Tugu Proklamasi Rengasdengklok berdasarkan catatan sejarah sangat erat kaitannya dengan Peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, tepatnya di rumah seorang Tionghoa yang bernama Djiaw Kie Siong. Sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus 1945. Monumen Kebulatan Tekad Tugu Perjuangan Rengasdengklok dibangun pada tahun 1950....
Indramayu memang memiliki tradisi yang unik, terutama di daerah Pamanukan, Lebak, dan Parean Bulak, sangat akrab dengan tradisi mencari jodoh. Tradisi mencari jodoh ini biasa disebut Jaringan. Biasanya di daerah ini terdapat pasar jodohnya. Pasar jodoh ini selalu ramai oleh muda-mudi, hingga janda dan duda pun ikut berkumpul mencari jodoh. Jika merasa ada kecocokan, mereka akan mulai pacaran dan kemudian berlanjut pada proses lamaran untuk menikah. Uniknya lagi di prosesi Jaringan ini, pihak lelaki menggunakan sarung untuk menggaet wanita yang diinginkannya. Siapapun boleh ikut dalam prosesi Jaringan ini, siapa tahu bisa bertemu jodoh disana. Sebab, biasanya banyak pasangan mendapat jodoh dalam tradisi Jaringan ini. Jika berminat, Jaringan ini diadakan pada malam bulan purnama. Pasalnya bagi warga, jika melaut pada malam purnama biasanya ikan sulit didapatkan, sehingga tidak ada yang melaut, dan itu waktu yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkumpul di pasar jodoh. Sum...
Lepet adalah sejenis makanan khas Jawa Barat. Lepet ini sendiri berasal dari Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Sumedang. Lepet terbuat dari beras ketan yang ditambahkan kacang tanah sebagai isian, biasanya dibungkus dengan daun janur. Selain menggunakan kacang, isian lepet juga dapat divariasi dengan mengganti kacang tanah menjadi jagung atau jenis kacang-kacangan yang lain. Lepet masih dapat kita jumpai di seluruh daerah Jawa Barat, walaupun umumnya banyak dijual di daerah Kuningan dan Sumedang. Konon, orang Sumedang biasa memakan lepet ini dengan didampingi dengan tahu Sumedang yang juga makanan khas dari daerah tersebut. Berikut merupakan resep lepet yang dapat dijumpai di tanah Sunda. Bahan: Beras ketan putih 1/2 kg Parutan kelapa 1/2 butir Kacang tanah atau kacang tolo (optional) 1 sendok teh garam Daun janur Tali pengikat (bambu tali / rafia) Cara Membuat: Beras ketan dicuci bersih dan dan rendam...
Indramayu memang memiliki tradisi yang unik, terutama di daerah Pamanukan, Lebak, dan Parean Bulak, sangat akrab dengan tradisi mencari jodoh. Tradisi mencari jodoh ini biasa disebut Jaringan. Biasanya di daerah ini terdapat pasar jodohnya. Pasar jodoh ini selalu ramai oleh muda-mudi, hingga janda dan duda pun ikut berkumpul mencari jodoh. Jika merasa ada kecocokan, mereka akan mulai pacaran dan kemudian berlanjut pada proses lamaran untuk menikah. Uniknya lagi di prosesi Jaringan ini, pihak lelaki menggunakan sarung untuk menggaet wanita yang diinginkannya. Siapapun boleh ikut dalam prosesi Jaringan ini, siapa tahu bisa bertemu jodoh disana. Sebab, biasanya banyak pasangan mendapat jodoh dalam tradisi Jaringan ini. Jika berminat, Jaringan ini diadakan pada malam bulan purnama. Pasalnya bagi warga, jika melaut pada malam purnama biasanya ikan sulit didapatkan, sehingga tidak ada yang melaut, dan itu waktu yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkumpul di pasar jodoh. Sum...
Bandung Creative Hub (BCH) merupakan pusat rekreasi kreatif yang ada di Kota Bandung. BCH resmi dibuka untuk publik pada tanggal 28 Desember 2017 dengan anggaran sekitar Rp 40 miliar. Bangunan ini berada di bawah unit pelaksana teknis pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Bangunan ini memiliki ciri khas tembok luar nya yang didesain unik sebagai ciri khas BCH itu sendiri. BCH dilengkapi fasilitas seperti ruang-ruang kelas, perpustakaan, ruang rapat, cafe, galeri seni, dan tempat hotspot yang tentu sangat cocok bagi pemuda dan masyarakat yang ingin sekedar berfoto ria bahkan sampai menyelenggarakan rapat. Terdapat juga survei rutin berupa absensi pengunjung dari pihak BCH sebagai bentuk pengawasan dan upaya pengembangan fasilitas BCH itu sendiri. Kini, BCH pun sudah menjadi ikon khas Lota Bandung dalam bidang arsitektur kebudayaan.
Bubuy Sampeu Bubuy Sampeu adalah makanan tradisional yang terbuat dari singkong. Cara pembuatannya adalah singkong dikupas, kemudian dimasukkan ke dalam debu panas. Debu panas tersebut merupakan sisa dari bara api hasil pembakaran kayu bakar yang dibakar pada kompor tradisional yang disebut "Hawu". Tunggu setengah jam sampai matang, baru bisa dimakan. Pada masa dahulu di kampung, tidak ada kompor, yang ada adalah "Hawu". "Hawu" menggunakan kayu bakar, dan setelah kayunya menjadi debu panas, singkong dimasukkan ke bawah debu panas tersebut. Bubuy Sampeu paling enak dimakan dengan gula merah/gula aren yang diiris halus dan saat masih panas. Bisa dimakan sebagai sarapan pagi atau sebagai kudapan saat minum teh di sore hari. Inilah suasana kampung pada masa lalu, sebab sekarang di kampung pun "Hawu" sudah langka. #OSKMITB2018
Situs Dayeuhluhur berada di Kabupaten Sumedang berupa Makam Raja dan Bangsawan Kerajaan Sumedang Larang. Disini terdapat makam raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, yaitu Prabu Geusan Ulun putra dari Pangeran Santri. Prabu Geusan Ulun juga mendapat gelar jabatan 'Nalendra' dari Kerajaan Padjajaran atau bisa dibilang sebagai penerus sah dari Kerajaan Padjajaran. Selain makam Prabu Geusa Ulun, disini juga terdapat napak tilas dari "Kandaga Lente" atau dalam Bahasa Indonesia bisa disebut Patih Kerajaan Sumedang Larang sendiri, yaitu Eyang Jaya Perkasa (Mama Jaya Perkosa). Napak tilasnya berupa sebuah batu di puncak bukit. Eyang Jaya Perkasa menjabat sebagai patih pada masa Prabu Geusan Ulun dan kemudian mengundurkan diri setelah perang dengan Kerajaan Cirebon. Konon katanya, Mbah Jaya Perkasa wafat tanpa meninggalkan jasad, dalam ajaran Hindu disebut "Moksa", dalam Bahasa Sunda " Ngahyang". Dan ada beberapa larangan ketika hendak mengunjungi napak tilasnya, salah satunya yaitu ti...
Goa langkop terletak di Kampung Tapos, Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Situs Goa Langkop merupakan temuan Arkeologi yang sudah tercatat pada Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Serang ,sehinga situs ini telah dilindungi, dipelihara dan dibina menurut ketentuan Undang-Undang No 5 tahun 1993 dan telah masuk dalam daftar Inventaris dari Berbagai Benda Cagar Budaya yang di lindungi. Keberadaan Situs secara Keseluruhan terdiri dari : 1. Batuan Menhir. 2. Batuan Berudak masing-masing mempunyai Teras. 3. Goa yang berdinding Batu sebanyak 2 Buah. 4. Batu kubur / Batu Alta. Menhir sebagai pelambang batu tegak, mempunyai fungsi sebagai tempat Upacara Pemujaan, maka dengan demikian adanya bukti bahwa Goa Langkop adalah sebuah warisan dari kondisi lama yang hidup pada masa Kebudayaan prasejarah, jika mungkin dapat dikatakan sejaman dengan masa Megalitik mu...
Hompilah (atau lebih dikenal dengan "Hompimpa") merupakan salah satu lagu permainan asal Sunda yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Hompilah biasanya dilakukan anak-anak sebelum melakukan suatu permainan. Caranya adalah anak-anak berkumpul lalu membolak-balikkan telapak tangannya sambil bersama menyerukan "Hompilah/hompimpah alaium gambreng". Setelah itu setiap anak menunjukkan antara punggung tangan atau telapak tangan (posisi tangan menghadap atas atau bawah). Apabila seorang anak posisi tangannya berbeda sendiri, maka anak tersebut menang atau kalah, sesuai kesepakatan yang telah ditentukan. Jika tersisa dua anak dengan posisi tangan yang sama, maka dilakukan suit. Selain di tataran Sunda, hompimpah juga terkenal sebagai budaya Jawa dan Betawi, dengan nyanyian yang lebih panjang, "Hompimpa alaium gambreng, Mpok Ipah pake baju rombeng" Saat ini hompilah/hompimpah masih banyak diterapkan bahkan oleh remaja sekalipun. Hompilah biasa dilakukan dalam permainan, olahra...