Seh Mardan (Serat Endraraja) (1-157). Menurut sinopsis Tanojo, teks ini “anyariosaken lelampahipun raja putro ing negri Darulkastana, anama Sekh Mardam inggih Sekh Endrajaja, wiwit maguru ngelmi kikmat,tuwin ngangenipun lelena ajajah purung, ngantos saged dhaup kaliyan para putrinipun Nata ing pundi-piundi nagari. Dalah piwulang lan pamejengenipun Sekh Endrajaya dhateng para garwa inggih kawrat ing dalem cariyos puniko.” Teks naskah ini seredaksi dengan edisi cetak (semarang ; van Dorp 1868, 1873), genap 23 pupuh, bahkan persis sama, sehingga kemungkinan naskah ini turunan dari edisi cetak. Uraian ceritanya serta daftar pupuh dapat dibaca pada Pretelan I:161-164. Menurut kolofon (h.1),teks ini digubah oleh R. Panji Astranegara, di Kudus, bulan Mei 1866. Bandingkan dengan naskah MSB/L320. Naskah lain dengan judul Serat Endrajaya juga ada, ialah Lor 2296, tetapi teks itu merupakan versi yang berbeda dengan MSB/L319. Redaksi Lor 2296 itu lebih panjang dengan jumla...
Naskah ini memuat "katurangganing manungsa" yang dihubungkan dengan sifat-sifat baik dan buruknya. Semula teks ini berbentuk prosa dan berbahasa Jawa ngoko, kemudian digubah dalam bentuk tembang macapat.
Buku ini memuat keterangan keterangan tentang rumah orang jawa, antara lain dari rumah kayuserta bentuk bentuknya, pemilihan kayu jati yang baik warnanya, awet, yang mempunyai angsar baik dan tidak baik, cara menebang, anggebing atau cara menyigar kayu, ukuran balungan,dll. Diurutkan sejak jaman kuno. Ringkasan dari masa Panti Boedja ada dua : buatan R. Tonojo (1 halaman ketikan) dan M. Sinoe Moendisoera ( 3 halaman, tulisan tangan ,huruf jawa). Naskah juga pernah dibuat alihaksara pada jaman Panti Boedja; Lihat LL13. Menurut kolofonnya (h.39), naskah disalin oleh Mangundarma di Surakarta. Penyalinan selesai pada hari 23 Robigulahir, Ehe 1836 (16 Juni 1906).
Serat Nitisruti adalah sebuah naskah kuno karangangan Pangeran Karanggayam dari Pajang, yang selesai ditulis pada tahun 1612 dan berisi petuah-petuah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kitab ini segala hal yang menyangkut tata karma orang Jawa dibahas. Dibawah ini di kutipkan salah satu pupuh yakni pupuh pucung yang terdapat dalam serat Nitisruti yang khusus mengajarkan tentang cinta kasih terhadap sesama dan terjemahan dibawahnya dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pembaca di luar Jawa memahami isinya. 1 Kang sinebut ing gesang ambeg linuhung, kang wus tanpa sama, iku wong kang bangkit, amenaki manahe sasama-sama. 2 Saminipun kawuleng Hyang kang tumuwuh, kabeh ywa binada, anancepna welas asih, mring wong tuwa kang ajompo tanpa daya. 3 Malihipun rare lola kawlas ayun, myang pekir kasiyan, para papa anak yatim, openana pancinen sakwasanira. 4 Mring wong luput d...
Kata pepali dalam bahasa sastra Jawa Indonesia karangan S. Prawira Atmaja artinya “pantangan” atau “larangan”. Oleh Tardjan Hadidjaya diartikan “pakem” atau pedoman hidup. Sedangkan oleh Seotardi Soeryahoedoyo mengartikan pepali adalah ajaran, petunjuk dan aturan. Ketiga pendapat ini benar sebab apa yang ada dalam pepali Ki Ageng Selo berisi pedoman hidup yang menyangkut tentang ajaran, petunjuk, aturan, maupun larangan, yang kenyataannya masih banyak yang relevan dengan keadaan zaman sekarang. Siapa Ki Ageng Selo? Beliau adalah nenek moyang yang menurunkan raja-raja Mataram. Sri Sunan Paku Buwana XII yang bertahta di kerajaan Surakarta sekarang ini adalah keturunannya ke-17. Adapun urutannya, Prabu Brawijaya V beristeri puteri Wandan Kuning, maka lahirlah Bondan Kejawan. Bondan Kejawan mengawini Roro Nawangsih dan berputera Ki Ageng Getas Pendhawa. Ki Ageng Getas Pendhawa menikahi Putri Sunan Maja Agung, lahirlah Ki Ageng Abdul...
Wayang kulit Cina - Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Wayang Thithi mulai dikenal di Yogyakarta pada tahun 1925 hingga sekitar tahun 1967. Istilah thithi sendiri didapat dari suara alat musik yang terbuat dari kayu berlubang yang biasa mengiringi setiap pertunjukan wayang kulit China yang jika dipukul akan mengeluarkan suara thek…thek…thek.. Suatu bunyi yang terdengar di telinga orang Jawa sebagai thi… thi… thi… Untuk lakon sendiri, berbeda dengan wayang kulit Jawa yang selalu mengangkat lakon dari dua epos terkenal yakni Ramayana dan Mahabarata maka untuk wayang thithi ini lakon atau cerita yang dimainkan adalah mitos dan legenda negeri Tiongkok seperti San Pek Eng Tay, Sam Kok, Thig Jing Nga Ha Ping She, dan sebagainya. Dan karena wayang thithi merupakan sebuah kesenian budaya hasil akulturasi dari kebudayaan China dan Jawa maka tokoh-tokoh yang terdapat dalam lakon wayng thithi inipun perpaduan dari dua kebudayaan...
Sampai daerah divisi disetujui dalam Perundingan Giyanti, Kerajaan Mataram yang didirikan Panembahan Senopati pada tahun 1587, merupakan kekuatan yang dominan di Jawa Tengah. Kerajaan Mataram berpindah lokasi beberapa kali selama pemerintahan Senopati dan keturunannya, dan pada tahun 1745 berada di Surakarta (Solo). Sebagai kelanjutan dari pertikaian yang terjadi di antara Kraton Surakarta, Paku Buwono III dan paman tirinya, Pangeran Mangkubumi, pemerintah Belanda menengahi dengan menyetujui perjanjian yang isinya mengangkat Mangkubumi sebagai pemimpin kerajaan terpisah, tetapi memiliki kekuasaan yang sama, yang berpusat di Yogyakarta. Mangkubumi, yang memakai gelar Hamengku Buwono I, pada tahun 1756, membangun istana yang besar bernama Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton berada di lokasi yang sangat luas, yang karena luasnya dapat digambarkan sebagai kota tertutup. Selain ada bangunan di dalamnya, daerah ini dikelilingi oleh dinding yang kokoh seperti be...
Benteng Martello terletak di salah satu ujung Pulau Kelor. Pulau Kelor merupakan salah satu pulau di dalam gugusan Kepualaun Seribu, yang secara adminstiratif masuk dalam wilayah Pemerintah DKI Jakarta. Pulau mungil tak berpenghuni itu terletak tidak jauh dari Pulau Bidadari, Pulau Kelapa, dan Pulau Onrust. Konon, nama ‘kelor’ ini lantaran pulau ini tidak begitu lebar alias selebar daun kelor. Nama sebenarnya pulau ini adalah Pulau Kherkof, dan termasuk dalam kawasan cagar budaya Pulau Onrust. Pulau Kelor seolah-olah merupakan dunia lain yang sunyi di tengah deburan ombak. Tidak ada tempat berteduh, kecuali bekas benteng mungil VOC bernama Martello dan empat pohon besar yang melindunginya. Selebihnya hanyalah pasir putih, pemecah ombak, jalan setapak yang telah di beton, puluhan bibit pohon yang mulai tumbuh, dan semak belukar. Namun, semenjak bulan Agustus, Pulau Kelor dan benteng Martello ini tiba-tiba menjadi headline di sejumlah media, baik...
SYEKH BELABELU atau yang bernama asli JAKA BANDEM adalah seorang bangsawan dari Kerajaan Majapahit yang melarikan diri dari istana ke sebuah bukit di wilayah pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, karena tidak mau dipaksa memeluk agama Islam oleh penakluknya yakni kerajaan Islam Demak. Dalam pelariannya, ia justru bertemu dengan seorang ulama bernama SYEKH MAULANA MAGRIBI dan mulai tertarik belajar tentang Islam dan berguru kepadanya. Syekh Belabelu memiliki suatu kebiasaan buruk yang tidak disukai oleh gurunya, yaitu gemar makan nasi dengan jumlah yang banyak. Beberapa kali sang Guru mengingatkannya agar tidak makan nasi secara berlebihan, namun Syekh Belabelu tetap tidak menghiraukannya. Akhirnya, sang Guru yang merasa ilmunya paling tinggi menantangnya untuk beradu kesaktian dan adu cepat sampai ke Mekah, Arab Saudi. Alkisah, di daerah Jawa Timur, tersebutlah seorang raja bernama Raja Hayam Wuruk yang bertahta di Kerajaan Majap...