Bahan : 200 gr mie basah, seduh air panas, tiriskan 3 lembar Kol, buang tulang daunnya, iris halus 30 gr Taoge, seduh air panas, tiriskan 2 potong tempe goreng, potong 2 x 2 cm 4 potong tahu goreng kering (mis tahu sumedang), potong2 4 sdm kacang goreng Acar: 2 buah ketimun, belah dua, buang bijinya, iris setebal 2 mm ¼ sdt garam beberapa tetes cuka 1 sdm gula pasir Campur jadi satu semua bahan, diamkan 30 menit agar meresap Taburan: 2 lembar sledri, iris halus 2 sdm Bawang merah goreng pelengkap: Sambal yang dibuat dari cabe rawit di rebus dan di uleg halus Kuah: 2 siung bawang putih, uleg halus 50 gr gula jawa 200 cc air 5 sdm kecap manis ½ sdt garam beberapa tetes cuka Cara membuat Kuah: Didihkan gula jawa dan air, hingga gula larut, sa...
Bahan: 2 bks tahu pong, potong dadu 2 cm ½ sdt garam 4 bh telur rebus, kupas 3 sdm bawang merah goreng Gimbal udang: 100 gr udang 125 gr tepung terigu 2 siung bawang putih, haluskan ½ sdt lada 1 sdt garam 200 ml air Saus: 2 siung bawang putih, haluskan 10 bh cabai rawit hijau, haluskan 4 sdm petis udang 2 sdm kecap manis 1 sdt gula merah ½ sdt garam 300 ml air Minyak goreng Cara membuat: Panaskan minyak, goreng tahu hingga kering, angkat, tiriskan. Goreng pula telur hingga kecokelatan, angkat, tiriskan. Buat gimbal udang: campur tepung terigu, bawang putih, lada dan garam, aduk rata, tuang air sedikit demi sedikit hingga adonan kental. Panaskan duabuah wajan, satu wajan anti lengket dan satu wajan dengan minyak banyak. Tuang 1 sendok sayu...
Bahan: 1 buah pare (250 gr) 1/2 papan tempe (250 gr) 1 bh telur 5 bh cabe rawit merah / hijau / campur, iris tipis 5 bh bawang merah, iris tipis 3 bh bawang putih, iris tipis 1 cm lengkuas, geprek, iris tipis 1 sdt terasi larutkan dengan sedikit air 2 lbr daun salam garam Cara Membuat: Belah pare membujur, buang isinya, iris melintang tipis. Beri 1 sdm makan garam kemudian remas-remas sampai lemas. Cuci bersih dan tiriskan. Iris tempe seperti bentuk korek api, goreng setengah matang, sisihkan. Kocok telur dan buat orak-arik, sisihkan. Tumis bawang merah, bawang putih, cabe rawit dan lengkuas sampai matang dan berbau harum. Masukkan larutan terasi kemudian aduk rata. Masukan pare dan daun salam, masak sampai layu sambil sesekali diaduk. Terakhir masukan tempe dan telur orak-arik, aduk rata. Cicipi dan tambahkan garam secukupnya sesuai selera.
Bahan-bahan: 3 sdm tepung beras (untuk biang) 1 sdt ragi instan 75 ml air 300 gram tepung beras 100 gram tepung terigu 250 gram gula pasir 250 ml air 75 ml air daun suji Areh: 350 ml santan dari ½ butir kelapa ½ sdt garam Cara Membuat: Biang (babon):campur 3 sendok makan tepung beras, ragi dan 75 ml air. Diamkan selama 30 menit. Campur tepung beras, terigu dan gula pasir. Tambahkan adonan biang, aduk selama 15 menit. Tambahkan air daun suji diaduk sampai adonan licin. Masukkan santan sambil ditepuk-tepuk. Tambahkan garam, diamkan selama satu jam. Panaskan cetakan, lalu tuang adonan. Kukus selama 25 menit, angkat. Keluarkan moho pandan dari cetakan.
Budaya Jawa, China, dan Arab bertemu pada acara "Dugderan"½ Semarang, pawai yang menandai tepat satu hari sebelum Ramadhan, Minggu. Perpaduan tiga budaya tersebut terlihat dari sejumlah tarian dan busana dari para peserta pawai Dugderan yang dimulai dari Halaman Balai Kota Semarang Jalan Pemuda, Semarang. Acara pawai yang menyedot minat masyarakat itu, tidak hanya dimeriahkan tarian khas Kota Semarang, tetapi juga adanya aksi barongsai, rombongan sepeda "onthel"½, dan drumband dari Akpol setempat, kereta kencana yang dikendarai Wali Kota Semarang, prajurit berkuda, 80 warak ngendok, dan 80 bendi yang dikendarai para camat dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Sepanjang jalan dari kawasan Balai Kota Semarang Jalan Pemuda menuju tempat tujuan pertama pawai Masjid Kauman, sekitar Pasar Johar, dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan pawai dari dekat. Pawai tidak hanya berhenti di Masjid Kauman, tetapi juga diteruskan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). "...
Waisak adalah hari raya umat Budha untuk memperingati hari lahirnya Sidharta Gautama. Upacara keagamaan waisak dilaksanakan di Candi Mendut dan Candi Borobudur dan diikuti oleh Biksu Budha dari berbagai Negara dan umat Budha. Prosesi perayaan upacara waisak diawali dengan pengambilan air berkat dari mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen di Kabupaten Grobogan. Keesokan harinya, setelah disemayamkan di Candi Mendut, air berkat dan api suci diarak sejauh kurang lebih tiga kilometer menuju Candi Borobudur. Selanjutnya, dilaksanakan ritual Pindapatta, yakni ritual pemberian dana makanan kepada para bhikku/ bhiksu oleh masyarakat. Pada malam hari diselenggarakan puncak perayaan waisak dengan mengikiti ritual detik demi detik bulan purnama. Kemudian ritual mengeliling Candi Borobudur sebanyak tiga kali atau Pradaksina sambil dibacakan Ghata Visaka Puja.
Alkisah ada sebuah rumah kecil di pinggir hutan rimba hiduplah seorang perempuan bernama Mbok Dhadap yang berusia paruh baya yang hidup sebatangkara tanpa teman dan saudara. Mbok Dhadap sangat mendambakan kehadiran seorang anak untuk menemaninya. Setiap hari ia berdoa agar mendapatkan seorang anak untuk menemaninya. Suatu hari ketika sedang mencari kayu di hutan, Mbok Dhadap bertemu dengan raksasa penguasa hutan rimba tersebut yang gemar memakan manusia. Mbok Dhadap gemetar menahan takut, karena tak kuasa menahan rasa takut, Mbok Dhadap tidak sadar bahwa kain jaritnya basah karena kencing. Raksasa itu tertawa lebar, suaranya bergemuruh memenuhi angkasa dan memekakkan gendang telinga. "Hua..haha GGGrrrrrrrhhhhhh..!!!!!, Hai Perempuan Tua !!! kau jangan takut padaku mendekatlah aku ingin menitipkan sesuatu untukmu." Mbok Dhadap tertunduk, masih menahan rasa takut yang tak terkira. "Raksasa kau jangan memakan aku, aku sudah tua." Lagi-lagi Raksasa itu tertawa. "Hua.....
Jika sebelumnya saya membahas Jaka Tarub dan Nawang Wulan a la negeri lain, kali ini saya mengisahkan versi di Indonesia. Kisah ini terkenal berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Konon dipercaya kalau keturunan Jaka Tarub dan Nawang Wulan menjadi raja-raja tanah Jawa. Namun mengingat keberadaan cerita yang serupa di negara lain, saya tidak menutup kemungkinan kalau ada daerah lain di Indonesia yang juga memiliki dongeng serupa meski dengan nama-nama tokoh yang berbeda. Di Jawa Timur, Jaka Tarub lebih dikenal dengan nama Aryo Menak. Sementara Nawang Wulan dikenal dengan nama Tunjung Wulan. Diceritakan kembali oleh Andhika Wijaya. Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan untuk berburu maupun menimba ilmu. Ketika suatu hari di malam bulan purnama ia memasuki hutan, dari kejauhan ia mendengar sayup-sayup suara wanita yang sedang bercanda. Terdorong oleh rasa penasaran, Jaka Tarub berjalan mencari arah...
Tersebutlah seorang janda sakti Nyai Banteng Wareng namanya. Dia bertempat tinggal di sebuah tepi sungai tidak jauh dari Laut Jawa. Tidak seorang pun tahu asal usul janda tersebut dan mengapa dia disebut Nyai Banteng Wareng. Nyai Banteng Wareng tinggal di sebuah gubug yang amat sederhana bersama anak laki-laki satu-satunya. Tidak heran Nyai Banteng Wareng sangat menyayangi anaknya itu. Kemana dia pergi selalu di bawa serta. Mata pencaharian utama Nyai Banteng Wareng adalah bertani. Semula, tanah di daerah itu tidak dapat di tanami karena terlalu banyak mengandung air garam. Tumbuhan apapun yang di tanam selalu mati. Akan tetapi, berkat kesaktian Nyai Banteng Wareng, tanah di daerah itu menjadi sangat subur. Sekarang, justru sebaliknya apa pun yang ditanam di daerah itu pasti hidup. Oleh karena itulah, Nyai Banteng Wareng bersma anaknya tidak pernah kekurangan makan. Hasil kebunnya berlimpah, baik yang berupa umbi-umbian maupun sayur-sayuran. Sesekali, Nyai Banteng Wareng pergi...