Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Utara Sebelum memasuki museum yang terletak di pusat kota Gunungsitoli ini, pengunjung harus membayar tiket masuk dengan tarif Rp 2.500 untuk orang dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Tarif ini sudah termasuk parkir kendaraan yang ada di dalam museum. Dibangun oleh Yayasan Pusaka Nias pada 1995, museum yang berdiri di atas tanah seluas dua hektar tersebut menyimpan 6.000 lebih benda-benda bersejarah suku Nias, mulai dari perhiasan, alat rumah tangga, alat musik tradisional, dan patung-patung. Ada pula replika rumah adat dan kerajinan tangan khas Nias seperti bola nafo (tepak sirih) dengan berbagai motif. Di sini disimpan pula bola nafo ukuran raksasa, 3 meter x 3 meter yang tercatat dalam Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai tepak sirih terbesar di Indonesia. Untuk mengetahui sejarah, makna, dan fungsi setiap benda yang dipamerkan, pengunjung dapat membaca tulisan yang terletak di sisi benda tersebut, tersedia...
Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Utara Gagasan pendirian Museum GBKP (Gereja Batak Kristen Protestan) muncul pada saat perencanaan perayaan jubileum 100 tahun GBKP (18 April 1890-18 April 1990), yaitu peringatan masuknya Injil ke tanah Karo. Museum GBKP dibangun untuk melestarikan materi dan dokumen sejarah masuk dan berkembangnya agama Kristen di tengah orang Karo. Museum GBKP terletak di lokasi retret Taman Jubelium 100 Tahun GBKP. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada 30 Juli 1990 bersamaan dengan peresmian Taman Jubelium 100 Tahun GBKP. Pada mulanya museum ini digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan retret GBKP. Baru pada 2003 gedung museum diserahkan oleh pengurus GBKP kepada Kepala Biro Museum, Perpustakaan, dan Kebudayaan Karo. Peresmian Museum GBKP dilaksanakan pada 11 Agustus 2007 oleh Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede. Museum ini mempunyai 143 koleksi, meliputi koleksi etnografi, arkeologi, sejarah, filologi, dan keramik Sumber :http...
Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Utara Museum daerah Kabupaten Langkat terletak di kota Tanjung Pura. Keberadaan Museum Daerah ini memanfaatkan gedung bekas Kerajaan Sultan Langkat yang didirikan pada tahun 1905. Museum Daerah Kabupaten Langkat ini terletak di Jl. T. Amir Hamzah dan tidak seberapa jauh dari Mesjid Azizi Tanjung Pura. Keberadaan museum ini dalam kiprahnya terus berusaha untuk melengkapi benda-benda khasanah peninggalan sejarah dan juga benda-benda budaya dari beberapa etnis yang ada di Kabupaten Langkat seperti Melayu, Karo dan Jawa. Dengan luas gedung sekitar 1500 m2, terhimpun menyimpan, merawat dan memperkenalkan aneka ragam benda/barang antara lain: benda/barang milik pribadi T. Amir Hamzah, khasanah berbagai peralatan rumah tangga, alat musik, busana, alat permainan tradisonal dan lain-lain, peralatan buda dan miniatur rumah daerah Jawa, Budaya Karo dan juga miniatur rumah adat Karo, peralatan perjuangan pada masa sebelum keme...
Tari Moyo Tari daerah Sumatera Utara bernama tari moyo juga sering disebut dengan tari elang sebab gerakan tari yang terlihat seperti burung elang saat terbang. Tarian ini umumnya akan dibawakan oleh wanita yang asal usulnya sendiri masih belum diketahui dengan jelas. Akan tetapi dari beberapa sumber, tarian Sumatera Utara ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan dikatakan hanya dipertunjukkan untuk kaum bangsawan pada masanya. Akan tetapi dengan perkembangan zaman, tari moyo ini mulai dikenal masyarakat bawah dan dipelajari banyak gadis hingga saat ini terus dilestarikan untuk acara adat, hiburan atau acara budaya. https://budayalokal.id/tarian-sumatera-utara/
Samosir, suarausu.co – Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir mengangkat ritual Manguras Tao dalam acara samosir fiesta yang akan dilaksanakan Sabtu 31 Maret nanti. “Ritual ini usulan dari tetua-tetua adat Samosir,” kata Penggarap Proyek Charles Malau, Rabu (28/3). Charles menjelaskan ritual ini merupakan upacara untuk menolak kerawanan dari penghuni Danau Toba yang dipercaya orang batak. Dalam ritual ini akan ada persembahan sesajen khas batak seperti, sinopingan, air jeruk purut, dan persembahan lainnya. Pun ada pelepasan ayam putih dan ayam merah ditengah Danau Toba. Kemudian pengunjung yang ingin meminta permohonan harus meletakkan daun sirih ke Danau Toba sembari berdoa menurut kepercayaan. Ritual ini akan didoakan oleh Pendeta dan Pastor. Tetapi saat pembacaan mantra dan pemberian sesajen akan dipimpin oleh Panuturi (tetua dari agama suku). Acara ini juga diisi dengan pertunjukan Tortor Partutuaek Kolosal...
Baju Adat Sumatera Utara – Pakaian Adat Nias Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka “Ono Niha” (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai “Tanö Niha” (Tanö = tanah). Pakaian Adat Suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Oroba Sioli untuk pakaian perempuan. Warna pakaian adat Nias Sumatera Utara ini biasanya berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah dan putih. https://www.silontong.com/2018/04/24/pakaian-daerah-sumatera-utara/
DAGO INANG SARGE Lirik lagu rambadia ini adalah tegur sapa orang Batak dengan orang baru atau bisa dikatakan ucapan salam kenal orang-orang Batak. Seperti menanyakan asal dari mana, marga apa, dan lain-lain. Intinya kalau orang Batak kenalan nggak terlalu peduli dengan nama, asalkan marga sama dan satu rumpun semua akan terjalin dengan baik. Kurang lebih begitu arti lirik dan chord lagu daerah rambadia. Semoga dengan hadirnya lirik dan chord lagu daerah Sumatera Utara Rambadia ini mampu menggugah kita untuk selalu tetap melestarikan budaya-budaya negara kita. Dan mampu mendongkrak lagu-lagu daerah yang mulai tersisihkan oleh perkembangan musik-musik modern yang ada di Indonesia. Semoga kita menjadi warga negara yang selalu membanggakan dan cinta dengan budaya negeri ini. https://www.silontong.com/2017/12/10/lagu-daerah-sumatera-utara/
A SING SING SO A Sing Sing So (ASS), adalah sebuah lagu rakyat yang selama puluhan tahun hingga kini, tetap dikumandangkan diantara ribuan lagu Batak, dari yang klasik sampai yang paling pop. Irama lagunya yang mendayu-dayu tapi dan diciptakan dengan notasi sederhana, membuat lagu ini cepat memasyarakat, bukan hanya dilingkungan parmitu, remaja tapi juga anak-anak. “A Sing sing S…A Sing Sing So…Ueeee, Lugahon au parau…ullushon au alogo… tu hutani datulangi…”. Demikian antara lain cuplikan lagu tersebut. Gordon Tobing, pemusik dan penyanyi Batak legendaris, adalah tokoh musisi yang berperan besar mempopulerkan lagu A Sing Sing So dan ratusan lagu rakyat Batak lainnya. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di Seantoro mancanegara. Kepiawaian menyanyikan lagu rakyat mengantarkannya mengelilingi dunia. Puluhan negara di lima benua telah disinggahinya. Belasan kepala negara telah me...
Tradisi memburu kepala manusia setidaknya berhasil membuat orang-orang asing berpikir seribu kali jika ingin mengusik masyarakat Nias. Stefan Anitei (2007) dalam The Island of the Head Hunters menceritakan, nyali para saudagar dari Arab ciut begitu mendengar kebiasaan aneh ini sehingga mereka lari tunggang-langgang meninggalkan daratan Nias dan kembali ke kapalnya. Namun, mangai binu tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Hanya mereka yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi, serta punya kekuasaan dan kekayaan, yang boleh berperan sebagai emali, atau setidaknya meninggalkan pesan terakhir sebelum wafat seperti yang pernah dilakukan oleh Awuwukha dulu. “Adalah seorang raja, bangsawan, kepala suku, atau tetua adat yang akan meninggal, ia akan berpesan kepada anak dan keturunannya,” jelas Hezatulö Nduru, seorang kurator di Museum Pusaka Nias, seperti dikutip dari Liputan6 . “Apabila meningg...