Bukit Siguntang di Palembang mungkin tidak sepopuler Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi. Bukit ini merupakan tempat sakral yang menyimpan cerita dan kisah dari Kerajaan Sriwijaya. Rasanya belum lengkap jika berwisata ke kota ini, tanpa singgah ke Bukit Siguntang . Terlebih bagi Anda pecinta sejarah, akan banyak edukasi yang Anda dapatkan dengan melihat langsung berbagai bukti sejarah peninggalan Sriwijaya. Di bukit yang terletak di kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang ini dahulunya dipercaya sebagai tempat ibadah keluarga kerajaan serta tempat pertapaan untuk menenangkan pikiran. Hingga saat ini, Bukit dengan ketinggian ketinggian 29-30 meter dari permukaan laut ini, masih tetap dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Biasanya pengunjung yang datang akan melakukan ritual ziarah ke makam-makam para bangsawan Palembang zaman dahulu, dan dianggap sebagai orang penting pendiri Kota Palembang . Objek wisata Jalan s...
“Saukininnawa”, inilah diksi Bahasa Bugis yang sejak tadi berputar-putar diruang benakku, berupaya keras mencari padanan katanya dalam Bahasa Indonesia, namun tak ditemuinya jua. Jika ia diibaratkan “baling-baling”, maka ia adalah baling-baling bersayap 3. Masing-masing sayap itu adalah : Kepuasan hati, Perasaan yang Lega dan Jiwa yang Lapang. Sekiranya “Saukininnawa” dipadankan dengan nilai-nilai Ahlaq, maka ia adalahkesenyawaan antara Istiqomah dan Qona’ah. Betapa puas hati seorang tua tatkala mendengar kata pertama dari anak bayinya yang lancar memanggilnya “Ayah”. Betapa leganya hati tatkala Sang Buah Hati yang sedang belajar jalan, ..berlari dan memeluk leher kita. Merangkul leher yang bersimbah keringat dari perjalanan jauh dalam rangka mencari rezeki untuknya. Alangkah lapangnya jiwa tatkala Sang Biji Mata itu memakan dengan lahap makanan hasil keringat kita, Subhanallah. Saukininnawa adalah rasa yang menerbitkan kesyu...
Di kalangan para pesilat di daerah Sumatera Selatan terdapat satu alat atau senjata yang sering digunakan karena sangat efektif untuk menyerang maupun mempertahan diri dari serangan lawan. Senjata itu diberi nama Besi Cabang yang bentuknya mirip dengan trisula yang dipakai oleh para pendekar bela diri di negeri Tiongkok. Konon, tidak sembarang pesilat dapat menggunakan alat ini karena apabila tidak mahir dapat menyulitkan dirinya sendiri. Orang yang mahir atau terlatih dapat menggunakan Besi Cabang untuk menyerang, menangkis dan atau merebut senjata lawan yang sedang dihadapinya. Lengkungan yang terletak dekat dengan gagang besi berfungsi untuk menahan dan memilin senjata lawan hingga terlepas dari genggamannya. Selain itu, lawan yang senjatanya berhasil dipilin secara otomatis tangannya juga akan terpilin dan akhirnya tidak dapat menyerang lagi. Bentuk, Ukuran dan Cara Pembuatan Seperti dikatakan di atas, besi cabang berbentuk mirip trisula berbahan kuningan...
Pempek atau Empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari ikan dan sagu. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa pempek pusatnya adalah Palembang karena hampir di semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya. Penyajian pempek ditemani oleh saus berwarna hitam kecoklat-coklatan yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, udang ebi dan cabe rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Bagi masyarakat asli Palembang, cuko dari dulu dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar pulau Sumatera maka saat ini banyak ditemukan cuko dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas. Cuko dapat melindungi gigi dari karies (kerusakan lapisan email dan dentin). Karena dalam satu liter larutan kuah pempek biasanya terdapat 9-13 ppm fluor. satu pelengkap dalam menyantap makanan berasa khas ini adalah irisan dadu timun segar dan mie kuning.
Bahan-Bahan Untuk Membuat Kue Lumpang 100 grm tepung sagu 25 grm tepung beras 100 grm gula pasir 50 ml air daun suji 150 ml santan cair 1 sdm air kapur sirih 1/3 butir kelapa parut kasar dan ¼ sdt garam. Berikut Adalah Cara Membuat Kue Lumpang Campurkan tepung sagu dan tepung beras, gula, air daun suji lalu aduk hingga rata. Uleni sambil tambahkan air kapur sirih dan santan sedikit-sedikit secara bertahap hingga menjadi adonan yang halus. Tuangkan adonan pada mangkuk kecil untuk dicetak. Lalu kukus selama 45 menit dengan api sedang. Bila terdapat cekungan di tengah-tengah kue berarti kue sudah matang lalu angkat. Kukus campuran kelapa parut dan garam selama 5 menit. Lalu sajikan kue lumpang dengan parutan kelapa kukus.
Bolu Kojo adalah penganan khas daerah Sumatera Selatan dan daerah sekitarnya terutama di daerah Jambi , Riau , Bengkulu dan Palembang . Kojo berarti kemojo atau kamboja karena bentuk loyang yang menyerupai bunga kemboja . Kue kojo ini adalah kue khas daerah sumatra selatan, khususnya kota palembang dan sekitarnya, biasanya kue kojo ini dihidangkan pas dalam acara adat. Biasanya untuk menemani makan bolu Kojo ini, dengan sambil meminum teh jasmine. Resep Bolu Kojo Bahan-bahan pembuatan bolu kojo 8 butir telur ayam 2 gelas sedang tepung terigu lembut 2 gelas gula pasir putih 1 set santan kental siap saji 1 gelas air perasan daun suji 1 gelas air perasan pandan Mentega secukupnya Loyang Cara Membuat kue Bolu Kojo Lembut 1. Mulai kocok telur ayam dengan ditambahkan gula pasir aduk hing...
Maggalenceng adalah salah satu permainan yang ada di kalangan orang Bugis. Permainan ini dahulu dianggap sakral karena hanya dimainkan pada saat ada kematian. Dengan perkataan lain, permainan ini tidak boleh dilakukan di sembarang waktu karena dapat mendatangkan kematian bagi anggota keluarga si pemain. Oleh karena itu, para orang tua melarang siapa saja yang memainkan permainan ini pada saat yang tidak tepat (bukan saat-saat ada kematian). Penyelenggara permainan ini adalah pihak keluarga yang berkabung. Lama dan singkatnya penyelenggaraan permainan ini bergantung pada status sosial orang keluarga yang meninggal. Dalam konteks ini jika orang yang meninggalkan adalah orang kebanyakan, maka penyelenggaraan permainan hanya dilakukan dalam waktu 7 hari (berturut-turut dan dilakukan pada malam sampai menjelang pagi hari). Namun, jika orang yang meninggal mempunyai status sosial yang tinggi di dalam masyarakatnya (kaum bangsawan), maka permainan biasanya akan diselenggarak...
Pada masyarakat Bugis-Makassar yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, ada sebuah permainan yang disebut sebagai gallak-gallak. Dari mana dan kapan permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti, karena permainan tersebut telah dikenal oleh orang Bugis-Makassar secara turun-temurun. Gallak-gallak yang merupakan bahasa Makassar berasal dari kata gallak yang berarti “nama gelar tertentu” yang menunjukkan status sosial seseorang dalam masyarakatnya. Stratifikasi sosial masyarakat Bugis-Makassar pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yakni golongan bangsawan (karaeng), golongan orang biasa (tusamara) dan hamba atau budak (ata). Orang-orang yang secara genealogis masih keturunan raja-raja Bugis-Makassar menempati lapisan atas yang disebut sebagai bangsawan (karaeng). Kemudian, orang-orang yang secara genealogis bukan keturunan raja-raja disebut sebagai orang biasa (tusamara). Sedangkan, orang-orang yang menjadi tawanan karena kalah peran...
Polewali-Mandar adalah sebuah daerah yang tergabung dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Di masa lalu, di daerah yang terletak di pesisir utara Sulawesi Selatan ini pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Pitu Baba Binaga. Saharudin (1977), menyebutkan bahwa kerajaan ini ketika berperang dengan kerajaan lainnya selalu mengusung panji-panji (bendera) yang harus dibela mati-matian oleh para jowak-nya (prajuritnya). Tradisi inilah yang kemudian melahirkan suatu permainan yang disebut sebagai makbenteng. Makbenteng itu sendiri adalah bahasa setempat yang merupakan gabungan atas dua kata, yaitu “mak” yang berarti “tiang” dan “benteng” yang berarti “tempat pertahanan”. Dengan demikian, makbenteng dapat diartikan sebagai usaha mempertahankan benteng. Pada masa lalu, permainan yang intinya adalah mempertahankan benteng ini hanya diselenggakan oleh dan untuk kerajaan. Artinya, hanya para remaja bangsawanlah yan...