Pada jaman dahulu kala ada seorang nenek tua yang sangat terkenal akan kejahatannya. Tinggalnya terpencil jauh dari kampung. Ia sangat dibenci oleh masyarakat sekampungnya. Namanya Balla Dili, Dinamakan demikian karena telinganya sangat lebar, hampir selebar daun keladi. Pekerjaannya sehari-hari ialah mencuri dan sekali-sekali bila perlu ia menyihir orang lain. Sering kali juga ia mengambil atau mencuri hewan dan anak-anak kecil. Karena sebab diatas itulah,maka ia diusir oleh orang-orangnya sekampung.
Pada suatu hari nenek Balla Dilu pergi mengambil air minum. Mata air itu berada sedikit jauh dari rumahnya. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia bertemu dengan 2(dua)orang anak kecil sedang menggembalakan kambing-kambingnya di tengah-tengah padang rumput. Kedua anak itu bernama Lobo Kepalu dan Medho Kepalu.
Kebetulan pula udara mendung hari itu, dan tampaknya segera akan turun hujan. Lobo Kepalu dan Medho Kepalu bergegas=gegas membawa kambing-kambingnya ke rumah karena takut kehujanan. Nenek Ballu Dilu yang sedang memikul air, juga melewati padang rumputtempat kedua anak itu menggembalakan kambingnya. Sewaktu nenek Balla Dilu bertemu dengan kedua anak itu, ia menegur: "Hai anak-anak manis mampirlah ke rumahku untuk berteduh, menanti sampai hujan berhenti, demikian pula dengan kambing-kambingmu. Rumah ku cukup besar dan bagus. Sedangkan kamu berdua sebelum tiba dirumah, bisa berlindung di bawah daun telingaku. Bagus bukan? Kalau langsung pulang sekarang pasti kamu kehujanan, kemungkinan kamu berdua dan kambing-kambingmu terbawa banjir di sungai. Kalau mampir, kambing-kambingmu bisa berteduh dengan baik, serta kamu berdua boleh bermain-main sesuka hatimu dirumahku. Lagi pula bagimu berdua akan kusajikan makanan-makanan yang enak."
Mendengar sapaan nenek Balla Dilu yang begitu enak didengar Lobo Kepalu dan Medho Kepalu saling berpandangan. Dan keduanya lalu bertanya kepada nenek Balla Dilu: "Di manakah rumah nenek sesungguhnya?" "Rumah nenek di belakang gua ini, dekat kali," jaab nenek Balla Dilu. Akhirnya keduanya setuju akan tawaran nenek Balla Dilu itu. Ketiganya pun berangkatlah menuju rumah nenek, sambil menggiring kambing-kambingnya.Setiba di rumah nenek Balla Dilu hujanpun turun dengan lebatnya, seolah-olah dicurahkan dari langit. Kambing Lobo Kepalu dan Medho Kepalu berteduh dengan aman dibawah kolong rumah Balla Dilu.
Sementara itu Balla Dilu menyiapkan api untuk kedua anak itu berdiang mengurangi kedinginan sedang ia sendiri menanak nasi di dapur untuk mereka bertiga. Tidak lama kemudian Balla Dilu telah siap menyediakan makanan bagi mereka bertiga. Dipanggilnya LObo Kepalu dan Medho Kepalu katanya: "Cucu- cucuku yang manis, marilah kita sama-sama mencicipi makanan yang telah disiapkan ini. Nenek tadi berjanji akan menyediakan makanan yang enak-enak untukmu berdua bukan? Nah, sekarang telah siap. Marilah kita makan bersama-sama. Enakkan tinggal bersamaku di sini, cucu-cucuku? Sesudah makan cucucku berdua boleh istirahat di tempat tidurku."
Setelah seleai makan, Lobo Kepalu dan Medho Kepalu merasa cape dan ingin sekali beristirahat.Tak lama kemudian mereka tertidur dengan nyenyak. Sementara itu nenek Balla Dilu mengangkat keduany ke mkamar dan menguncinya dari luar. Lalu ia pergi menyembelih kambing-kamibing milik Lobo Kepalu dan Medho Kepalu.
Ketika kedua anak itu terbangun, mereka tidak tahu dimana mereka berada, karena dikamar itu sangat gelap lagi pula hari sudah malam. Keduanya pun menangislah. Setelah Balla Dilu tahu bahwa keduanya telah terbangun dan menangis, cepat-cepat ia membujuk anak-anak itu dengan makanan, yang enak-enak: "Cucu-cucuku, jangan menangis, nenek ada disini. Nenek lagi memanggang daging untukmu berdua makan . Sesudah maka, tidur lagi karena hari sudah malam, cucu-cucu yang baik. Dan besok cucu berdua baru boleh pulang." Sambil berkata demikia, nenek Balla Dilu menyalakan lampu dan menyodorkan daging yang telah dipanggangnyaitu. Nenek Balla Dilu bergurau dengan mereka: "Daging ini enak lagi lemaknya banyak bukan? Ccucu berdua punya lemak sudah sama seperti lemak daging ini atau belum?" Jawab anak-anak itu: "Lemak kami sudah lebih dari lemak daging ini, nek. Mengapa menanyakan seperti itu? Dari mana nenek dapat daging segemuk lin? Di manakah kambing-kambing kami sekarang, nek?"
Pertanyaan Lobo Kepalu dan Medho Kepalu bertubi-tubi kepada nenek Balla Dili. Mereka curiga akan sikap nenek Balla Dilu, ramah tetapi seperti dibuat-buat, dan kelihatannya tengah melakukan sesuatu rencana yang buruk. Nenek Balla Dilu menjawab: "Oh, kambing-kambingmu tengah berteduh dengan aman di bawah kolong rumahku, tidak ada binatang buas yang berani menggnggu. Tidurlah cucuku berdua, nenek menjaga disini."
Sewaktu Lobo Kepalu dan Medho Kepalu berada dalam kedinginan, merenungkan mengenai nasib mereka, tiba-tiba muncul seekor tikus kecil yang di Sabu biasa disebut tikus rumah. Langsung tikus itu mendekatinya. Tikus itu bernama Ina Dilla Kejoe.
Kemudian tikus itu berkata: "Apa yang sedang kalian berdua renungkan? Kamu berdua dalam keadaan bahaya. Kamu telah masuk perangkap nenek Balla Dilu. Kambing-kambingmu telah habis dibunhnya. Kini giliranmu berdua. Sekarang nenek Balla Dilu sedang pergi mencari garam di LiaE untuk menggarami dagingmu berdua bersama dengan daging kambingmu." Keduanya heran mendengar tikus yang pandai berbicra itu. Lalu kedua anak itu berkata kepada tikus itu, "Ina Dilla Kejoe yang baik hati, tolonglah jiwa kami." "Baiklah. Sebagai imbalannya kamu berdua membuka pintu-pintu dari lumbung padi dan kacang serta jagung yang ada di kamar itu." :obo Kepalu dan Medho Kepalupun berbuat seperti apa yang dimintakan oleh Ina Dilla Kejoe.
Selanjutnya Ina Kejoe meminta kepada Lobo Kepalu dan Medho Kepalu supaya mengambil sebatang tombak dan sebuah buli-buli minyak kelapa yang ada di dalam kamar itu. Kemudian Ina Dilla Kejoe memanggil kawanan tikus untuk melubangi dinding kamar agar supaya Lobo Kepalu dan Medho Kepalu dapat lolos dari dalam kamar itu. Dalam sekejapmata saja dinding pun selesai dilubangi oleh kawanan tikus itu. Kini Lobo Kepalu dan Medho Kepalu dapat meloloskan diri. Selanjutnya Ina Dilla Kejoe berpesan pula agar mereka berdua bersembunyi di atas pohon yang berada di belakang rumah nenek Balla Dili dan jangan lupa membawa serta tombak dan minyak kelapa."
Sementara itu kawanan tikus mulai memakan semua persediaan makanan nenek Balla Dilu. Sewaktu nenek Balla Dilu tiba kembali didapatinya pintu rumah telah terbuka.Demikian pula dengan kamar yang ditempai oleh kedua anak itu telah kosong. Dinding kamar telah berlubang serta lumbung-lumbung oadi, jagung dan kacang berserakan semuanya. Alangkah marahnya nenek Balla Dilu melihat kejadian dalam kamarnya itu. Padi, jagung, telah habis diganyang oleh tikus.
Tiba-Tiba Ina Dilla Kejoe muncul lagi dari tempat persembunyiannya dan berkata kepada nenek Balla Dilu: "Hai nenek Balla Dilu anak -anak itu telah mengetahui rencana-rencanamu, mereka telah melarikan diri. Segala simpananmu telah dirusakkannya."
Nenek Balla Dili menjawab: "Omong kosong, kau tikus keparat. Rupanya kamulah yang menjadi biang keladi atau perencana semua ini. Masakah mereka bisa melarikan diri. Lihat sajalah padi, jagung dan kacang simpananku telah habis dimakan kamu bangsa tikus. Sekarang juga kuusir kau dari rumah ini"; Sambil berkata demikian nenek Balla Dilu mengusir Ina Kejoe dari dalam rumah itu sehingga Ina Dilla Kejoe lari bersembunyi disalah sebuah lubang pagar yang dibuat dari batu. Dan sejak itulah semua bangsa tikus tidak bersahabat lagi dengan manusia hingga sekarang. Mereka selalu diusir-usir dari dalam rumah. Padahal sebelumnya tikus dan manusia itu adalah sahabat baik.
Tetapi sebelum Ina Dilla Kejoe keluar dari dalam rumah itu ia sempat memberitahukan kepada nenek Balla Dilu, katanya: "Anak-anak kecil itu kini sedang bersembunyi diatas pohon di sebelah rumahmu." Mendengar kata Ina Dilla Kejoe, Balla Dilu langsung pergi mencari kedua anak itu di belakang rumahnya. Tetapi tidak ditemuinya. Kemudian ia kembali lagi ke dalam kebun dengan membawa linggis dengan maksud untuk menggali bengkuang di dalam kebunnya. Tempat dimana ia menggali bengkuang itu tepat benar di bawah sebatang pohon jambu dimana di atasnya kedua anak itu sedang bersembunyi. Bengkuang yang telah dapat digalinya disimpan di sisi sebelah kanan. tetapi setiap kali ia menyimpannya Lobo Kepalu mengambil bengkuang itu dengan mempergunakan ujung tombak yang dibawanya. Nenek Balla Dilu menjadi heran karena setiap kali bengkuang yang disimpannya hilang. Kerena itu ia mencoba menyimpan di sebelah kirinya, sebab menurut perasaannya ada kemungkinan tangan kanannya ini yang sial. Ternyata bengkuang yang telah disimpannya disebelah kirinya pun juga hilang.
Nenek Balla Dilu mulai mengeluh: "Rupanya saya ini sial benar-benar, lebih baik saya berhenti menggali bengkuang." Sambil berkata demikian ia menengadah keatas dan tiba-tiba pandangannya tertumbuk pada wajah manusia yang ada diatas pohon itu. Ditatapnya dengan baik-baik, matanya diusap-usap..... dan ternyata benar bahwa itu adalh Lobo Kepalu dan Medho Kepalu yang sedang dicari-cari. Nenek Balla Dilupun berkata: "Kalian berdua berada disini, hai cucu-cucuku yang baik. Mengapa kamu bersembunyi disini. Rupanya kamu berdua inilah yang mengambil bengkuang-bengkuang tadi. Bukan main nakalnya cucu-cucuku ini. Sebaiknya kalian berdua turun dari atas pohon itu." Kemudian kedua anak itu menjawab: "Sebaiknya neneklah yang membantu kami."
Mendengar itu nenek Balla Dili memanjat pohon jambu itu. Batang pohon jambu itu besar dan lurus, kira-kira 3 meter tingginya dari tanah, baru terdapat cabang dimana kedua anak itu sedang duduk. Apabila nenek Balla Dilu hampir dapat memegang cabang tempat kedua anak itu berada, mereka langsung menyiram tangan nenek Balla Dilu dengan minyak kelapa yang dibawanya. Tangan nenek Balla Dilu menjadi licin dan tidak dapat lagi memegang pohon itu. Akhirnya nenek Balla Dilu jatuh dan ditombaklah nenek Balla Dilu oleh kedua anak itu dari atas pohon. Nenek Balla Dilupun meninggal, lalau keduanya turun dan pulang kerumah.Akan tetapi kambing-kambing mereka sudah tidak ada lagi. Semua kejadian yang telah dialami oleh kedua anak itu, diceriterakan kepada kedua orang tuanya dan seluruh isi kampung. Kedua anak itu mendapat pujian dari seluruh isi kampung karena keberanian dan keberhasilan mereka untuk membunuh nenek Balla Dilu yang sangat terkenal jahat itu.
sumber:
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...