga matang. Amabutapu atau sagu bola ini biasa disantap atau dimakan langsung, dan ada juga memakan Amabutapu atau sagu bola ini dengan ikan sebagai lauknya. Sumber : warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6411