Belian adalah suatu upacara Suku Dayak untuk meminta doa restu kepada Sanghiyang – sanghiyang dan bantuk kegiatannya merupakan suatu tarian disertai bunyi – bunyian seperti kelentangan, gong dan gendang dengan diiringi oleh bebepara orang pengikut. Belian menurut bentuknya terbagi atas 2 bagian : Belian membayar niat Belian memelas tahun. Belian menurut pekerjaannya terbagi atas 2 bagian pula yakni : 1. Belian besar : Timbak (brampan) Menyemak (belian naik ayun bagi perempuan Bekelew (laki – laki dan perempuan bergantar berkeliling) 2. Belian kecil : Bao (untuk berobat) Poje (puluhan) Sentiu (minta kepada dewa – dewa) Kuyang (untuk berobat) Pekerjaan belian tersebut diats adalah didasarkan atas niat atau kehendak belaka. Belian membayar niat umpamanya dilakukan kalau hendak mengobati seseo...
1. Suku Benuaq/Tunjung Peran Api : Jika terjadi kematian, gong dibunyikan dengan irama paluan agak jarang yang disebut Titi sebagai tanda telah terjadi kematian. Maksudnya supaya segera diketahui oleh kaum familinya. Setelah mayat dimandikan, mayat tersebut diukir – ukir dengan darah ayam, kemudian dibungkus dengan kain sebanyak 7 helai. Mayat tersebut lalu dimasukan kedalam peti yang terbuat dari kayu bundar yang disebut Lungun. Kenyau : Bagi orang yang mampu, lungun itu dilapisi dengan lungun yang lebih besar dan diukir seindah mungkin serta diwarna – warnai. Lungun lapisan tersebut dinamakan Selong. Selanjutnya dilakukan pula upacara adat selama 9 hari dan memotong kerbau. Adat ini disebut Kenyu. Kuwangkai : Setahun atau dua tahun kemudian, mayat tersebut dibongkar dari dalam selong tersebut diatas dat tulang – menulangnya dikumpulkan lalu dibuat dalam tempayan. Orang mulai melakukan upacara Adat Kuwangkai yang berlangsung selama 14 hari deng...
Tari kancet’ung merupakan tarian anak muda yang dikenal juga dengan tari seraung yaitu tari yang menggambarkan kekayaan suku Dayak Kenyah dibidang kerajinan tangan. Dibawakan oleh perempuan muda dengan menggunakan baju (aban), topi (tapung aban) dan rok (ta’aban) yang dibuat dari manik-manik dengan hiasan kecil-kecil melingkar saling berkaitan yang juga melambangkan persatuan atau tidak terpisahkan. Secara tidak langsung tarian ini juga merupakan promosi bagi hasil kerajinan mereka.
Salah satu warisan budaya Dayak yang selama ini terabaikan adalah pengetahuan akan cara pengobatan dan obat tradisional yang telah dikenal sejak dahulu. Hal ini disebebkan antara lain terbatasnya orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang hal tersebut, disamping itu pengetahuan tersebut disampaikan secara lisan sehingga sering kali tidak terdokumentasi secara baik, padahal masyarakat Dayak telah memiliki kemampuan meramu obat-obatan yang relevan sampai saat ini. Sebagai contoh untuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan mereka melakukannya dengan memakan daun suluh dari satu jenis pohon tertentu (Riwut, 2003;316). Masyarakat Dayak juga mengenal upacara pengobatan yang dikenal sebagai upacara Beliatn (baca Belian). Upacara ini harus dilaksanakan karena menurut pandangan mereka seseorang yang terkena suatu penyakit disebabkan oleh perbuatannya sendiri yang membuat dewa-dewa atau leluhur mereka murka sehingga memberikan bala/bencana kepada orang tersebu...
Salah satu pernak-pernik tradisi unik yang dapat ditemukan dalam penyelenggaraan Erau adalah penggunaan tambak karang. Tambak karang adalah lukisan atau gambar berwarna-warni yang berfungsi sebagai alas dari area pelaksanaan suatu ritual sakral tertentu dalam Erau. Gambar atau lukisan ini terbuat dari beras yang diberi berbagai macam warna. Beras-beras ini disusun sedemikian rupa sehingga membentuk motif khusus yang masing-masing memiliki makna dan fungsi yang spesifik. Tambak karang dapat ditemukan di sejumlah ritual sakral yang berlangsung dalam Festival Erau. Salah satu di antaranya adalah ritual mendirikan tiang ayu yang menjadi penanda dimulainya Erau. Dalam ritual ini, tambak karang yang digunakan bermotif empat naga dan seluang emas berwarna warni sebagai alas dari kasur kuning yang menjadi tempat bersemayamnya Sangkoh Piatu. Pada bagian moncong dari setiap naga, diletakkan dua buah pisang yang menyimbolkan taring. Di antara kedua pisang, diletakkan sebut...
Berbarengan dengan rombongan Keraton yang mengantarkan Naga Bini dan Naga Laki ke Kutai Lama, diadakan serangkaian ritual lainnya di depan Keraton Kutai. Rangkaian ritual ini dimulai dengan beumban, begorok, rangga titi, dan berakhir dengan belimbur. Belimbur tidak hanya menjadi ritual terakhir dari rangkaian ini, tetapi juga menjadi puncak rangkaian. Dalam ritual ini, masyarakat Kutai larut dalam suka cita dan keceriaan sambil berbasah-basahan. Setiap sudut jalan di Kutai pada sore itu basah dengan siraman air dari berbagai lapisan masyarakat. Belimbur merupakan tradisi saling menyiramkan air kepada sesama anggota masyarakat yang merupakan bagian dari ritual penutup Festival Erau. Tradisi ini menjadi wujud rasa syukur masyarakat atas kelancaran pelaksanaan Erau. Selain itu, belimbur memiliki maksud filosofis sebagai sarana pembersihan diri dari sifat buruk dan unsur kejahatan. Air yang menjadi sumber kehidupan dipercaya sebagai media untuk melunturkan sifat buruk man...
Indung Indung Kepala Lindung Hujan Di Udik Di Sini Mendung Anak Siapa Pakai Kerudung Mata Melirik Kaki Kesandung La Haula Wala Kuwwatta Mata Melihat Seperti Buta Tiada Daya Tiada Upaya Melainkan Tuhan Yang Maha Esa Aduh Aduh Siti Aishah Mandi Di Kali Rambutnya Basah Tidak Sembahyang Tidak Puasa Di Dalam Kubur Mendapat Siksa Duduk Goyang Di Kusi Goyang Beduk Subuh Hampir Siang Bangunkan Ibu Suruh Sembahyang Jadilah Anak Yang Tersayang
Indung Indung Indung Indung Kepala Lindung Hujan Di Udik Di Sini Mendung Anak Siapa Pakai Kerudung Mata Melirik Kaki Kesandung Lahawaala Walaquwataa Mata Melihat Seperti Buta Tiada Daya Tiada Upaya Melainkan Tuhan Yang Maha Esa Duduk Goyang Di Kusi Goyang Beduk Subuh Hampir Siang Bangunkan Ibu Suruh Sembahyang Jadilah Anak Yang Di Sayang Aduh Aduh Siti Aishah Mandi Di Kali Rambutnya Basah Tidak Sembahyang Tidak Puasa Di Dalam Kubur Mendapat Siksa
Berbarengan dengan rombongan Keraton yang mengantarkan Naga Bini dan Naga Laki ke Kutai Lama, diadakan serangkaian ritual lainnya di depan Keraton Kutai. Rangkaian ritual ini dimulai dengan beumban, begorok, rangga titi, dan berakhir dengan belimbur. Belimbur tidak hanya menjadi ritual terakhir dari rangkaian ini, tetapi juga menjadi puncak rangkaian. Dalam ritual ini, masyarakat Kutai larut dalam suka cita dan keceriaan sambil berbasah-basahan. Setiap sudut jalan di Kutai pada sore itu basah dengan siraman air dari berbagai lapisan masyarakat. Belimbur merupakan tradisi saling menyiramkan air kepada sesama anggota masyarakat yang merupakan bagian dari ritual penutup Festival Erau. Tradisi ini menjadi wujud rasa syukur masyarakat atas kelancaran pelaksanaan Erau. Selain itu, belimbur memiliki maksud filosofis sebagai sarana pembersihan diri dari sifat buruk dan unsur kejahatan. Air yang menjadi sumber kehidupan dipercaya sebagai media untuk melunturkan sifat b...