masyarakat adat
405 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Sato, Alat Musik Tradisional dari Labu Hutan
Alat Musik Alat Musik
Nusa Tenggara Timur

Alat musik Sato tentu tak setenar alat musik lainnya sehingga membuat banyak orang tentu penasaran bila mendengar namanya. Kekhasan alat musik gesek sato ini hanya bisa ditemukan di Kabupaten Ende, tepatnya di Desa Waturaka, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Keunikan sato adalah alat musik ini terbuat dari bila atau labu hutan. Dulu sato dimainkan sendirian untuk mengusir kesepian di tengah kebun atau di rumah. Sato juga biasa dimainkan bersamaan selama ritual adat. Sato yang sempat hilang, perlahan bangkit kembali dengan menampilkan permainannya pada berbagai pentas di tingkat kabupaten.Sato terbuat tidak sembarang labu, tetapi labu hutan yang banyak dijumpai di hutan sekitar Waturaka. Labu hutan ini pun sering digunakan untuk wadah penyimpan air ataupun sirih pinang. Biasanya dipakai labu yang sudah tua, dibelah dan dibuang isinya lalu dikeringkan sampai benar-benar kering dan berwarna kecoklatan, baru dapat dipergunakan. Kesulitan mencari buah labu untuk membuat a...

avatar
Aze
Gambar Entri
Glen Mahe, Ritual Ucap Syukur Suku Tana
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Fakta bahwa bumi Flores kaya dengan budaya terlihat dari keragaman tradisi masyarakatnya. Etnis Tana Ai, -satu dari lima etnis di Sikka, misalnya memiliki seremoni Glen Mahe , sebuah ungkapan syukur atas berkat Yang Maha Kuasa. Ratusan warga mendatangi ritual adat yang berada di tengah hutan rimbun berjarak sekira 400 meter dari pemukiman kampung. Glen Mahe dilaksanakan setiap 5 tahun sekali atau lebih, tergantung pada hasil pertemuan yang digelar Tana Puan atau kepala suku bersama Marang (panglima perang) serta ketiga pemimpin suku Wulo, Ketang Kaliraga dan Lewar Lau Wolo. Hasil perundingan tersebut lalu disampaikan kepada warga, atau anak suku, dan bila disetujui maka Glen Mahe akan dilaksanakan sesuai jadwal waktu yang telah disepakati. Glen Mahe sudah dilaksanakan sejak Mahe , pusat ritual adat didirikan sejak tahun 1800-an, gunanya untuk mensyukuri apa yang diperoleh selama kurun waktu tersebut dengan memberikan kurban kepada Ina Nian Tana dan lelu...

avatar
Aze
Gambar Entri
Ritual Soro Nei, Ritual Penyelamatan Paus Biru
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Ritual Soro Nei, sebuah ritual kearifan lokal untuk menyelamatkan paus agar tidak terdampar. Dimulai dengan membuat bunyi-bunyian di bawah laut untuk membawa ke pintu keluar palung. Kemudian ditambah dengan dengan lantunan doa dan sejumlah sarana pengantarnya. Secara harfiah seperti spirit memberi makan dan memanggilnya menuju laut. Menggunakan sejumlah sarana seperti kapas, ikan kering putih, dan tuak atau air deresan bunga kelapa/lontar. Ritual tersebut dilakukan oleh masyarakat di Teluk Waienga, Desa Watodir, Kecamatam Ile Ape, Kabupaten Lembata. Ritual Soro nei bisa dibilang memberi makan dan meminta untuk kembali ke laut lepas ritual ini dilakukan oleh para tuan tanah di sekitar teluk. Sarananya antara lain, kapas dipelintir menjadi bola-bola kecil, ada juga sejenis umbi-umbian yang biasa disematkan pada bayi untuk menolak bala. Lalu ada ikan kering putih non pelagis yang digandeng biji beras.Kapas dipelintir saat pelafalan doa. Persembahan untuk moyang leluhur menyambut sa...

avatar
Aze
Gambar Entri
Pejore Donahu Ngabui
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Pada suku Sabu, upacara ini disebut pejore donahu ngabui, sedangkan pada suku Dawan disebut lais toit li ana, upacara ini dilakukan oleh sepasang suami istri. Upacara ini bertujuan untuk memohon kepada dewa agar diberi keturunan. Dalam pelaksanaannya upacara ini melibatkan keluarga dan kerabat dari pihak laki-laki dan perempuan serta sesepuh-sesepuh adat. Dalam masyarakat suku Sabu, upacara ini dilaksanakan tepat pada hari perkawinan yaitu setelah upacara perkawinan selesai dilakukan. Sementara itu, dalam masyarakat suku Dawan. upacara ini bisa dilakukan kapan saja, biasanya pada musim kemarau sesudah panen. sumber : https://www.senibudayaku.com/2017/11/upacara-adat-nusa-tenggara-timur.html#

avatar
Aze
Gambar Entri
Iu Roulekku (hapo pakebake)
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Orang-orang suku Sabu menyebut upacara ini Iu Roulekku ( hapo pakebake ). Iu Roulekku artinya memasang atau mengikat daun lontar pada bagian depan rumah, sedangkan hapo pakebake berarti menyambut kandungan yang telah jadi. Sementara itu, orang-orang suku Dawan menyebutnya Lais toet manik oe matene atau Lais toet aomina yang artinya memohon kesejahteraan buah kandungan. Upacara ini bertujuan untuk memohon agar bayi yang ada dalam kandungan sehat walafiat dan lahir dengan selamat serta dalam keadaan sempurna. Upacara ini diadakan saat kandungan berumur 5 bulan karena menurut kepercayaan orang sabu, pada saat itu bayi telah menjadi manusia sempurna. Sarana-sarana yang digunakan dalam pelaksanaan upacara antara lain selembar daun lontar beserta lidinya yang belum dipisahkan, yang kemudian dianyam membentuk sebuah wadah khusus untuk tempat persembahan (Roulekku), tikar, sesajian, dan hewan untuk disembelih. Dalam upacara ini, baik suku Sabu maupun suku Dawan sama-sama menye...

avatar
Aze
Gambar Entri
Hapo ana
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Pada suku Sabu, upacara ini disebut Hapo ana, dan pada suku Dawan disebut Lasi an kon aufnao an kon . Upacara ini dimaksudkan untuk memohon pada para dewa agar bayi lahir dengan selamat dan selalu sehat, dan agar ibu si bayi juga selalu sehat dan dapat mengandung lagi serta melahirkan dengan selamat. Tahapan upacara ini meliputi pemotongan ari-ari bayi, penggantungan ari-ari bayi tersebut di atas pohon, pemberkatan bayi dan ibunya. Pelaksanaan upacara ini juga melibatkan semua anggota keluarga, kerabat, dan tokoh-tokoh adat. Biasanya dalam upacara ini diadakan penyembelihan hewan, seperti kambing, domba, babi atau ayam. sumber :https://www.senibudayaku.com/2017/11/upacara-adat-nusa-tenggara-timur.html#

avatar
Aze
Gambar Entri
Hel Keta
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Indonesia timur salah satunya, terkenal dengan adat istiadatnya yang masih kental dipegang oleh masyarakat setempat secara turun-temurun dari para nenek moyang hingga kini. Upacara-upacara atau ritual keagamaan dan adat istiadat masih dipegang teguh dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Salah satu tradisi yang masih dilakukan bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kota Kupang dan sekitarnya adalah acara "Hel Keta" bagi para calon pengantin baru yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Setiap orang yang ikut dalam acara ini wajib memakai pakaian adat seperti kain beti bagi kaum laki-laki, dan kain tais bagi perempuan. Acara "Hel Keta" merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum acara malam adat untuk penyerahan mahar atau dalam istilah di Timor disebut Belis. Setelah itu dilakukan pemberkatan sah di gereja karena mayoritas penduduk asli adalah pemeluk agama Katholik dan Kristen Protestan. Acara ini biasa dilakukan sebagai simbol pertemuan an...

avatar
Aze
Gambar Entri
Tradisi Belis, budaya 'mencekik leher'
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Memberi belis atau mas kawin berupa gading gajah adalah hal lumrah di kalangan masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya di Flores. Pemberian belis menjadi istimewa dan terlihat elit lantaran harganya mahal karena belis berupa gading gajah ini amat jarang ditemukan di NTT. Meski tergolong memeras kocek, tapi mereka beranggapan hal ini mampu melejitkan pamor dan status sosial di mata warga.Memang tradisi penyerahan belis tidak bisa dihindarkan olehnya. Tetapi keharusan menyerahkan belis tak disangkal membuat masyarakat NTT pusing. Dia sampai harus berutang hingga meminta uang kepada orang tua serta menabung jika dia serius ingin menikahi tambatan hatinya. Kebudayaan belis justru ancaman di tengah perekonomian warga NTT makin menghimpit. sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/tradisi-belis-budaya-mencekik-leher-warga-ntt.html

avatar
Aze
Gambar Entri
Weleng Wulang
Ritual Ritual
Nusa Tenggara Timur

Masyarakat di berbagai belahan dunia mempiliki tradisi tersendiri menyambut gerhana bulan, termasuk masyarakat suku Besi yang tinggal di Beo Wajur, Desa Wajur, Kolang, Kecamatan Kuwus Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).  Hingga tahun 1980-an, suku Besi yang memiliki bahasa Manggarai dengan dialek Kolang ini menyebut gerhana bulan dengan sebutan Weleng Wulang. Hingga tahun tersebut, Bahasa Indonesia belum lazim dipakai oleh masyarakat.  Tradisi Weleng Wulang ini merupakan tradisi masyarakat suku Besi untuk menyambut gerhana bulan dengan penuh kegembiraan. Mereka akan melakukan ritual adat dan melaksanakan tradisi menabuh gendang dan gong di rumah adat kampung setempat.  Saat menabuh gendang dan gong, semua anggota suku berkumpul dan dimpimpin oleh sang kepala suku. Menurut kepercayaan leluhur Suku Besi dan suku-suku lain di kawasan Kolang, “weleng wulang” atau gerhana bulan tidak membawa bahaya bagi...

avatar
Aze