'Jontu' merupakan istilah lokal di Jambi yang berarti jengkrik atau jangkrik. Dengan demikian permainan adu si jontu merupakan jenis permainan yang mengadukan jengkrik. Permainan ini dimainkan di beberapa daerah seperti Kabupaten Bungo Tebo, Batanghari, dan Sarko. Umumnya dimainkan oleh anak-anak maupun remaja laki-laki berumur 10 - 15 tahun. Permainan adu si jontu dilakukan untuk mengisi waktu luang dan pada saat-saat tertentu. Arena bermain biasanya berupa halaman rumah atau tempat yang agak luas. Alat permainannya terdiri dari si jontu itu sendiri dan tempatnya. Sebelum permainan dimulai, si jontu sudah dimasukkan ke dalam sebuah tempat berbentuk silinder. Tempat tersebut terbuat dari bambu atau kayu yang bagian atasnya diberi tutup. Permainan ini bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih. Setiap peserta memulai dengan melepas masing-masing jontunya dalam jarak yang dekat. Kemudian terjadilah perseteruan di antara kedua si jontu. Penentuan pemenang dilihat dari jo...
Rumah Adat Rantau Panjang terletak di Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi yang berada pada koordinat 01º51’04.86” LS dan 102º11’25.14” BT. Rumah Adat Rantau Panjang sampai saat ini masih ditempati oleh pemiliknya yang bernama Aminah sehingga termasuk living monument. Bangunan tersebut berdenah segi enam dengan ukuran 6,70 x 11,05 m dan menghadap ke utara. Bentuknya panggung yang ditopang oleh 24 buah tiang kayu. Dindingnya terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari seng. Atap rumah berbentuk pelana yang meruncing pada kedua ujungnya. Pada bagian ujung atap terdapat hiasan yang berupa ukiran terawangan dengan motif daun. Ruangan yang terdapat di dalam rumah ini antara lain beranda, ruang tamu, kamar untuk orang tua, kamar untuk anak yang telah berkeluarga, kamar untuk anak gadis, dan dapur. Untuk mengatur sirkulasi udara dan memperoleh cahaya maka dibuatlah jendela. Di atas kamar tidur orang tua dan anak ga...
Upacara Besale (penyembuhan) merupakan ritual masyarakat Anak Dalam yang bertujuan untuk menyembuhkan seseorang yang sakit akibat roh-roh jahat. Dalam adat istiadat masyarakat Suku Anak Dalam atau Anak Rimba terdapat banyak kegiatan upacara/ritual yang memiliki tujuan untuk menghormati arwah nenek moyang, mengharapkan keberkahan dan untuk menjauhkan malapetaka. Salah satu upacara adat masyarakat Anak Dalam adalah upacara Besale. Arti Besale bagi masyarakat Anak Dalam adalah membersihkan jiwa seseorang yang sedang sakit akibat roh-roh jahat yang bersemayam dalam diri seseorang tersebut. Menurut hasil penelitian Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya Departemen Pendidikan Kebudayaan Indonesia (1977.127), masyarakat Anak Dalam menganggap jika ada anggota keluarga atau kerabat yang sakit maka itu merupakan pertanda bahwa dewa telah menurunkan malapetaka. Agar dewa menjauhkan malapetaka tersebut, masyarakat Anak Dalam melakukan upacara Besale sebagai wujud memohon ampun. Hal la...
Arca Manusia Tanjung Telang berada di Situs Tajung Telang, Desa Tanjung Telang Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat. Situs ini berada di lingkungan perkarangan SMPN 2 Merapi Barat. Secara Astronomis situs ini terletak pada koordinat S 03º46’32.3” E 103º36’10”. Dengan letak ketinggian 150 meter dari permukaan laut. Situs Tajung Telang dalam penyebaran megalitik di Lahat dan Pagar Alam, merupakan situs yang berada paling timur dan paling jauh jaraknya dari Gunung Dempo. Lokasi ini secara imaginer terhubung aliran sungai yang berhulu di Gunung Dempo kemudian menyatu dengan aliran Sungai Lematang yang mengalir disisi selatan situs ini. Masyarakat lokal mengenal arca manusia ini dengan sebutan arca putri yang menggambarkan orang dengan gajah. Wajah orang tidak digambarkan jelas hanya terdapat sedikit goresan menggambarkan mata besar. Posisi arca menghadap ke arah barat dalam kondisi posisi duduk dengan memegang gajah. ...
Seni pertunjukan kakitau adalah jenis pertunjukan kebudayaan khas jambi. Kakitau sendiri diambil dari bahasa jambi yang berarti 'orang-orangan sawah'. Pertunjukan ini biasanya dilar dalam upacara adat yang biasanya diiringi oleh tari-tarian.
SEKATO, merupakan sebuah karya tari baru yang berangkat dari ragam gerak dasar tari daerah Jambi. Kehadiran tari Sekato ini merupakan suatu jalan dalam upaya untuk menambah perbendaharaan tari daerah Jambi. Tari ini adalah hasil dari kegiatan pengolahan tari yang dilaksanakan pada tahun 1992. Tari ini ditata oleh Sri Purnama Syam. Dalam penampilannya dibawakan oleh 8 penari yang terdiri dari 4 orang penari putra dan 4 orang penari putri. Tari ini menggunakan properti Kipas dan Payung dimana peggunaan Kipas dan Payung selain sebagai penghias juga mengandung arti untuk senjata dan perlindungan diri. Beberapa ragam gerak yang dominan dalam tari ini antara lain adalah gerak lenggang, langkah tigo, langkah tak jadi, buka ayun kipas. Tari ini telah dipentaskan di Taman Budaya Provinsi Jambi. Tari ini menggambarkan pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih, mereka bergembira bersama dan menari sebagai ungkapan dari rasa kebersamaan. Mus...
LENGGANG KIPAS LAYANG, adalah sebuah karya tari baru yang berasal dan hasil kegiatan pengolahan tari. Tari ini berawal dari tari tradisi yang berasal dan daerah Tk. II Merangin vaitu tari Kecimpung Ambai. Beberapa gerak tari Kecimpung Ambai yang ada dan mempunyai nilai khas diangkat dan dikembangkan. kemudian gerak-gerak tersebut dikemas sehingga terbentuk suatu gerak baru yang pada akhirnya menjadi sebuah tari baru. Tari Lenggang Kipas Layang menceritakan tentang kegembiraan muda-mudi setelah lelah bekerja, mereka bermain, bersendagurau dengan riangnya. Dalam penampilannya Tari Lenggang Kipas Layang di tarikan oleh 6 orang penari putri dengan menggunakan kipas sebagai propertinya, dimana fungsi kipas itu selain sebagai hiasan Juga berfungsi sebagai perisai diri. Tari ini ditata oleh Sri Purnama Syam dan musik pengiringnya ditata oleh Heri Suroso. Tar...
Naskah ini ditulis pada tanduk kerbau dengan menggunakan penulisan teknik gores, pada bagian ujung tanduk kerbau ini terdapat ukiran halus. Naskah ini terdiri dari 5 baris, dan juga naskah ini ditulis dengan menggunakan aksara Incung dan bahasa yang digunakan dalam penulisan naksah adalah bahasa Kerinci Kuno. Naskah ini berisikan tentang hal-hal mengenai tata cara pelaksanaan sesaji dan juga naskah ini berisikan mengenai petuah-petuah dan syarat-syarat untuk menjadi pemimpin. Naskah ini dipamerkan pada acara Pameran Gelar Museum Nusantara 2014 "Sabuk Peradaban Nusantara Jejak 1,5 juta tahun" yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pameran diselenggaran pada tanggal 22-24 November 2014 di Jakarta Convention Center.
Jika anggota keluarga ”Orang Rimbo” meninggal dunia merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan bagi seluruh masyarakat adat”Orang Rimbo , terutama pihak keluarganya, mereka yang berada di sekitar rumah kematian akan pergi karena menganggap bahwa tempat tersebut tempat sial, selain untuk dapat lebih cepat melupakan kesedihan yang ada dengan meninggalkan tempat mereka tersebut dalam waktu yang cukup lama. Pada jaman dulu melangun bisa berlangsung antara 10 sampai 12 tahun. Namun kini karena wilayah mereka sudah semakin sempit (menjadi kawasan perusahaan, Taman Nasional Bukit XII) dan banyak dijarah oleh orang dari luar masyarakat”Orang Rimbo” , maka masa melangun menjadi semakin singkat yaitu sekitar 4 bulan sampai satu tahun saja. Wilayah melangun merekapun semakin dekat, tidak sejauh dahulu bahkan tidak ada lagi yang pergi melangun. Pada masa sekarang apabila terjadi kematian di suatu daerah, juga tidak seluruh anggota “Orang Rimbo” tersebu...