Sumpit sering pula disebut sipet, merupakan senjata tradisional Masyarakat Dayak, memiliki bentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter. Keunggulannya adalah bisa digunakan sebagai senjata jarak jauh dengan tingkat akurasi atau ketepatan menembak mencapai 200 m dan tidak menimbulkan suara. Sumpit biasanya digunakan untuk berburu binatang dan bisa juga dijadikan mas kawin. Sumber : https://www.bukantrik.com/2018/05/Senjata-Tradisional-Kalimantan-Utara-Nama-Jenis-dan-Penjelasan-Lengkap.html?m=1
Kain tenun ini terbuat dari bahan alam, yaitu daun “ulap doyo” yang bentuknya menyerupai daun pandan yang seratnya kuat sehingga bisa dijadikan benang tenun. Tenun yang merupakan hasil kerajinan tangan kaum perempuan suka Dayak Benuaq ini biasa digunakan dalam upacara-upacara adat atau digunakan juga sebagai mahar pada upacara perkawinan.Tenun Doyo memiliki warna dan motif beragam. Warna paling menonjol pada tenun ini adalah merah, hitam, dan coklat muda. Sementara motif yang sering digunakan adalah motif flora, fauna, dan alam mitologi. Bahan baku pewarna motifnya biasanya diambil dari batu lado, biji buah glinggam, daun putri malu, umbi kunyit, dan getah akar kayu oter. Salah satu ciri khas tenun doyo yang membedakannya dengan tenun ikat di daerah lain adalah adanya titik-titik hitam yang muncul pada bidang yang berwarna terang. http://tugas3tik9e.blogspot.com/2015/02/macam-macam-tenun.html
Bontang merupakan kota yang lahir dari para imigran ( pendatang ) yang menurut cerita turun temurun adalah bermula dari masyarakat nelayan bajau yang memiliki tradisi merantau ,pada mulanya mereka membuka pemukiman disekitar pesisir bontang,yang kemudian kehadiran mereka diikuti oleh pendatang lainnya. Sekitar tahun 1930 ,pesisir bontang telah diramaikan oleh pemukiman penduduk dari berbagai etnis seperti banjar,kutai,jawa.dll.mereka hidup saling tolong menolong dan menganggap warga asli bontang,dengan beragam etnis ini ,sebagian melebur dan terkadang diantara mereka terjadi perkawinan,keberagaman menjadi modal untuk kemajuan penduduk yang menjadi cikal bakal untuk kemajuan bontang masih terpelihara sampai sekarang yaitu didaerah “Bontang kuala,hanya saja pemukiman tersebut kini makin padat. Bontang yang terdiri dari berbagai suku yang berbaur menjadi satu menjadikan terciptanya budaya pesisir dimasa lalunya,menurut kepercayaan bahwa karang dilaut...
Tehe-tehe merupakan makanan khas dari Derawan, pulau eksotis yang berada di Kalimantan Timur yang 80% penduduknya merupakan Suku Bajau. Suku Bajau ini kesehariannya sangat akrab dengan laut, bisa dibilang salah satu suku yang paling tangguh di laut. Karena kehidupannya yang akrab dengan laut, sudah dapat ditebak dong ya di mana bahan baku utama tehe-tehe bisa didapat. Terletak di dasar laut, membuat kita harus menyelam untuk mengambil tehe-tehe tersebut. Tehe-tehe memiliki bentuk yang mirip dengan bulu babi namun lebih berwarna dan berduri pendek. Tehe-tehe atau nama lainnya yaitu Landak laut merupakan hewan yang lebih aktif di malam hari dan cenderung pasif di siang hari. Voyagers bisa menemukan mereka di sekitar batu karang di perairan dangkal yang ada di sekitar pulau Derawan. Untuk persiapan memasaknya, yang pertama harus dilakukan adalah menghilangkan duri-duri yang menyelimuti cangkang tehe-tehe. Untuk menghilangkannya voyagers hanya perlu menggosokkan tehe-tehe y...
Salah satu yang menjadi objek wisata yang disajikan Kabupaten Berau salah satunya adalah berbagai kesenian budaya lokal. Salah satu kesenian budaya lokal yang cukup dikenal di Kabupaten Berau ialah “Tarian Dalling”. Tarian Dalling merupakan tarian tradisional yang telah dilestarikan oleh Suku Bajau di Kalimantan Timur secara turun-temurun. Suku Bajau merupakan suku bangsa yang berasal dari Kepulauan Sulu, Filipina Selatan, yang biasanya hidup secara nomaden yang hidup di laut dan memilki mata pencaharian utama sebagai nelayan. Tarian Dalling ini biasanya diselenggarakan untuk menyambut tamu kehormatan. selain itu, tarian ini juga kerap ditampilkan pada acara tertentu, seperti pesta adat dan berbagai kegiatan keramaian di kampung-kampung. Untuk Dapat melihatnya, silahkan mengunjungi daerah pesisir Kabupaten Berau (di daerah sekitar Pulau Derawan) dan berbagai acara perayaan.
Suasana kampung Long Tuyoq di Kecamatan Long Pahangai tiba-tiba berubah menjadi riuh. Salah satu kampung di Kabupaten Mahakam Hulu, Kalimantan Timur itu menjadi tuan rumah gelaran Festival Hudoq Pekayang. Ribuan warga dari 13 kampung di Long Pahangai, akhir Oktober lalu, mendatangi kampung yang berada di sisi sungai Mahakam ini. Tujuan mereka sama, merayakan akhir masa tanam padi di ladang. Tradisi itu dalam budaya Dayak Bahau disebut Hudoq. Long Pahangai memang dihuni suku Dayak terutama dari sub suku Dayak Bahau. Hudoq merupakan ekspresi rasa syukur kepada Sang Pencipta kala masa tanam selesai, disertai permohonan hasil ladang yang mengembirakan. Tradisi yang turun temurun dan juga menjadi representatif kehadiran para dewa dalam kepercayaan lampau Dayak Bahau ini, sejatinya dilaksanakan di setiap kampung. Mereka menyebutnya ritual itu Hudoq Kawit. Namun sejak Kabupaten Mahakam Hulu menjadi daerah otonom baru memisahkan diri dari induknya Kabupaten Kutai Barat, Hudo...
Kota Tenggarong, di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur, juga memiliki festival yang mendunia. Festival ini dinamakan Festival Budaya Erau. Dalam bahasa kutai, erau atau eroh, berarti ramai, riuh, dan menggembirakan. Festival ini setiap tahun bertujuan untuk memberikan gelar atau tanda jasa kepada masyarakat yang berjasa kepada kesultanan Kutai Kartanegara. Tak hanya itu, festival juga dimeriahkan dengan upacara adat, permainan tradisional, kulinera, pameran produk lokal, dan kesenian. Festival Erau juga turut dihadiri oleh undangan dari berbagai negara, seperti Turki, Korea Selatan, Malaysia, dan lain-lain. Tahun ini Festival Budaya Erau diselenggarakan pada 20 sampai 28 Juli 2018 di Tenggarong. Sumber : https://www.idntimes.com/travel/journal/agung-setya-1/festival-budaya-adat-di-kalimantan-yang-wajib-disambangi-c1c2/full
Di kampong Batu Majang ini, ada 3 upacara besar yang dilaksanakan tiap tahunnya, yaitu upacara Alak Tau, Uman Ubek dan Tebukoq. Yang dimaksud dengan Alak Tau adalah upacara yang dilakukan sebelum menugal di ladang. Dahulu, upacara ini dilakukan untuk mengukur matahari dalam menentukan waktu yang tepat untuk menanam padi. Manurut Pak Yosef, beliau tidak begitu mengerti mengenai upacara ini, tetapi secara garis besar beliau mengetahuinya. Upacara ini diawali dengan menancapkan kayu yang kemudian diatasnya diberi papan dan diletakkan di tengah kayu. Di sisi papan tersebut akan digantungkan buah jeruk yang sama beratnya untuk mengukur bayangan matahari. Di bawah jeruk, nanti akan diletakkan sebuah papan untuk menangkap bayangan matahari yang kemudian diikat dan diukurkan di tangan tetua adat yang memimpin upacara ini. Ketika bayangan matahari yang diukur hanya sampai di tengah antara pergelangan tangan dan siku, maka itu tandanya masa yang buruk untuk menanam...
Berbagai ukiran yang indah dan intrik menghiasi rumah adat masyarakat Toraja di Kalimantan Timur, yakni Tongkonan. Beragam ukiran tersebut biasanya terdiri dari empat warna, yaitu hitam, merah, kuning, dan putih. Ukiran-ukiran tersebut pun sarat dengan filosofi dan makna yang dalam. Salah satunya ada ukiran Paqtangkiq Pattung II. Ukiran Tana Toraja jenis ini merupakan pengembangan dari Paqtangko Pattung I. Terdiri dari 4 bundaran benda seragam yang membentuk angka 8 sebangun. Bila dijumlah menjadi 16 di mana 1+6=7. Angka 7 merupakan angka sakral bagi orang Toraja karena sesuai dengan falsafah 'aluk saqbu pitu ratuq pitung pulo pitu' (Seribu Tujuh Seratus Tujuh atau 7777). Ukiran ini merupakan lambang kebersamaan dan kekeluargaan Toraja. Makna ukiran ini adalah supaya manusia memupuk persatuan dan kesatuan berdasarkan asas kekeluargaan, berlandaskan pada asas kebersamaan sebagai falsafah hidup. https://www.torajaku.com/2016/09/jenis-ukiran-toraj...