Tari Orek-Orek merupakan salah satu tari tradisional Indonesia yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur. Tarian ini biasanya dilakukan ketika diadakan perhelatan atau acara Pemerintah Daerah. Tari Orek-Orek berisi gerakan-gerakan dinamis yang dilakukan oleh sepasang pemuda-pemudi berjumlah empat sampai sepuluh orang. Tari Orek-orek biasa dilakukan dengan diiringi tabuhan gamelan laras slendro yang cara memukulnya salah satunya adalah dikorek. Paduan suara dari bonang barung, saron penerus, kendang, kempul, gong, keprak/kecrek, serta drumb menghasilkan harmoni yang selaras dengan tarian ini. Menurut beberapa sumber, Tari Orek-Orek menggambarkan sukacita masyarakat setelah lelah bekerja. Di zaman kolonial, rakyat Ngawi dipaksa melakukan kerja rodi dengan membangun jembatan dari Anyer sampai Panarukan. Selain itu, para pemuda dari daerah lain juga ikut andil dalam pekerjaan ini di Ngawi. Selepas bekerja, diadakanlah pertunjukan semacam ludruk dan ketoprak. Saat itu masyarakat d...
Tari Remo atau yang juga bisa disebut Tari Remong adalah sebuah tarian yang berasal dari Jawa Timur. Tarian ini biasa digunakan menjadi tarian pembuka dari pertunjukan Ludruk. Kedua pertunjukan ini selalu menjadi paket pertunjukan yang tidak bisa dipisahkan. Setelah Indonesia merdeka, Tarian ini semakin lama semakin berkembang. Tarian ini juga sering dipertunjukan untuk tari penyambutan tamu-tamu istimewa, seperti pejabat, orang asing, dan lain sebagainya. Tari Remo bercerita tentang kepahlawanan seorang pangeran yang berjuang dalam medan pertempuran. Tarian ini awalnya hanya khusus dibawakan oleh kaum lelaki. Akan tetapi, pada jaman sekarang banyak kaum perempuan yang tertarik untuk mempelajari dan membawakanya. Walaupun yang membawakan adalah kaum perempuan, kostum yang digunakan tetap sama seperti yang digunakan oleh kaum lelaki. Dibutuhkan kecekatanan dan konsentrasi penuh bagi penari jika membawakan Tari Remo. Gerakan yang berubah-ubah dalam tempo waktu yang cepat, mele...
Salah satu bangunan terkenal sekaligus sarat akan unsur agama dan budaya di Kota Malang adalah Masjid Agung Jami’ Malang. Masjid Agung Jami’ ini terletak di jalan merdeka No. 3 Malang, bersebrangan dengan alun-alun dan bersebelahan dengan Gereja Protestan Indonesia Barat Immanuel. Masjid Agung Jami’ Malang dibangun pada tahun 1875 oleh Raden Ario Adipati Notodiningrat II yang saat itu menjabat Sebagai Bupati Malang.Masjid jami mempunyai lahan seluas 3.000 m 2 dan termasuk masjid tua di Kota Malang. Bentuk Masjid Jami’ adalah perpaduan antara arsitektur jawa dan asritektur arab. Arsitektur jawa terlihat dari dari ruang yang terbuat dari kayu dan mempunyai atap berbentuk tajug. Masjid Jami’ ini mempunyai empat pilar besar didalamnya yang mewakili empat sifat nabi yaitu siddiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Dinding dinding Masjid Jami dikelilingi oleh kaligrafi yang menyebutkan para sahabat nabi dan khalifahnya serta asmaul husna. Arsitektur ar...
Keberadaan tari gaplik diperkirakan sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Latar belakang ditarikannya tari ini karena desa Kendung mengalami bencana pagebluk dan huru hara, dan setelah diadakan tari gaplik keadaan menjadi lebih baik. Tari Gaplik di desa Kendung ditarikan pada hari Jumat Wage pada malam harinya, di halaman rumah Kepala Desa. Merupakan pagelaran berbentuk arena terbuka, antara pemain dan penonton saling berdekatan sehingga menimbulkan komunikasi langsung dan lancar antara pemain dan penonton, berdialog sambil berdiri. Sejarah Orang yang menarikannya saat ini adalah saudara Hartono, yang menjadi penerus ayahnya yaitu saudara Kasno. Pada tahun 1966 tari gaplik mulai ditampilkan dalam acara-acara Nyadran di desa-desa yang lain. Diantaranya adalah desa Mbayem, desa Kincang kabupaten Magetan, desa Suratmajan Maospati, dan desa Kinandang kabupaten Magetan. Pada tahun 2005 tari gaplik mulai mewakili kota Ngawi dalam festival kesenian tra...
Bahan-bahan 1 kg beras ketan 1 liter santan dari sebutir kelapa 8 sdm gula pasir (sesuai selera) 2 lembar daun pandan Secukupnya pewarna merah Sejumput garam Langkah Cuci dan rendam beras ketan kurang lebih 1 jam Panaskan kukusan..lalu kukus beras ketan sampai setengah matang.. &nbs...
Bahan-bahan 30 biji 500 gr terigu cakra 2 butir telur 250 gr gula pasir 75 ml air 1/2 sdt garam 1/2 sdt baking soda 1 sdt baking powder 1 sachet susu bubuk dancow 150 gr wijen 3 sdm margarin dicairkan (ato 4 sdm minyak goreng) Langkah Masak air dan gula, sampai gula larut aja. Angkat, biarkan dingin ...
Ketan merdeka ini memiliki warna yang banyak sekali jenisnya. Ada ketan hitam, ketan putih dan masih banyak lainnya. Sehingga apabila Anda berkunjung ke Jombang dan saat pagi hari ingin mendapatkan asupan karbohidrat yang sehat bisa menyantap ketan ini. Bukan dari pagi dan jam tujuh pagi sudah habis. https://www.gotravelly.com/blog/makanan-khas-jombang/
Tari Sri Panganti adalah salah satu jenis kesenian tari tradisional yang berasal dari daerah Lamongan, Jawa Timur. Kata "Sri" memiliki arti perempuan dan kata "Panganti" memiliki arti menanti atau menunggu, yang berarti seorang perempuan yang sedang menanti pemuda idaman. Tari Sri Panganti menceritakan tentang kegembiraan anak-anak yang menginjak usia remaja yang jatuh cinta dan menanti seorang pemuda. Gerakan tarian yang lemah gemulai menggambarkan para remaja yang berusaha memikat sang pemuda idaman. Tarian ini biasa ditampilkan pada acara pagelaran seni, kampoeng merdeka, wisuda, dan juga pernikahan. Kostum yang dikenakan adalah kostum yang "soft" dan tidak mencolok. Sri Panganti dapat ditampilkan oleh satu atau beberapa orang remaja saat sedang "dolanan" ( bermain). sumber :http://www.tradisikita.my.id/2016/12/10-tari-tradisional-jawa-timur.html
Arus modernisasi yang merambah semua bidang kehidupan, seolah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat hari ini. Namun, perkembangan zaman yang serba modern, nampaknya tidak membuat silau komunitas Bonokeling yang tetap menjalankan laku tradisi mengikuti jejak para leluhur. "Kami harus selalu ikhlas dan memiliki niat yang kuat untuk melaksanakan semua ajaran yang diturunkan dari leluhur kami," ucap Warga (45), salah satu anggota pengikut Bonokeling atau dikenal dengan sebutan anak -putu Bonokeling. Warga merupakan satu dari ribuan bagian komunitas anak-putu Bonokeling yang berasal dari Kelurahan Tambakreja Kecamatan Cilacap Selatan. Ia mengaku mengenal tradisi Bonokeling dari orang tuanya yang sudah lama mengikuti ajaran tersebut. "Saya memutuskan untuk mengikuti ajaran Bonokeling setelah sunat. Karena syarat untuk bisa menjadi bagian dari anak-putu Bonokeling adalah sudah memasuki usia dewasa," jelas pria yang mengaku meninggalkan pekerjaan...