Berbeda dengan Tifa yang dipukul seperti gendang, Triton adalah alat musik tradisional Papua yang berupa alat tiup. Triton terdapat dihampir seluruh wilayah pantai seperti Kepulauan Raja Ampat , Biak, Teluk Wondama, Yapen Waropen, dan Nabire. Triton terbuat dari cangkang kerang dalam bahasa papua disebut "Bia". Triton merupakan alat komunikasi masyarakat papua.
Makanan khas papua selain papeda adalah Aunu Sanebre . Makanan ini terbuat dari bahan bahan khas Papua seperti ikan teri nasi . Cara membuatnya pun termasuk mudah dan sangat simple . Ikan teri , parutan kelapa dan daun talas yang dikukus namun rasanya sangat nikmat. Sangat cocok bila disajikan dengan papeda Berikut ini resep pembuatanya Bahan : - 100 gram ikan teri nasi, dicuci bersih, digoreng sebentar - - 1 batang daun talas dan batangnya, diiris - - 100 gram kelapa parut kasar - - 1/4 sdt garam Cara membuat : 1. Rebus daun talas dan batangnya sampai matang. Angkat dan tiriskan. 2. Campur ikan teri nasi, daun talas dan batangnya, kelapa parut kasar dan garam. Aduk rata. 3. Kukus 25 menit dengan api sedang sampai matang. Sumber Foto : cloud.papua.go.id
Desa Yobeh, yang berlokasi di Danau Sentani, menyimpan kisah penuh misteri. Salah satunya adalah tifa keramat berusia lebih dari 200 tahun. Papua begitu magis, menyimpan misteri tersendiri. Wisatawan yang bertandang seakan diberi kesempatan untuk menyingkapnya. Sebuah gambaran yang tepat untuk mendiskripsikan Desa Yobeh yang berlokasi di salah satu dari 22 pulau yang tersebar di Danau Sentani, Jayapura, Papua. Memang, di danau terbesar di Papua ini, ada 24 kampung adat dengan tradisi masing-masing yang unik. Desa Yobeh menyimpan kisah penuh misteri. Salah satunya adalah tifa keramat berusia lebih dari 200 tahun. Tifa ini disimpan dan dipelihara oleh keluarga Felle secara turun temurun. Tifa atau gendang khas Papua keramat ini terbuat dari kulit manusia bagian dada. Sebenarnya, tifa ini sepasang yaitu tifa laki-laki dan tifa perempuan. Namun kini tifa perempuan berada di Museum Leiden Belanda. Konon, tifa ini berbunyi sebagai penanda ada warga yang akan meningga...
Keunikan budaya adat istiadat marga dan sub marga di pulau Numfor menjadi daya tarik tersendiri yang tidak jauh berbeda dengan suku-suku Papua lainnya yang berada di kawasan teluk pesisir cenderawaih. Tradisi pemberian maskawin atau dalam bahasa biak iyakyaker adalah salah satu warisan budaya leluhur yang masih melekat dalam adat istiadat masyarakat di pulau Numfor. Sebagaimana suku-suku di Papua yang menempatkan maskawin sebagai harta yang sangat berharga yang memiliki nilai tersendiri dalam ritual-ritual adat tertentu. Maskawin di Papua dapat berupa, hewan babi, manik-manik, guci, piring antik, hasil kebun, hasil laut, hewan hasil buruan, serta beragam harta benda lainnya. Maskawin biasanya dapat digunakan dalam ritual adat lainnya seperti penjemputan tamu, pelantikan kepala suku, pembayaran denda, dan ritual lainnya. Piring antic (ben bepon), dan guci masih sering di jumpai dalam ritual adat terutama dalam prosesi peminangan. Harta benda...
Sunda Manda Sunda manda atau juga disebut éngklék , téklék , ingkling , Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatra , Jawa , Bali , Kalimantan , dan Sulawesi . Di setiap daerahnya dikenal dengan nama yang berbeda. Terdapat dugaan bahwa nama permainan ini berasal dari " zondag-maandag " yang berasal dari Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, walaupun dugaan tersebut adalah pendapat sementara. Permainan Sunda Manda biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang peserta. Di Jawa, permainan ini disebut engklek dan biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan . Permainan yang serupa dengan peraturan berbeda di Britania Raya disebut dengan hopscotch . Permainan hopscotch tersebut diduga sangat tua dan dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi . Cara bermain Peserta permai...
Memang terbilang cukup ekstrim jika mendengar makanan berbahan dasar ulat sagu. Namun itu lumrah di tanah Papua. Menurut masyarakat Papua, ulat sagu terasa legit dan gurih. Bisa dimakan secara langsung atau diolah terlebih dahulu. Bisa diolah dengan cara direbus, digoreng, kemudian disajikan dengan sambal. Ada pula yang mengolahnya menjadi sate terlebih dahulu sebelum dinikmati. (sumber : http://news.liputan6.com/read/2067571/kuliner-ekstrim-sate-ulat-sagu-enak-gila).
Dani adalah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah pegunungan tengah Papua, Indonesia. Mendiami keseluruhan kabupaten jayawijaya serta sebagian kabupaten puncak jaya. Suku dani merupakan suku yang mendiami suatu wilayah di lembah beliem dan tidak hanya dikenal sejak ratusan tahun yang lalu sebagai petani yang terampil, namun juga mempunyai tradisi yang diluar masuk akal yaitu tradisi potong jari. Tradisi potong jari sudah menjadi bagian kehidupan suku dani sebagai bentuk menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan oleh anggota keluarga yang meninggal dunia. Mereka menjadikan tradisi ini sebagai lambang dari kesedihan yang telah ditinggalkan. suku dani diwajibkan untuk memotong jari mereka ketika kerabat dekatnya meninggal dunia, dan mereka beranggapan dengan memotong satu jari, maka kesedihanpun akan ikut hilang bersama jari yang terpotong tersebut. Bagi suku dani, jari diibaratkan...
Terdapat sebuah batu keramat di Gunung Kamboi Rama, Kepulauan Yapen Propinsi Papua. Di atas Gunung Kamboi Rama tersebut terdapat dua buah desa kecil bernama Desa Kamboi Rama dan Desa Aroempi. Desa Kamboi Rama dihuni oleh manusia sementara Desa Aroempi dipenuhi tanaman sagu milik tuan tanah bergelar Iriwonawani. Dari desa inilah asal mula legenda batu keramat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kaum laki-laki Desa Kamboi Rama berburu binatang sementara kaum wanitanya mencari sagu di Desa Aroempi. Sebelum mencari sagu di Desa Aroempi, penduduk desa biasa melakukan pemujaan kepada Dewa Iriwonawani. Dewa Iriwonawani Marah Seiring waktu, sagu di Desa Aroempi menjadi berkurang karena terus menerus diambil oleh penduduk Desa Kamboi Rama. Dewa Iriwonawani menjadi marah, kemudian memindahkan tananam sagunya ke daerah lain. Masyarakat Desa Kamboi Rama menjadi ketakutan. Atas perintah kepala suku, mereka segera pindah ke daerah pantai. Mereka mendirikan desa baru d...
Alkisah, di daerah Mimika, Papua, terdapat sebuah kampung yang dihuni oleh sekelompok suku Mimika. Mata pencaharian penduduk tersebut adalah memangkur sagu yang telah diwarisi secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Setiap hari, baik kaum laki-laki maupun perempuan, memangkur sagu di sepanjang aliran sungai di daerah itu. Suatu hari, beberapa orang dari penduduk kampung tersebut hendak mencari sagu dengan menggunakan perahu. Selain membawa alat berupa kapak dan pangkur,[1] mereka juga membawa bekal berupa makanan dan minuman karena kegiatan memangkur sagu tersebut memerlukan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Setelah beberapa lama melayari sungai, tibalah mereka di suatu tempat yang banyak ditumbuhi pohon sagu. Dengan penuh semangat, kaum laki-laki mulai menebang pohon sagu yang sudah bisa diambil sari patinya. Setelah rebah, pohon sagu itu mereka kuliti untuk mendapatkan hati sagu yang berada di dalamnya. Kemudian hati dari pohon itu mereka tum...