
Tradisi memburu kepala manusia setidaknya berhasil membuat orang-orang asing berpikir seribu kali jika ingin mengusik masyarakat Nias. Stefan Anitei (2007) dalam The Island of the Head Hunters menceritakan, nyali para saudagar dari Arab ciut begitu mendengar kebiasaan aneh ini sehingga mereka lari tunggang-langgang meninggalkan daratan Nias dan kembali ke kapalnya.
Namun, mangai binu tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Hanya mereka yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi, serta punya kekuasaan dan kekayaan, yang boleh berperan sebagai emali, atau setidaknya meninggalkan pesan terakhir sebelum wafat seperti yang pernah dilakukan oleh Awuwukha dulu.
“Adalah seorang raja, bangsawan, kepala suku, atau tetua adat yang akan meninggal, ia akan berpesan kepada anak dan keturunannya,” jelas Hezatulö Nduru, seorang kurator di Museum Pusaka Nias, seperti dikutip dari Liputan6.
“Apabila meninggal nanti,” lanjut Nduru, “Ia ingin dikuburkan bersama 5 kepala, 8 kepala, atau 10 kepala. Jumlahnya tergantung pada yang diminta. Dan ini wajib dipenuhi oleh anak dan keturunannya.”
Pada perkembangannya, sejak Awuwukha meninggal dunia, praktek mangai binu meluas untuk berbagai kepentingan lain. Salah satunya dalam pembangunan rumah bangsawan Nias atau omo sebua. Sebagai wujud rasa syukur, kepala para tukang yang membangun rumah itu justru dipenggal untuk persembahan.
Orang yang diperkerjakan sebagai tukang biasanya adalah kaum budak atau sawuyu. Dalam adat masyarakat Nias tempo dulu, upacara-upacara pemujaan sering disertai dengan penyembelihan sawuyu (Victor Zebua, Ho: Jendela Nias Kuno, Sebuah Kajian Kritis Mitologis, 2006). Sawuyu seolah menjadi tumbal kemegahan sebuah tradisi.
Selain kepala tukang atau sawuyu, bangsawan si empunya rumah tidak jarang menugaskan kepada emali untuk berburu beberapa kepala lagi ke kampung lain jika persembahan dirasa masih kurang (Yupiter Bago dalam Victor Zebua, Kisah Awuwukha Pemburu Kepala, 2008).
“Setelah mendapat mandat, para emali ini pun akan bergerilya ke kampung-kampung untuk mencari mangsa. Siapa saja yang ditemuinya, akan dipenggal kepalanya, sekalipun orang itu tidak memiliki dosa,” beber Hezatulo Nduru.
mangai binu juga dilakukan oleh kaum lelaki yang hendak memperistri gadis pilihannya. Keluarga si calon mempelai perempuan biasanya meminta kepada lelaki itu untuk mempersembahkan kepala musuh. Semakin banyak jumlah kepala yang berhasil dipenggal dan ditunjukkan, semakin tinggi pula nilai si calon menantu itu.
Tradisi berburu kepala mulai memudar seiring masuknya misionaris Kristen ke wilayah Pulau Nias pada awal abad ke-20, kebanyakan berasal dari Jerman, ada juga orang Belanda. Para zending ini bisa diterima oleh orang Nias karena tidak menunjukkan kesan kekerasan serta mengenalkan hal-hal baru yang membuat warga lokal tertarik.
Sumber : https://tirto.id/cerita-memburu-kepala-di-nias-cycj
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...