Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Tokoh Jawa Timur Pacitan
Ki Ageng Bonokeling
- 2 Januari 2019

Arus modernisasi yang merambah semua bidang kehidupan, seolah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat hari ini. Namun, perkembangan zaman yang serba modern, nampaknya tidak membuat silau komunitas Bonokeling yang tetap menjalankan laku tradisi mengikuti jejak para leluhur.
"Kami harus selalu ikhlas dan memiliki niat yang kuat untuk melaksanakan semua ajaran yang diturunkan dari leluhur kami," ucap Warga (45), salah satu anggota pengikut Bonokeling atau dikenal dengan sebutan anak-putu Bonokeling.

Warga merupakan satu dari ribuan bagian komunitas anak-putu Bonokeling yang berasal dari Kelurahan Tambakreja Kecamatan Cilacap Selatan. Ia mengaku mengenal tradisi Bonokeling dari orang tuanya yang sudah lama mengikuti ajaran tersebut.

"Saya memutuskan untuk mengikuti ajaran Bonokeling setelah sunat. Karena syarat untuk bisa menjadi bagian dari anak-putu Bonokeling adalah sudah memasuki usia dewasa," jelas pria yang mengaku meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti adat tradisi dari leluhur, Unggah-unggahan.

Meski begitu, tidak semua anak-putu Kyai Bonokeling mengetahui secara pasti sosok panutan mereka. Juru bicara adat Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang Banyumas Jawa Tengah, Sumitro mengakui tidak ada yang mengetahui sosok Kyai Bonokeling. Dia mengatakan hanya mengetahui sosok Kyai Bonokeling sebagai salah satu tokoh dari daerah Pasirluhur.

"Yang kami tahu, Kyai Bonokeling merupakan sosok tokoh dari Pasir (Pasirluhur)," jelasnya singkat.

Dalam beberapa literatur, wilayah Pasirluhur sebelumnya merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran. Sedangkan menurut Sejarawan Banyumas, Sugeng Priyadi dalam buku 'Banyumas: Antara Jawa dan Sunda', Pasirluhur merujuk pada daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sugeng menyebutnya sebagai toponim (nama tempat) perbatasan Sunda dan Jawa yang memiliki pengaruh di dua daerah tersebut.

Keberadaan tokoh Kyai Bonokeling, menurut Sugeng, memperkuat keberadaan sisa kerajaan Pasirluhur yang ada di wilayah Banyumas dan Cilacap dengan berbagai tradisi yang masih dilestarikan turun temurun. Tradisi tersebut, jelas Sugeng terlihat dalam ritual berjalan kaki menuju pemakaman leluhur ke Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang Banyumas dengan mengenakan pakaian adat serba hitam tanpa mengenakan alas kaki.

Sementara itu, peneliti etnografi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, Ridwan, mengatakan asal usul Kyai Bonokeling dipercayai berasal dari Pasirluhur.

"Kyai Bonokeling menurut penuturan dari beberapa narasumber terkait dengan Kerajaan Pasirluhur, tetapi penuturan ini masih perlu ditelusuri lebih lanjut. Karena memang tidak ada bukti tertulis yang bisa dijadikan landasan kebenarannya," paparnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Menurut salah satu penulis buku 'Islam Kejawen; Sistem Keyakinan dan Ritual Anak Cucu Bonokeling' ini, kedatangan Kyai Bonokeling ke Desa Pekuncen merupakan bagian dari kegiatan 'among tani' atau membuka lahan pertanian.

"Selama masa pembukaan lahan pertanian inilah, Kyai Bonokeling yang digambarkan sebagai sosok muslim, melakukan kegiatan tersebut sambil menyebarkan Islam," ujarnya.

Penyebaran Islam yang disebarkan Bonokeling dilakukan dengan mengakomodasi nilai budaya lokal yang sudah ada, salah satunya adalah kegiatan slametan untuk berbagai kepentingan. Namun, menurut Ridwan, penyebaran Islam dalam masyarakat tidak berjalan paripurna.

"Kemungkinan besar sebelum menyempurnakan Islam dalam komunitasnya, Kyai Bonokeling wafat. Sehingga yang menonjol saat ini adalah hasil dialog antara Islam, Hindu-Budha, dan agama lokal," jelasnya.

Namun, Ridwan menyatakan bentuk dialog antar keyakinan ini belum selesai sehingga menghasilkan varian baru. Dari sisi Hindu, jelasnya, bisa terlihat dari corak baju yang masih digunakan dalam upacara tradisi yang digelar. Kemudian, tradisi lokalitas diwujudkan dalam slametan. Sedangkan nilai Islam yang tertanam baru sampai titik kepercayaan terhadap keesaan Tuhan. "Dalam setiap lelaku, komunitas ini meminta segala sesuatunya kepada Allah," jelasnya.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline