Leu adalah nama seorang pemuda yang miskin. Ibu dan bapaknya meninggal selagi ia masih kecil. Tinggalnya disebuah desa yang terpencil, jauh dari masyarakat ramai. Sejak ditinggalkan orang tuanya ia hidup sebatang kara. Untuk menyambung hidupnya sehari-hari sebagian besar tergantung dari penghasilan orag-orang disekitarnya, caranya ialah dengan meminta bantuan Leu seperti menjaga anak-anak, membersihkan kebun dan lain-lain pekerjaan sesuai dengan kemampuan Leu sendiri. Sebagai imbalannya ia diberi sekedar makanan dan minuman untuk hari itu dan sedikit beras atau jagung. Apabila tidak ada orang yang meminta bantuan tenaganya maka ia pergi ke sungai untuk menangkap udang. Ini juga untung-untungan ada kalanya ia tidak memperoleh seekorpun.Ia pulang dengan tangan hampa. Ada kalanya ia memperoleh langkah kanan. Kini sudah sebulan penuh Leu tidak lagi mendapat panggilan dari orang-orang sekampungnya yang selama itu sering meminta bantuannya. Jadi selama itu pula pekerjaan sehari-hariny...
Di sebuah negeri ada seorang raja dengan seorang anak. Tujuh wanita dan seorang pria, dikenal sebagai raja Todo Boli. Kegemaran raja Todo Boli ialah bermain kote (gasing). Kotenya terbuatdari bala (gading) sedang talinya terbuat dari lodang (loyang). Bala dan lodang menurut pandanagn masyarakat setempat sangat tinggi harganya. Gading bisa dipakai sebagai mas kawin, sedangkan lodang biasanya disimpan sebagai barang pusaka. Daya tahan gading tidak seberapa kalau dibandingkan dengan kayu. Oleh karena itu, gasing Raja Todo Boli selalu pecah. Setiap kali pecah maka harus diganti dengan gasing yang terbuat dari bahan yang sama. Ayah Raja Todo Boli memandang Raja Todo Boli terlalu boros karena kegemarannya itu. Oleh karena itu, ayahnya menasihati dia sebagai berikut, "Apabila engkau menghendaki agar gasingmu bersama talinya tetap terbuat dari bahan yang sama maka hendaknya engkau beristerikan Bulu Manda Bulu-bulu Ole Lolon, karena dia adalah seorang wanita yang rajin bekerja teru...
Rae Wiu adalah nama sebuah kampung adat dibekas kefetoran Liae. Disanalah tempat bersemayam raja Liae pertama yang bernama Lado Riwu dari Udu Nawawa. Di kampung Rae Wiy itu juga berdiamlah seorang laki-laki yang bernama Dahi Penu, bersama isterinya yang bernama Wahi Rebo. Hidupnya rukun dan damai. Dahi Penu juga mempunyai dua orang saudara kandung yang bernama Luji Penu dan Tuka Penu. Dahu Penu termasuk orang sakti yang tidak ada tandingannya. Pada suatu hari ketika ia sedang berjalan-jalan menikmati keindahan alam sekitarnya, tiba-tiba dijumpainya seekor kerbau yang terbaring mati di dalam sebuah danau. Segera dikenalinya bahwa kerbau yang mati itu adalah kepunyaan keluarganya. Iapun kembali dan memberitahukan kepada kedua saudaranya. Kemudian mereka menuju danau dimana kerbau itu berada. Setelah tiba di tempat yang dituju, Dahi Penu berkata kepada kedua saudaranya itu: "Siapa diantara kita sanggup menghidupkan kerbau ini ? Apa pula ada di antara kita bertiga yang dapat menghid...
Dolo adalah termasuk dalam kategori tari pergaulan yang berkembang dan populer di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tari Dolo dikategorikan sebagai tarian massal yang dapat diikuti oleh massa rakyat dari semua kalangan. Namun dolo sangat menonjol bagi muda – mudi sebagai arena perjumpaan untuk membangun persahabatan, termasuk untuk menemukan jodoh dan menjalin cinta dua sejoli. Kata dolo yang kita kenal selama ini, bermula dari kata dola , yakni paduan nada do dan nada la dalam sistem solmisasi sebagai standar bunyi atau nada awal untuk menyampaikan syair/pantun. Spontan muncul seorang pelaku melantunkan nada awal ini, dan disambut pelaku – pelaku lainnya dengan nada ini dijadikan pegangan/standar dalam refrein dan berbalas pantun. Dolo menampilkan syair/pantun, lagu, dan gerak. Syair sangat beragam sesuai keberagaman pengalaman hidup. Lagu dan gerak dalam dolo sangat bersahaja. Lagunya singkat yang dinyanyikan berulang – ulang, interval n...
Tari Bidu adalah merupakan tari tradisional yang dikembangkan dari tarian Likurai dari Etnis Belu Nusa Tenggara Timur. Tari Bidu ini dilakonkan oleh sejumlah laki-laki dan perempuan pilihan dengan mengenakan pakaian adat lengkap dengan aksesorisnya. Tarian Bidu biasanya dipersembahkan dalam rangka menyambut tamu kehormatan, hiburan pada perayaan pesta perkawinan dan pada acara ritual adat lainnya. merupakan salah satu tarian pergaulan (social dance) yang mengembangkan unsur tradisional dalam kemasan yang kreatif dan inovatif. Tarian diawali dengan para laki-laki yang gagah menarikan gerakan kaki dengan lincah, kokoh dan khas, sambil memainkan atau menyuarakan bunyi giring-giring mengikuti irama gendang yang ditabu oleh pengiring. Setelah itu datanglah sejumlah penari perempuan dengan berlenggak-lenggok menawan sambil memainkan dengan lincah jari-jemari tangan memukul gendang atau alat pukul Bibiliku (tambur), yang dililit disamping kiri, sambil terus meliuk-liukkan tubuhnya den...
Dalam sebuah kampung yang bernama We-Kto-Talaka tumbuhlah sebuah pohon beringin besar tepat di depan istana dari raja Malaka. Daunnya sangat rindang. Pohon beringin itu biasa disebut dengan nama Hali Malaka. Suatu ketika hinggaplah seekor ayam betina pada salah satu cabang beringin itu. Ayam betina itu dikirim oleh Nai Maromak atau Yang Mahakuasa ke dunia ini. Bertepatan pula pada waktu itu raja sedang berjalan-jalan menghirup udara segar di bawah pohon beringin tersebut. Setelah dilihatnya ayam betina itu, raja Malaka langsung mengambil sumptnya untuk menyumpit ayam betina itu. Sementara raja mencari-cari tempat yang cukup baik untuk menyumpitnya, tiba-tiba raja mendengar suatu suara yang mengatakan: "Hai tuan raja Malaka, janganlah engkau membunuh saya dengan sumpitmu, sebaiknya marilah kita mengadakan perundingan lebih dahulu." Kemudian ayam betina itu menruskan pembicaraannya demikian. "Tuan raja jangan memubunh saya, oleh karena saya ini adalah utusan dari Yang Mahakuasa da...
Di desa adat dan pemukiman pelosok, warga masih terlihat bangunan batu berbentuk kubus yang dijadikan makam keluarga. Jasad tak diletakkan terlentang, tetapi meringkuk seperti bayi yang berada dalam janin. Sebelum "disimpan" dalam kubur batu, jasad juga telah didandani oleh baju adat Sumba. dalam kain yang melilit di pinggang. Bagi kaum pria, katopo juga sebagao simbol kejantanan. Baik pria dan wanita di Sumba menggunakan katopo untuk alat bantu bekerja, baik di ladang maupun di peternakan. Sumber :https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180303194158-269-280241/5-tradisi-ajaib-masyarakat-sumba
Kede merupakan upacara kematian dalam tradisi Sumba. Keluarga maupun kerabat dari seseorang yang meninggal itu akan mengantarkan hewan ternak ke kediaman yang meninggal. Berbeda dengan pernikahan, dalam kede tak ada batasan jumlah hewan ternak yang wajib diberikan. Setelah hewan ternak diterima, pihak keluarga yang berduka langsung menyembelih hewan tersebut, lalu dimasak dan disajikan kepada pelayat. dipotong. Prosesi ini hampir sama dengan yang dilakukan masyarakat Tana Toraja, namun minus prosesi adu kerbau. Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180303194158-269-280241/5-tradisi-ajaib-masyarakat-sumba
berarti tarian ini dari negeri yang indah. Tari garapan yang menggunakan irirngan musik sasando ini merupakan tari penyambut tamu yang memanfaatkan gerak gerak tari tertentu agar massa ikut dalam kegembiraan. Sumber : Arsip Masyarakat NTT Sumber : http://arifnurlaili.blogspot.com/2015/05/kebudayaan-daerah-ntt.html