Tehe-tehe merupakan makanan khas dari Derawan, pulau eksotis yang berada di Kalimantan Timur yang 80% penduduknya merupakan Suku Bajau. Suku Bajau ini kesehariannya sangat akrab dengan laut, bisa dibilang salah satu suku yang paling tangguh di laut. Karena kehidupannya yang akrab dengan laut, sudah dapat ditebak dong ya di mana bahan baku utama tehe-tehe bisa didapat.
Terletak di dasar laut, membuat kita harus menyelam untuk mengambil tehe-tehe tersebut. Tehe-tehe memiliki bentuk yang mirip dengan bulu babi namun lebih berwarna dan berduri pendek. Tehe-tehe atau nama lainnya yaitu Landak laut merupakan hewan yang lebih aktif di malam hari dan cenderung pasif di siang hari. Voyagers bisa menemukan mereka di sekitar batu karang di perairan dangkal yang ada di sekitar pulau Derawan.
Untuk persiapan memasaknya, yang pertama harus dilakukan adalah menghilangkan duri-duri yang menyelimuti cangkang tehe-tehe. Untuk menghilangkannya voyagers hanya perlu menggosokkan tehe-tehe yang satu dengan tehe-tehe yang lainnya. Saat semua durinya sudah terlepas, bentuk cangkang tehe-tehe akan terlihat seperti buah salak. Setelah bersih, proses selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu mencabut “gigi” dari tehe-tehe. Untuk yang sudah mahir seperti masyarakat suku bajau, proses mencabut “gigi” tehe-tehe bisa dilakukan dengan tangan kosong, namun untuk voyagers yang mau mencobanya nampaknya harus menggunakan bantuan sendok. Setelah “gigi” tersebut tercabut, lubang akan terbentuk dan voyagers bisa membersihkan daging tehe-tehe yang ada di dalam cangkang dari lubang tersebut untuk nantinya diisi ketan. Sebenarnya, daging Landak Laut boleh tidak dibersihkan dan bisa menjadi penyedap rasa dari ketan yang akan dimasukkan ke dalam, namun semuanya tergantung dari keinginan voyagers sendiri.
Selanjutnya kita masuk ke tahap pengolahan ketan. Beras Ketan yang sudah dicuci bersih kemudian diberi sedikit garam dan minyak, tujuannya agar ketan nantinya terasa lebih gurih dan tidak menempel pada cangkang tehe-tehe. Kemudian beras ketan dimasukkan ke dalam cangkang tehe-tehe dengan ukuran setengah dari cangkang. Umumnya warga di sini memberi tanda dengan ukuran satu ruas jari dari lubang cangkang. Supaya beras tidak berhamburan saat direbus, lubang cangkang ditutup dengan daun pandan yang dipotong kecil. Selain sebagai penutup, daun pandan juga digunakan untuk memberikan aroma wangi pada tehe-tehe.
Setelah terbungkus rapi, Tehe-tehe sudah siap untuk dimasak. Letakkan tehe-tehe ke dalam santan yang tengah di rebus. Rebus Tehe-tehe kurang lebih selama 30-45 menit dan pastikan tehe-tehe tersebut benar-benar tenggelam. Tenggelamnya tehe-tehe ini merupakan salah satu indikator bahwa tehe-tehe sudah matang dan siap diangkat untuk disajikan.
Cara memakan tehe-tehe pun cukup unik, voyagers harus menghancurkan cangkang bagian samping atas. Barulah setelah itu voyagers bisa menikmati beras ketan yang sudah matang di dalam cangkang tersebut. Rasanya itu seperti memakan lemper namun rasa seafood. Belum ke Derawan katanya kalau belum mencicipi hidangan tehe-tehe. Umumnya tehe-tehe memang disajikan untuk tamu yang datang ke pulau ini.
sumber :https://dailyvoyagers.com/blog/2016/06/15/menikmati-tehe-tehe/
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...