SILAT BEKSI PETUKANGAN WARISAN BUDAYA TAK BENDA PROVINSI DKI JAKARTA Sejarah Singkat Silat Beksi merupakan penangkal utama saat Gerakan 30 September 1965. Ketika itu, dengan kekuatan Silat Beksi yang dibawa oleh Hadji Godjali bersama murid-muridnya, Haji Hasbullah, Kong Noer, Kong Simin, Mandor Minggu, beserta masyarakat Petukangan dapat menjadi benteng untuk menghadang segala gangguan dan teror membabibuta secara massiv. Warisan Budaya Tak Benda Selanjutnya, perlu diketahui bersama bahwa pada tahun 2015 Lembaga Kebudayaan Betawi telah mengusulkan Silat Beksi sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Provinsi DKI Jakarta. Kita terus berupaya, sedikit demi sedikit untuk terus mengajukan Silat Betawi ditahun berikutnya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Provinsi DKI Jakarta. Peranan Silat Beksi Selain itu pula, silat telah banyak mengilhami lahirnya berbagai macam gerak seni tari. Bahkan pada jaman Haji Hasbullah dulu beliau sudah menjadi bintang film yang diperankan oleh Haj...
BUKU SILAT BEKSI PETUKANGAN SEJARAH SINGKAT TRADISI MAENPUKULAN, TOKOH-TOKOH DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI PETUKANGAN Asal Usul Silat Beksi DiPetukangan Toponim Daerah Petukangan Nama Petukangan, diyakini berasal dari penyebutan sebuah tempat, dimana para pekerja atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh warga asli. Petukangan berasal dari kata tukang. Imbuhan “pe” dan “an” pada kata tukang, menghasilkan redaksi Petukangan. Redaksi tersebut kemudian merujuk pada pernyataan bahwa di tempat tersebut, terdapat subyek dan aktifitas yang berhubungan dengan pertukangan. Peta Ulujami tahun 1840 (Sumber peta: https://upload.wikimedia.org ) Menurut buku karya Zaenuddin HM, toponimi Petukangan berasal dari aktifitas pertukangan seperti: pembuatan kusen dan mebelserta perkakas berbahan dasar kayu. Pada peta Jakarta di tahun 1943, terdapat dua nama daerah yang disebut Petukangan, pertama, terletak di Ulujami, kedua, ada di daerah yang sekarang letaknya antara Jatinegara dan Pulogad...
Buku Silat Beksi Petukangan Februari 22, 2019 Mandor Minggu Mandor Minggu adalah salah satu murid dari H. Godjali, yang juga meneruskan dan membuka perguruan silat Beksi. Ayah Mandor Minggu bernama Sinan dan ibunya bernama Julia binti Sidi. Tahun kelahiran Mandor Minggu tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sekitar tahun 1890-1900, dimana secara usia, tidak terpaut jauh dari usia M. Nur. Menurut penuturan keluarga, tahun wafatnya sekitar tahun 1970. Hingga saat ini, makamnya tidak diberi nisan dan hanya berupa gundukan tanah pada lahan kecil di tengah pemukiman. Lahan kecil yang digunakan sebagai tempat peristirahatannya yang terakhirnya saat ini, dahulu merupakan halaman rumahnya yang megah dan berarsitektur khas Betawi. Secara fisik, perawakannya tinggi besar dan berkulit putih. Selama hidupnya, menurut narasumber, Mandor Minggu telah memiliki 5 istri, yang bernama Asenah, Juriah, Yani, Mardiah dan satu lagi tidak diketahui namanya. Menurut penuturan, selama hidu...
BIOGRAFI SINGKAT TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN Kong Simin Murid H. Godjali lainnya dalam silsilah ilmu silat Beksi, adalah engkong Simin (selanjutnya hanya disebut namanya saja untuk mempersingkat tulisan). Dilahirkan pada tahun 1881 dan wafat pada tanggal 22 Oktober 1992. Simin sendiri adalah kakak dari M. Nur, jawara lain dalam silsilah ilmu silat Beksi di Petukangan. Ayah Simin bernama Syua’ib, atau warga lama Petukangan menyebutnya dengan sebuat Aip. Dia adalah pedagang ikan di pasar Kebayoran dan seputaran Petukangan. Suatu ketika saat bertransaksi jual-beli ikan di Pasar Ikan (vish markt), Batavia Lama, Syu’aib dipukuli oleh para centeng Pasar Ikan karena suatu masalah. Simin yang waktu itu masih kecil dan mendampingi ayahnya bertransaksi jual-beli ikan, hanya dapat melihat dan menangis karena tidak dapat menolong ayahnya. Bermula dari peristiwa tersebut, Simin bertekad bulat untuk membalas perlakuan para centeng Pasar Ikan itu kepada ayahnya. Ketika H. Godjali mengajakny...
BIOGRAFI SINGKAT TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN Kong Noer Nama M. Nur dalam silsilah ilmu silat Beksi, merupakan salah satu jalur guru dalam mempelajari silat Beksi. M. Nur sendiri dalam silsilah ilmu silat Beksi, merupakan murid langsung dari H. Godjali, Ki Marhalli dan kemudian Ki Mursalim. Menurut penuturan salah satu sumber, M. Nur saja yang sanad keilmuannya, langsung sampai kepada eyang guru awal silat Beksi, yaitu ki Mursalim. M. Nur belajar dan di bawah bimbingan langsung dari Ki Mursalim selama proses belajar silat Beksi dan darinyalah, terdapat jurus lain yang sangat berbeda dari para murid H. Godjali lainnya. M. Nur dilahirkan pada tahun 1901 dan wafat pada tanggal 12 Mei 1993, serta merupakan adik dari Simin. Sebelum menjadi pesilat tangguh Beksi, M. Nur dididik agama secara disiplin oleh kedua orangtuanya, sehingga di kemudian hari, M. Nur dikenal sebagai jawara silat Beksi yang religius. M. Nur mempunyai 6 orang istri dan dikaruniai 7 orang anak. Kedua anaknya menja...
BIOGRAFI TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN H. GODJALI H. Godjali, menurut penuturan lisan, dilahirkan sekitar tahun 1859-1860. H. Godjali sendiri adalah paman dari H. Hasbullah. Ayah H. Godjali, H. Gatong, adalah seorang Bumiputra tuan tanah dan saudagar kaya terkenal di seantero Petukangan. Ibu dari H. Godjali, adalah wanita peranakan Tionghoa bernama Nyi An Ie Ong, tetapi penduduk sekitar menyebutnya Nyi Anyong, karena sulitnya mengucapkan dalam ejaan Mandarin. H. Godjali merupakan anak satu-satunya dari H. Gatong yang berkeinginan kuat belajar silat, sehingga dia diberikan segala apa yang dimiliki oleh ayahnya, tetapi secara disiplin dan teratur. H. Godjali sebelum dikenal sebagai ahli silat, adalah pemusik handal, yaitu sebagai salah satu dari empat personel grup rebana dari kampung Petukangan. Keahlian dan ketenaran grupnya, menjadikannya sering dipanggil ke berbagai daerah di luar Petukangan. Melalui keahliannya ini, dia sampai ke daerah Dadap, Tangerang, dimana dia mendap...
BIOGRAFI SINGKAT TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN H. Hasbullah H. Hasbullah dilahirkan di Petukangan pada tahun 1863. Ayahnya bernama H Misin, yang masih merupakan keponakan dengan H. Gatong, sehingga silsilah H. Hasbullah dengan H. Godjali adalah keponakan dengan paman. Pada saat itu jika umur antara paman dengan keponakan tidak jauh berbeda, maka biasanya sang paman dipanggil dengan sebutan abang, bukan ncang. Proses belajarnya H. Hasbullah dalam silat Beksi kepada H. Godjali tergolong unik, sebab H. Godjali yang saat itu telah menguasai jurus dasar silat Beksi, hanya mengajaknya bersama teman sepermainannya, untuk belajar silat Beksi. Saat itu belum ada syarat apapun dari guru kepada muridnya, tetapi dapat berakar kuat jalinan batinnya. H. Hasbullah sendiri telah mempunyai ilmu silat kotek sebelum belajar silat Beksi dari H. Godjali. (KAMPUNG SILAT PETUKANGAN)
BIOGRAFI SINGKAT TOKOH BEKSI PETUKANGAN Said Jawwas, salah satu tokoh Silat Beksi Petukangan yang berhasil meraih medali emas pada kejuaraan tarung bebas silat tradisional di Bandung, sekitar tahun 1970 an bersama dengan EM Nafis dan Tong Tirih yang mendapatkan medali perunggu. Beliau didampingi langsung oleh Guru Besar Silat Beksi Petukangan H. Hasbullah. Said Jawwas, lahir di Jakarta, 24 April 1947. Beliau meninggal 06 April 2005 dan diimakamkan di TPU Karet, Tanah Abang, Jakpus. (Kampung Silat Petukangan)
CATATAN KAMPUNG SILAT PETUKANGAN LOGO BEKSI PETUKANGAN SEKITAR TAHUN 1970 an Menurut EM Nafis bahwa sekitar tahun 1970 an, beliau berinisiatif membuat logo Beksi Petukangan yang penuh makna dan simbol keislaman serta keindonesiaan. Adapun rinciannya sebagai berikut : Batang obor Simbol kalimat Laillahilallah Tiada Tuhan melainkan Allah Tuhan Yang maha Esa. Apinya menyala Simbol menerangi manusia dari alam kegelapan menjadi alam terang benderang "Minal julumati minna Nur" Kitab Alquran Menjadi pegangan ummat muslim untuk membentuk manusia berakhlakulkorimah yang membentengi setiap pendekar Beksi Sikut dan pukulan berwarna hijau Simbol olahraga Beksi yang sehat Burung cendrawasih atau burung hong yang menukik kepala kebawah Melambangkan kalau sudah berilmu tinggi berperilaku merendah, hormat, sopan, bijaksana. Naga dengan api didepannya Melambangkan ketegasan kalau sudah hormat, sudah sopan bijaksana harus bersikap teg...