|
|
|
|
Ritual Hudoq Pekayang Tanggal 07 Jan 2019 oleh Roro . |
Suasana kampung Long Tuyoq di Kecamatan Long Pahangai tiba-tiba berubah menjadi riuh. Salah satu kampung di Kabupaten Mahakam Hulu, Kalimantan Timur itu menjadi tuan rumah gelaran Festival Hudoq Pekayang.
Ribuan warga dari 13 kampung di Long Pahangai, akhir Oktober lalu, mendatangi kampung yang berada di sisi sungai Mahakam ini. Tujuan mereka sama, merayakan akhir masa tanam padi di ladang. Tradisi itu dalam budaya Dayak Bahau disebut Hudoq.
Long Pahangai memang dihuni suku Dayak terutama dari sub suku Dayak Bahau. Hudoq merupakan ekspresi rasa syukur kepada Sang Pencipta kala masa tanam selesai, disertai permohonan hasil ladang yang mengembirakan.
Tradisi yang turun temurun dan juga menjadi representatif kehadiran para dewa dalam kepercayaan lampau Dayak Bahau ini, sejatinya dilaksanakan di setiap kampung. Mereka menyebutnya ritual itu Hudoq Kawit.
Namun sejak Kabupaten Mahakam Hulu menjadi daerah otonom baru memisahkan diri dari induknya Kabupaten Kutai Barat, Hudoq kemudian difestivalkan dengan tujuan ikut melestarikan nilai budaya sekaligus sebagai media pemersatu bagi masyarakat Dayak Bahau. Nama Hudoq Pekayang pun dilekatkan.
Setiap kampung yang hadir dalam festival tersebut, mengutus kelompok hudoq mereka. Setiap kelompok hudoq beranggotakan 13 penari yang mewakili jumlah dewa orang Dayak Bahau. Kehadiran para dewa itu diwujudkan dalam bentuk topeng yang dikenakan para penari.
Bentuk topeng juga merepresentasikan jenis-jenis hama yang mengancam pertumbuhan tanaman padi di ladang. Topeng yang didominasi warna merah tersebut, berubah menjadi magis saat penari hudoq mengkombinasikannya dengan pakaian yang terbuat dari kulit kayu serta dilapisi daun pisang atau daun pinang.
Suara tetabuhan dari tubung (sejenis gendang) dan bunyi gong menjadi pengiring para penari hudoq memeragakan ritme magis menghentak tanah sembari mengibas-ngibaskan tangan meniru gerakan seekor burung. Sesekali para penari mengeluarkan suara yang khas.
Saat ratusan hudoq membentuk formasi di tengah lapangan, ribuan warga lainnya, lengkap dengan identitas adat dan budaya sesuai asal kampung, membentuk lingkaran raksasa. Dalam barisan lingkaran itu, mereka kemudian melakonkan gerakan ngaraang, sebuah tarian persahabatan dengan ritme repitasi.
Selama bunyi tubung dan gong terus dikumandangkan, selama itu pula ngaraang dan hudoq larut dalam ritme ritus yang magis. Para penari ini seolah tanpa lelah, melakonkan warisan leluhur sejak sore hari hingga keesokan paginya.
Sungguh, Hudoq Pekayang, yang dilangsungkan di pedalaman Mahakam Hulu ini punya magnet yang luar biasa. Walau itu hanya sekelas festival tingkat kecamatan.
Sumber: https://foto.kompas.com/photo/detail/2016/11/07/1478528157-9813347f-929/1/Ritme.Magis.Ritual.Hudoq.Pekayang
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |