Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Museum Sumatera Utara Nias
Museum Pusaka Nias
- 29 Desember 2018


Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Utara
 

Sebelum memasuki museum yang terletak di pusat kota Gunungsitoli ini, pengunjung harus membayar tiket masuk dengan tarif Rp 2.500 untuk orang dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Tarif ini sudah termasuk parkir kendaraan yang ada di dalam museum.

Dibangun oleh Yayasan Pusaka Nias pada 1995, museum yang berdiri di atas tanah seluas dua hektar tersebut menyimpan 6.000 lebih benda-benda bersejarah suku Nias, mulai dari perhiasan, alat rumah tangga, alat musik tradisional, dan patung-patung. Ada pula replika rumah adat dan kerajinan tangan khas Nias seperti bola nafo (tepak sirih) dengan berbagai motif. Di sini disimpan pula bola nafo ukuran raksasa, 3 meter x 3 meter yang tercatat dalam Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai tepak sirih terbesar di Indonesia.

Untuk mengetahui sejarah, makna, dan fungsi setiap benda yang dipamerkan, pengunjung dapat membaca tulisan yang terletak di sisi benda tersebut, tersedia dalam dua bahasa, yakni Indonesia dan Inggris.

"Untuk merawat benda-benda ini cukup dilap saja sehingga tidak berdebu. Tapi kalau untuk pengawetan, ada obat khusus yang diberikan supaya tidak gampang rusak," ujar Hezatulo Nduru (38), salah seorang petugas yang menjaga museum tersebut. Hezatulo Nduru yang akrab disapa Ama Elsa Nduru ini sudah 5 tahun bekerja sebagai petugas museum.

Tak hanya menjaga dan membersihkan, Hezatulo yang selalu dibantu oleh 3 orang rekannya itu juga piawai memainkan alat-alat musik tradisional Nias seperti tutuhao, yakni alat musik yang terbuat dari bambu, yang dimainkan dengan cara dipukul.

Untuk masuk ke ruang pameran, pengunjung dikenakan tarif masuk Rp 2.000 untuk dewasa, Rp 1.000 untuk pelajar dan mahasiswa dan Rp 20.000 untuk wisatawan mancanegara. Sayangnya, mungkin dengan alasan keamanan dan ketertiban, pengunjung dilarang untuk memotret atau berfoto di ruang ini. Namun, masih ada saja sebagian kecil pengunjung yang mengabaikan larangan tersebut meski secara sembunyi-sembunyi saat petugas tidak berada di tempat.

Tempat Belajar dan Berekreasi

Berbeda dengan museum lainnya, di tempat ini para pengunjung juga dapat menikmati wahana rekreasi lainnya meski hanya dalam kapasitas kecil. Namun, kehadiran fasilitas lain yang ditawarkan tersebut membuat para pengunjungnya dapat menikmati suasana berbeda dalam satu lokasi saja.

"Di sini bisa santai bersama teman, jaraknya juga dekat," ujar Amrin Harefa (15), seorang pelajar di salah satu SMK swasta yang ada di Gunungsitoli, yang kala itu ditemui sedang berkumpul bersama dengan teman-temannya. Amrin dan teman-temannya sering memanfaatkan waktu untuk berekreasi di Museum Pusaka Nias terutama sepulang sekolah.

Fasilitas lain yang terdapat di museum yang terletak di Jalan Yos Sudarso No. 134A Gunungsitoli tersebut, yakni obyek wisata tepi pantai, koleksi binatang langka, koleksi tanaman khas Nias, balai pertemuan dan beberapa rumah adat.

"Sejak awal mula tidak ada rencana begitu, tetapi itu berkembang satu demi satu dengan tujuan supaya orang kerasan berada di sini, terutama untuk masyarakat Nias sendiri," tutur Pastor Yohannes Hammerle, Direktur Utama Museum Pusaka Nias. Pria asal Jerman yang sudah 40 tahun berada di Nias itu merupakan inisiator pendiri Museum yang diresmikan Bupati Nias tahun 2008.

Pada obyek wisata tepi pantai, tersedia beberapa fasilitas pendukung seperti pondok, kantin dan kamar mandi. Pengunjung dapat berenang di tepi pantai tersebut, tetapi disarankan untuk berhati-hati dan tidak terlalu jauh dari tepi pantai. Hal ini karena di tepi pantai ini banyak terdapat batu karang dan arus lautnya cukup deras.

Bagi pengunjung yang tidak suka berenang mungkin bisa memilih mengitari bagian dalam museum, seusai puas melihat isi ruang pameran. Ratusan ekor binatang yang keberadaannya mulai berkurang akibat diburu itu dipelihara dalam kandang-kandang terpisah, misalnya nago (kijang), laosi (kancil), dan magiaodanõ (sejenis beo). Ada juga binatang lainnya, seperti buaya, kera, musang, kura-kura, landak, burung bangau dan beberapa jenis burung lainnya. Binatang tersebut sebagian besar merupakan sumbangan masyarakat Nias.

Begitu pula dengan tanaman khas Nias yang sangat sulit untuk dijumpai juga ditanam di museum ini. Antara lain sinasa (sejenis pandan) yang sebagai bahan dasar pembuatan tikar dan pohon fosi.

"Dalam kepercayaan kuno masyarakat Nias, fosi adalah pohon yang dapat memberikan suatu tanda, misalnya dahannya patah itu artinya ada bangsawan yang meninggal," tutur Wakil Direktur Museum Pusaka Nias, Nata'alui Duha, tentang pohon keramat ini.

Bagi masyarakat yang ingin mencoba bagaimana rasanya tinggal di rumah adat suku Nias, Museum Pusaka Nias memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk menginap di beberapa rumah adat yang dibangun di tempat tersebut dengan syarat membayar uang pemeliharaan rumah adat senilai Rp 150.000 per malam.

"Kami tidak sebut rumah adat itu sebagai penginapan karena tujuan utamanya agar wisatawan lokal maupun internasional dapat melihat model rumah adat Nias bila tidak sempat berkunjung ke desa asal rumah adat tersebut," lanjut Nata'alui Duha. Perlu dicatat, tarif yang dikenakan pada rumah adat berkapasitas maksimal 10 orang itu tidak termasuk akomodasi lainnya.

Di museum ini juga tersedia 2 balai pertemuan yang dapat disewa olah masyarakat umum dengan tarif minimal Rp 200.000.  Ada Omo Bale (balai pertemuan) khas Bawomataluo (Nias Selatan) yang terbuat dari kayu dengan kapasitas 60 orang dan Bintang Timur dengan kapasitas mencapai 100 orang, terbuat dari batu dengan atap melengkung. Ruang Bintang Timur ini dirancang tepat menghadap matahari sehingga pengunjung dapat melihat suasana saat matahari terbit dan terbenam



Sumber :https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-1754938/museum-pusaka-nias-tempat-belajar-dan-rekreasi-semua-kalangan
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Taman Lansia Ceria
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel