Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Upacara kematian ini disebut Rambu Solo'. Rambu Solo' merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu. Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan b...
Berbagai macam permainan rakyat yang dianggap sebagai suatu tradisi untuk mensyukuri hasil panen yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, beraneka ragam pula bentuk dan caranya. Massempe' merupakan salah satu permainan rakyat yang cukup unik dan telah dianggap sebagai tradisi oleh masyarakat. Permainan tersebut, rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh warga dibeberapa desa di Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Massempe' berasal dari bahasa bugis, yaitu dari kata sempe' yang berarti menendang atau menyepak. Sedangkan awalan kata Ma memiliki makna melakukan sesuatu. Berarti massempe' adalah melakukan suatu pertarungan dengan cara menendang ataupun menyepak lawan. Tradisi saling tendang atau adu ketangkasan tersebut, merupakan pertarungan bebas antara dua pria dengan mengandalkan kekuatan kaki untuk menjatuhkan lawan. Karena dalam permainan itu, peserta tidak diperbolehkan menggunakan tangan untuk menyerang, namun menangkis serangan lawan tidak masalah. Sebel...
Tari yang digelar untuk penjemputan tamu kehormatan dari kerajaan lain. Diperagakan pada awalnya oleh para Bissu kerajaanpada abad XVI masa pemerintahan Raja Bone X We Tenri Tuppu MatinroE Ri Sidenreng, tari ini biasa juga disebut Sere Bissu. Kemudian pada masaberikutnya dipergakan dalam bentuk tari yang disebut Tari Alusu yang diperagakan oleh paradara-dara di lingkungkangan bangsawan.
Tarian ini mulai muncul pada akhir abad ke-17 di masa pemerintahan Opu Boloso di Distrik /Kerajaan Ballabulo. Dahulu tarian ini hanya di pentaskan di atas rumah panggung yang bahannya terbuat dari bambu sedangkan waktu pentasnya kebanyakan dilaksanakan di siang hari atau pada saat ada acara adat. Sedangkan pertunjukan di malam harinya hanya sifatnya sebagai hiburan kepada tamu-tamu kerajaan. Jumlah penari harus genap 2, 4 atau 6 orang karena dimainkan dalam bentuk berpasang-pasangan. Status kelamin yang memainkan tarian ini adalah perempuan dimana pada gerak yang dibawakan adalah gerakan lembut sebagai simbol kehalusan, kelembutan dan keramahtamahan pada gadis-gadis masa lampau. Dari usia penari pada masanya adalah dara-dara manis ( orang pilihan ) atau statusnya belum kawin. Waktu penyelenggaraan tari silonreng sangat tergantung pada momennya apa kegiatan tersebut dilakukan. Kalau upacara atau pesta itu dilaksanakan di malam hari maka waktu pelaksanaan itu juga di malam hari, begit...
Tarian ini mulai tumbuh pada abad XVIII M. Tarian ini diberi nama tari Pakarena Ballabulo sesuai dengan nama daerah tempat tumbuhnya yaitu Distrik Ballabulo yang sekarang berubah nama menjadi Desa Harapan Kec. Bontosikuyu. Tarian ini pada masa yang lalu hanya diperuntukkan pada saat pelantikan raja-raja atau saat penyambutan dan penghormatan kepada tamu kerajaan. Tarian ini dapat dimainkan dalam jumlah ganjil boleh 9, 7 dan boleh 5 orang penari wanita dengan menggunakan kipas dan selendang serta 3 orang pria sebagai pemain instrumen yang mengiringi tari tersebut dengan menggunakan 2 buah gendang dan sebuah gong. Di dalam tarian ini terdapat 5 adegan klimaks yang sangat enak di tonton.
Alat musik ini terbuat dari kayu dan tekstil. Alat bunyi-bunyian ini berupa tabung bambu yang diisi dengan batu-batu kecil. Tabung ini dibungkus dengan kain warna merah dan putih. Salah satu ujungnya berbentuk kepala ayam. Sessungriu merupakan perangkat yang digunakan dalam tarian Alusu, lalosu berasal dari kata lao-lisu yang artinya bolak-balik. Diberi nama demikian karena saat menari alat ini digoyangkan ke kiri dan ke kanan atau diayun ke depan lalu ke samping hingga menimbulkan bunyi. Tarian Alusu berasal dari Bugis yang merupakan rangkaian dari tarian Bissu (tarian yang penarinya adalah kelompok waria), dipentaskan saat upacara adat keagamaan, pelantikan raja, penyambutan tamu agung dan upacara lainnya.
Alat musik ini terbuat dari kayu. Kecapi merupakan alat musik tradisional masyarakat Bugis, yaitu Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Bentuk kecapi yang menyerupai perahu, konon karena alat musik ini diciptakan oleh para pelaut dan dalam bahasa Bugis Makassar disebut kacaping. Kecapi mempunyai dua dawai yang masing-masing memiliki sistem yang berbeda. Dahulu kecapi dimainkan saat pesta pernikahan, pesta panen, khitanan dan aqiqah yang berfungsi untuk menghibur para tamu. Saat ini kecapi dimainkan untuk mengiringi lagu saat upacara pernikahan, pesta panen, khitanan, dan aqiqah yang berfungsi untuk menghibur para tamu. Saat ini kecapi dimainkan untuk mengiringi lagu saat upacara pernikahan, penyambutan suatu acara, dan untuk mengiringi tarian (tari paddupa, tari bosara, dan tari pattennung). Kecapi juga berfungsi sebagai alat musik untuk menghibur masyarakat, dibunyikan untuk mengiringi syair-syair dan aksentuasi pemenggalan kata per kata yang mampu menggelitik penikmat, dan...
Alat musik ini terbuat dari kuningan. Jalappa alat musik sejenis simbol yang dibunyikan saat upacara adat (pernikahan, khitanan, tolak bala) dan persembahan sesaji untuk para dewata 'sewwae'. Jalappa juga menjadi bagian dari peralatan dukun (Puang Towa). Sebelum tarian bissu dimulai terlebih dahulu dibacakan mantera oleh Puang Towa diiringi dengan seperangkat alat musik simbol (kancing), gendang bulo panggilu / bulo pasetya, genta, lalosu, dan beberapa alat dan logam.
Alat musik ini terbuat dari besi. Alat ini berbentuk seperti anak panah (runcing pada kedua ujungnya). Ana' baccing bagian dari sarana upacara ritual kerajaan pada masyarakat Karangpuang. Alat musik ini merupakan bagian dari perangkat tarian Bugis, yaitu tari bissu yang dipertunjukkan saat upacara pernikahan, pelantikan dan kematian raja, saat terjadi wabah penyakit dan sebagai tanda dimulainya masa tanam padi. Prosesi tarian bissu diawali dengan gerakan Ma'dewata dan pembacaan mantera oleh Puang Towa (dukun) diiringi dengan seperangkat alat musik paseiya-seiya, genta, lalosu, dan beberapa alat dari logam.