Sumber : Dok Makanan Khas NTT Makanan khas NTT yang pertama wajib Anda coba adalah Kolo. Kolo adalah sebutan untuk hidangan nasi bakar di NTT. Kolo biasanya dimasak didalam bambu yang nantinya ditaruh diatas bara api untuk dibakar. Untuk proses pembuatanya, beras dimasukan kedalam bambu muda dengan panjang kira – kira 30 cm. Di dalam bambu, beras dicampur dengan air dan bumbu – bumbu. Kemudian bambu yang berisi beras, air dan bumbu ini ditaruh berdiri di bara api untuk dibakar. Jangan lupa tutup lubang termpat memasukan beras pada bambu dengan daun pisang. Proses membakar bambu diatas bara api ini memakan kira – kira setengah jam. Setelah matang, kolo dikeluarkan dari bambu dan digulung dengan daun sebagai bungkus. Kolo biasanya dikonsumsi pada acara – acara adat. Kolo merupakan menu utama cocok untuk disantap bersama dengan sayur dan lauk apa saja. Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/makanan-khas-ntt/
Kalau kamu coba browsing dengan keyword Kena Kita, pasti agak sulit dapet Kena Kita yang kamu maksud sebagai kuliner khas NTT karena namanya mirip kaya sebuah ungkapan. Kena Kita kuliner NTT ini berasal dari Pulau Palue, Kabupaten Sikka, yang sering dihidangkan sebagai pengganti nasi. Kuliner ini sejenis bubur yang isinya adalah ubi-ubian dan kacang. Biasanya disajikan dengan kelapa parut di atasnya supaya terasa lebih gurih. Selain itu, karena masyarakat Flores suka makanan pedas, ternyata Kena Kita ini sering disajikan dengan tambahan cabe rawit loh dan anehnya rasanya justru lebih enak! Karena Kena Kita adalah pengganti nasi, makanan ini biasa dinikmati sepanjang hari. Tapi, untuk kamu yang terbiasa makan bubur sebagai menu sarapan, Kena Kita ini juga cocok banget kok untuk mengisi perut saat masih pagi. Teksturnya yang lembut ngga akan membuat perut kamu langsung 'kaget' selayaknya bubur-bubur kebanyakan. Dan asyiknya, di tengah-tengah kelembutan bubur ubi...
Gong merupakan alat musik yang umum terdapat pada masyarakat Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga, kuningan, atau dari besi. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam penerimaan tamu dan sebagainya. Perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain antara lain jumlah gong , ukurannya, cara memainkannya, serta penglarasnya. Khusus penglaras umunya berkisar pada laras pelog dan slendro. Nama-nama gong pada masing-masing daerah tidak sama. contohnya adalah Gong Sumba Barat. Kelompok pertama yang terdiri dari 4 buah gong kecil (katala meduk) dengan urutan pemukulan sebagai berikut : Mamaalu/gong pertama yaitu gong yang ditabuh/dibunyikan paling pertama, Pahimangu/gong kedua yaitu gong yang dibunyikan setelah mamaulu berbunyi, Pahelungu/gong ketiga yaitu gong yang dibunyikan dengan kecepatan dua kali lebih epat dari gong yang terdahulu, Kabokang/gong keempat yaitu gong yang dibunyikn sama epatnya dengan...
Gong merupakan alat musik yang umum terdapat pada masyarakat Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga, kuningan, atau dari besi. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam penerimaan tamu dan sebagainya. Perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain antara lain jumlah gong , ukurannya, cara memainkannya, serta penglarasnya. Khusus penglaras umunya berkisar pada laras pelog dan slendro. Nama-nama gong pada masing-masing daerah tidak sama. Contohnya Gong Sabu.Nama-nama gong sesuai dengan cara menabuhnya, ontoh gong pengiring tari Ledo Hawu : Leko yaitu dua buah gong yang mula-mula ditabuh seara bergantian, Didale ae, Didala Iki, dan Gaha yaitu tiga buah gong yang berukuran agak besar (gong bass) yang juga ditabuh secara bergantian, Wo Peibho Abho yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring gong Leko, Wo Paheli yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring Leko dan We Peibho Abho. sumbe r: http...
Teman, teman biasanya secara adat sehari-hari orang Sawu hidup dalam kelompok-kelompok. Masing-masing memiliki nama sendiri-sendiri. Nama kelompok itu adalah Do Haba (Orang Haba), Do Mahara (Orang Mahara), Do Liae (Orang Liae) serta Do Dimu (Orang Dimu). Mereka menempati tanah milik masing-masing kelompok. Warga dari setiap kelompok meyakini bahwa mereka dipersatukan oleh garis keturunan yang sama. Selain itu, mereka meyakini bahwa semua kelompok memiliki leluhur (nenek-moyang) yang sama pula. Walaupun hidup dalam kelompok-kelompok, Orang Sawu hidup secara damai. Orang Sawu merasa bahwa hubungan di antara kelompok bagaikan hubungan kakak dan adiknya dalam sebuah keluarga. Do Haba dianggap sebagai kakak tertua. Do Mahara dan Do Liae di tengah serta Do Dimu sebagai adik bungsu. Namun Do Raijua (orang Raijua) dianggap sebagai kakak dari semua orang Sawu. Teman-teman, dalam kekerabatan Orang Sawu setiap anak mempunyai kewargaan rangkap. Kewargaan menurut garis keturunan lelaki d...
Teman-teman mari kita mengenal sebuah dongeng dari Pulau Sawu yang berjudul "Menghilangnya Dua Putra Raja." Dongeng ini banyak diceritakan oleh orang-orang tua masyarakat Timor, Rote, Sumba dan Sawu. Biasanya mereka bercerita kepada anak-anaknya ketika waktu senggang. Dongeng "Menghilangnya Dua Putera Raja," adalah sebagai berikut. Dahulu kala hiduplah sebuah keluarga yang sangat miskin. Keluarga itu terdiri dari pasangan suami -istri dua orang anak yang masih kecil. Kehidupan keluarga hanya mengandalkan sebidang tanah warisan yang tidak luas. Tanah warisan itu sudah ditanami turun temurun, maka tanah itu sudah tidak subur lagi. Untuk membantu orang tuanya, kedua anak yang masih kecil itu bekerja. Pekerjaan yang mereka lalukan adalah menjadi pengembala kambing milik raja. Pada suatu sore, ketika mereka hendak mengandangkan kambing -kambing milik raja, turun hujan yang sangat lebat. Keduanya berlari untuk berteduh di sebuah pondok reyot. Pondok itu berantakan, diterjang...
Alkisah pengembaraan dua bersaudara yang bernama Hawu Ga dan Kika Ga. Keduanya adalah Putra Dewa (Penguasa) Langit. Kika Ga yang tua dan Hawu Ga adalah adiknya. Mereka tinggal sementara di Tanjung Sasar yang terletak di pantai utara Pulau Sumba bagian tengah.Di Tanjung Sasar ini mereka tinggal tidak lama. Keduanya memilih mengembara ke arah timur untuk mencari tempat tinggal yang diangga cocok. Mengapa mereka mencari tempat baru, tidak ada yang tahu sebabnya. Demikianlah, kedua bersaudara itu berlayar mengarungi lautanm luas dengan gelombang yang dahsyat. Sebagai pengembara, mereka terbiasa menempuh gelombang dan badai yang ganas. Bahkan, ada yang menceritakan bahwa gelombang dan badai bagaikan kawan mereka bermain. Setelah dua, tiga hari berlayar, mereka mendarat di Plau Raijua. Di pulau ini, ternyata, Hawu Ga tidak tinggal lama. Dia ingin meneruskan berlayar ke arah timur. Sementara itu, Kika Ga, kakaknya, tetap tinggal di Raijua. Hawu Ga yang meneruskan perjalanan akhirny...
Pada jaman dahulu kala ada seorang nenek tua yang sangat terkenal akan kejahatannya. Tinggalnya terpencil jauh dari kampung. Ia sangat dibenci oleh masyarakat sekampungnya. Namanya Balla Dili, Dinamakan demikian karena telinganya sangat lebar, hampir selebar daun keladi. Pekerjaannya sehari-hari ialah mencuri dan sekali-sekali bila perlu ia menyihir orang lain. Sering kali juga ia mengambil atau mencuri hewan dan anak-anak kecil. Karena sebab diatas itulah,maka ia diusir oleh orang-orangnya sekampung. Pada suatu hari nenek Balla Dilu pergi mengambil air minum. Mata air itu berada sedikit jauh dari rumahnya. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia bertemu dengan 2(dua)orang anak kecil sedang menggembalakan kambing-kambingnya di tengah-tengah padang rumput. Kedua anak itu bernama Lobo Kepalu dan Medho Kepalu. Kebetulan pula udara mendung hari itu, dan tampaknya segera akan turun hujan. Lobo Kepalu dan Medho Kepalu bergegas=gegas membawa kambing-kambingnya ke rumah karena takut...
Babba adalah nama yang diberikan kepada seorang anak oleh masyarakat sekelilingnya atau oleh orang-orang yang sudah mengenalnya. Demikian juga ayah dan ibunya biasanya dipanggil Ina Babba dan Ama Babba. Umur Babba ketika itu baru saja mencapai 12 tahun. Setiap hari ia mengembalakan kambingnya di lereng bukit yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Nama keluarga Babba yang sebenarnya adalah Ama Aji dan Ina Aji. Nama Babba diberikan kepada keluarganya itu karena perilaku dan budi bahasa mereka yang tidak pada tempatnya. Oleh sebab itu tetangga-tetangganya, handai taulannya menyebut mereka dengan nama Babba. Nama Babba berasal dari kata Babe, yakni suatu negeri di dalam sebuah dongeng di pulau Sabu yang mengingatkan orang pada keadaan masa silam dalam negeri itu ketika berkecamuk suatu peperangan dimana orang Babe yang dilanda perang itu berbicara tak tentu arah dan tujuannya antara satu sama lainnya., apabila mereka bertemu. Suatu keadaan yang kacau balau yang menyebabkan banyak t...