Susur adalah makanan wajib yang dibawa pada saat proses pinangan (oleh keluaraga pihak laki-laki). Susur berwarna putih yang berarti putih hati dengan maksud bahwa kedatangan pihak keluarga untuk meminang adalah di dasari dengan niat yang bersih. Susur biasanya disajikan dengan lemang. Jumlah susur pada saat meminang adalah 12 susur. Angka 12 adalah simbol dari niatan pinangan. Selain untuk pinangan, susur disajikan pada saat maulid dan Hari Raya Idul Fitri/ Idul Adha. Bahan makanan: - Beras (yang di tumbuk) - Gula (dari Nira) - Air perasan talas Sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=6863
Dalam Bulan Ramadan, ada yang khas di pasar-pasar tradisional di Aceh Selatan, yaitu adanya penjual Seumuleng. Begini penampakan Seumuleng. Seumuleng adalah tunas rotan yang dimanfaatkan sebagai makanan. Seumuleng adalah istilah dalam Bahasa Aceh Selatan untuk tunas rotan. Ada sebagian yang menyebut Gu Seumuleng, tapi mayoritas hanya menyebut Seumuleng saja karena jika dilihat secara Bahasa, ‘Gu’ berarti tunas, dan ‘Seumuleng’ sendiri adalah tunas rotan. Jadi menyebut ‘Seumuleng’ saja sudah cukup tanpa perlu menyebut ‘Gu’ lagi. Uniknya, Seumuleng ini hanya muncul selama bulan Ramadan saja. Padahal tunas rotan sendiri bukanlah tunas yang tumbuh musiman mengikuti musim Ramadan. Tetapi begitulah kebiasaan yang ada di Aceh Selatan secara turun temurun. Jika sudah mulai memasuki bulan Ramadan, para petani mulai berburu tunas rotan di hutan, kemudian menjualnya di pasar-pasar tradisona...
Cileupe Udeung Berikut ini Bahan dan Bumbu Cileupe Udeung untuk 4 porsi: 500 gram udang pancet, dibuang kepala 2 buah asam sunti 2 buah belimbing sayur, diiris 3 lembar daun jeruk 2 1/2 sendok teh garam 1/4 sendok teh merica bubuk 1 sendok teh gula pasir 750 ml air Bumbu Halus: 6 butir bawang merah 2 siung bawang putih 3 buah cabai rawit 2 cm jahe 1 cm kunyit Cara Memasak Cileupe Udeung Campur semua bahan dan bumbu halus. Tambahkan air. Masak sampai meresap. Sumber: http://resepresepmasakan.net/cileupe-udeung.html
TENGGOLI adalah sejenis manisan yang diolah dari air tebu. Di Kota Subulussalam manisan ini dinamai tenggoli dan sudah turun temurun dibuat secara tradisional oleh warga setempat. Manisan ini paling laris saat bulan Ramadhan pengganti gula. “Paling banyak dicari pada bulan puasa untuk membuat kue lebaran,” kata Jahar Kombih (41) warga Desa Panglima Sahman, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam kepada Serambi, Sabtu (13/8) lalu. Jahar yang didampingi Jaddam Basri tokoh masyarakat setempat, mengaku sudah menggeluti usaha pembuat manisan tebu sejak tiga tahun lalu. Sejauh ini, poses pengolahan tebu menjadi manisan dilakukannya secara tradisional yakni dengan mengandalkan air sungai sebagai motor penggerak pemeras tebu. Sepintas, alat penggerak tebu yang disebut ‘Ilangen’ dan terapung di atas sungai Souraya itu mirip dengan jamban, bedanya alat ini dilengkapi dengan kincir yang berputar. Menurut Jahar, usaha pembuatan tenggoli sebenarnya merupakan trad...
PACIK KULE Bahan : - ½ Kg ikan jurung atau ikan mas besar - 30 lembar daun labu tanah - 30 lembar daun kunyit - 2 buah kelapa diambil airnya - 1 buah asam jeruk nipis - Garam secukupnya Bumbu : - 1 ons cabai merah - ½ ons cabai rawit - ½ ons bawang merah - 2 siung bawang putih - 2 buah kemiri - 2 batang sere - 1 ibu jari lengkuas - Kunyit 1 jari kelingking Cara Memasak : - Ikan dibersihkan dan dipotong sedang, beri garam + asam jeruk nipis. - Semua bumbu digiling halus - Ikan + bumbu diaduk rata beri garam secukupnya. - Balut ikan dengan daun labu dan daun kunyit. - Susun rapi dalam kuali - Beri santan secukupnya masak hingga kering. Sumber: - http://www.adatnusantara.xyz/2017/08/asal-usul-dan-kebudayaan-suku-alas-dari.html - http://indonesia.go.id/?p=8528  ...
Cemilan yang satu ini sudah sangat populer sekali dikalangan masyarakat Aceh bagian Tengah/Tenggara, Tanah Karo, dan bahkan dikenal juga di Tapanuli Selatan (Mandailing). Makanan khas ini, cara pembuatanya agak sedikit berbeda bila dibandingkan dengan beberapa daerah yang menjadikan sebagai penganan khas. Demikian dalam persoalan penyebutan nama. Di Kalak Alas (Orang Alas) biasanya menyebut makanan ini dengan nama cimpe. Sementara di Gayo mengenal makanan ini dengan nama yang berbeda yakni gutel. di Karo disebut cimpa unung. Cara pembuatan dan menyajikannya agak sedikit berbeda baik untuk nama cimpe, cimpa unung, maupun gutel, tetapi bahan-bahannya tetap sama. Contoh perbedaannya saja sebelum dikukus cimpe akan dibalutkan pada daun pandan sedangkan pada cimpa unung dibungkus dengan daun pisang atau daun palma. Sementara di Gayo ada yang dibalut dengan daun pisang ada juga yang langsung dikukus, tanpa pembalut terlebih dahulu. Bahan-bahan yang perlu kita sediakan dan...
Di Kabupaten Aceh Selatan yang dijuluki sebagai Negeri Pala, ada salah satu kuliner yang sangat khas. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama gulai taleh . Taleh artinya talas, jadi gulai taleh adalah gulai batang talas atau keladi. Dalam bahasa Aceh disebut juga bak leubue atau bak eumpeuk . Keladi ini jenisnya banyak, ada keladi putih, keladi hijau, dan keladi hitam atau leubue adang . Tanaman talas ini juga tumbuhnya sangat mudah dan menyukai struktur tanah yang lembab, seperti di parit-parit. Banyak tumbuh di sekitar pemukiman warga, sehingga tidak perlu dibeli seperti di kota-kota besar seperti Banda Aceh. Bumbu-bumbu yang digunakan untuk meracik gulai ini sama seperti bumbu untuk meracik gulai santan atau gulai lemak pada umumnya. Yaitu cabai rawit, cabai merah, kemiri, bawang merah, bawang putih, dan kunyit. Untuk menguatkan aroma ditambah serai, daun salam, dan daun kunyit. Dan tentunya santan kelapa. Cara m...
Leugoek adalah salah satu makan khas yang berada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Makanan ini terbuat dari sagu rumbia. Proses pembuatannya sagu dimasak pakai air dengan takaran tertentu hingga mengumpal lalu dibulat-bulatkan pakai tangan dengan besar seukuran bola pimpong atau sedikit lebih kecil dari godok-godok ketila . Selanjutnya diaduk dalam kelapa parut. Lazimnya warga membuat leugoek ketika ada kegiatan meuseuraya (saling bantu) misalnya membuat atap dari daun rumbia, potong kayu, ceumeuloe pade (mengarit), memanen padi bersama-sama serta menanam padi. Sumber: http://sumaterapost.com/berita1/Leugoek-Makanan-Tradisional-yang-Nyaris-Hilang-di-Aceh-Barat-Daya-34268
Bahan bakunya adalah kulit kerbau, hati kerbau, dan jeroan yang direbus dengan sedikit garam. Kemudian dirajang halus. Dicampurkan dengan bumbu yang juga sudah digiling halus. Serai, jahe, empan (andaliman), lengkuas, bawang merah, bawang putih, dan garam. Bumbu halus ini mentah, tidakk ditumis lagi sehingga rasanya segar. Rajangan halus bahan rebusan tadi, dicampurkan dengan bumbu, lalu ditambahi air perasan kayu weng (wing/ uweng) dan air jeruk. Kabarnya ini adalah hidangan khas dari wilayah Toa. Dan menjadi hidangan wajib saat hari raya. Sumber: http://helloacehku.com/8-masakan-yang-hanya-ada-di-dataran-tinggi-gayo/