Kercengan merupakan hadrah dalam bentuk tradisional Bawean. Alat musik yang dipergunakan terdiri dari sejumlah rebana/terbang khusus yang memiliki bidang badan yang lebar terbuat dari kayu. Membran sebagai penghasil suara memiliki ukuran kekencangan yang berbeda dengan terbang yang dipergunakan hadrah ISHARI. Lagu-lagu yang dipergunakan pada awalnya diambil dari Kitab Barzanji. Namun pada perkembangan selanjutnya juga ditemukan syair-syair berbahasa Bawean maupun Indonesia yang temanya masih tetap seputar pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad serta ajaran syariat Agama Islam. Kercengan Bawean juga dilengkapi dengan sejumlah 15 – 30 penari yang disebut dengan ruddet. Para penari ini duduk bersaf dalam 1, 2 atau 3 baris syaf. Gerakan-gerakannya banyak diinspirasi dari gerakan sholat dan huruf hijaiyah lafat-lafat suci Agama Islam. Konon Kercengan baik yang menabuh maupun yang menari hanya dilakukan oleh pria saja. Namun saat ini banyak ditemui wanita sebag...
Mandiling merupakan salah satu kesenian tradisional Bawean yang hingga kini masih hidup dan dapat kita saksikan di Pulau Bawean. Kesenian Mandiling pada dasarnya merupakan seni berbalas pantun yang dinyanyikan dengan iringan jidor, gong, akordion, guitar, bas dan biola. Namun saat ini Mandiling yang hanya kita temui di Desa Daun hanya diiringi dengan jidor dan gong saja walau konon group Mandiling dari desa ini juga menggunakan alat-alat melodis diatas sebagai musik pengiringnya. Mandiling dimainkan oleh 1 hingga 4 pasang orang yang secara bergantian menyanyikan pantun sambil menari. Pantun yang dinyanyikan menggunakan Bahasa Bawean sebagai bahasa pengantar yang bersifat berkait (berbalas) antar pantun yang dinyanyikan bergantian. Tema pantun beragam dari persoalan ahlak moral hingga percintaan yang fulgar menggelitik. Dalam Mandiling tradisional yang berpasangan, pemeran wanita dimainkan oleh orang laki-laki yang berdandan, berpakaian wanita. Tingkah tarian dan pantun si wa...
Koncok-koncok adalah kuliner yang biasa dijadikan oleh-oleh. Oleh masayarakat Bawean yang ke luar pulau atau wisatawan yang datang ke Bawean. Kuliner ini masih diminati sampai sekarang. Nama Koncok-Koncok bermula karena makanan itu sendiri awalnya adalah bagian ujung dari adonan yang akan dibuat kerupuk ikan. Sedangkan bagian tengahnya dijadikan kerupuk. Dalam bahasa Bawean, koncok-koncok berarti bagian ujuang. Asal katanya adalah koncok yang bermakna ujung. Namun sekarang karena sudah menjadi makanan khas yang diminati banyak orang, bagian tengah dari adonan yang mau dibuat kerupuk ini tak hanya ujungnya saja, bagian tengahnya juga. Dan perbedaan lainnya koncok-koncok dengan adonan kerupuk adalah lebih banyak menggunakan ikan. Koncok-koncok lebih terasa ikannya. Semakin banyak ikannya, semakin enak. Cara membuatnya adalah: Pisahkan daging ikan laut dengan tulangnya, ikan laut dihaluskan, setelah halus ikan dicampuri tepung kanji, de...
Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Bagian-bagian joglo yaitu : pendapa. pringgitan. dalem. sentong. gandok tengen. gandok kiwo. Bagian pendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya. Seperti acara pagelaran wayang kulit, tari, gamelan dan yang lain. Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek, dan tumpang sari. Bagian Pringgitan adalah bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem. Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok. Fungsi bagian pringgitan biasanya sebagai ruang tamu. Bagian Dalem adalah bagian tempat bersantai keluarga. Bagian ruangan yang bersifat lebih privasi. Jeni...
Angklung Reyog merupakan alat musik untuk mengiringi tarian reyog ponorogo di jawa timur. angklung Reyog memiliki khas dari segi suara yang sangat keras, memiliki dua nada serta bentuk yang lengkungan rotan yang menarik (tidak seperti angklung umumnya ang berbentuk kubus) dengan hiasan benang berumbai-rumbai warna yang indah. Di kisahkan angklung merupakan sebuah senjata dari kerajaan bantarangin ketika melawan kerajaan lodaya pada abad ke 9, ketika kemenangan oleh kerajaan bantarangin para prajurit gembira tak terkecuali pemegang angklung, karena kekuatan yang luar biasa penguat dari tali tersebut lenggang hingga menghasilkan suara yang khas yaitu klong- klok dan klung-kluk bila didengar akan merasakan getaran spiritual atau merinding. Dalam sejarahnya angklung Reyog ini digunakan sebagai soundtrack pada film: Ratu Ilmu Hitam (1981), Warok Singo Kobra (1982), Suromenggolo (1993), Asal usul Reog Ponorogo Indosiar (2008), Batara Katong dan Reog Ponorogo Mnctv(2011), Tendangan...
Angklung Reyog merupakan alat musik untuk mengiringi tarian reyog ponorogo di jawa timur. angklung Reyog memiliki khas dari segi suara yang sangat keras, memiliki dua nada serta bentuk yang lengkungan rotan yang menarik (tidak seperti angklung umumnya ang berbentuk kubus) dengan hiasan benang berumbai-rumbai warna yang indah. di kisahkan angklung merupakan sebuah senjata dari kerajaan bantarangin ketika melawan kerajaan lodaya pada abad ke 9, ketika kemenangan oleh kerajaan bantarangin para prajurit gembira tak terkecuali pemegang angklung, karena kekuatan yang luar biasa penguat dari tali tersebut lenggang hingga menghasilkan suara yang khas yaitu klong- klok dan klung-kluk bila didengar akan merasakan getaran spiritual atau merinding. Dalam sejarahnya angklung Reyog ini digunakan sebagai soundtrack pada film: Ratu Ilmu Hitam (1981), Warok Singo Kobra (1982), Suromenggolo (1993), Asal usul Reog Ponorogo Indosiar (2008), Batara Katong dan Reog Ponorogo Mnctv(2011), Tendangan...
Jaranan atau Kuda Lumping ini menjadi bagian dari musik gong gumbeng. Jaranan atau kuda lumping ini terbuat dari anyaman bambu, rambut, dan tekstil. Seperangkat alat musik gong gumbeng terdiri dari 15 buah angklung dan satu buah gong gumbeng. Alat musik ini menghasilkan nada pentatonik yaitu tangga nada yang menggunakan lima buah nada dan berlaras lendro. Kesenian ini dipentaskan pada saat upacara bersih desa di bulan Dzulqaidah berdasarkan penanggalan Hijriyah, seorang penyanyi perempuan (tledek) akan melantunkan lagu-lagu daerah. Ada beberapa versi tentang siapa yang menciptakan Gong Gumbeng, menurut cerita rakyat setempat Ki Ageng Pemanahan yang membuat untuk mengelabui musuhnya Ki Ageng Mangir, sedangkan tledek-nya adalah Putri Angrong Sekar yang merupakan keturunana Panembahan Senopati. Alat musik Gong Gumbeng, terdiri dari: angklung, jaranan/kuda lumping, dan gong gumbeng.
Seperangkat alat musik gong gumbeng terdiri dari 15 buah angklung dan satu buah gong gumbeng. Alat musik ini menghasilkan nada pentatonik yaitu tangga nada yang menggunakan lima buah nada dan berlaras lendro. Kesenian ini dipentaskan pada saat upacara bersih desa di bulan Dzulqaidah berdasarkan penanggalan Hijriyah, seorang penyanyi perempuan (tledek) akan melantunkan lagu-lagu daerah. Ada beberapa versi tentang siapa yang menciptakan Gong Gumbeng, menurut cerita rakyat setempat Ki Ageng Pemanahan yang membuat untuk mengelabui musuhnya Ki Ageng Mangir, sedangkan tledek-nya adalah Putri Angrong Sekar yang merupakan keturunana Panembahan Senopati. Alat musik Gong Gumbeng, terdiri dari: angklung, jaranan/kuda lumping, dan gong gumbeng.
Alat musik ini terbuat dari kulit binatang dan tekstil. Barongan ini menjadi bagian dari kesenian Jaranan Sentherewe. Jaranan Sentherewe merupakan kesenian rakyat yang telah dikenal sejak abad ke-13 M. Secara visual kesenian ini terpahat pada relief candi Penataran di Blitar. Perangkat kesenian ini terdiri dari dua buah jaranan dan satu buah jejaplok yang diiringi satu buah kendang, dua buah serone dan satu buah kempul. Kesenian ini berkisah tentang keperkasaan pasukan berkuda milik Raja Klana Sewandana, pasukan ini bertempur melawan musuhnya yang diwujudkan dalam bentuk barong atau jejaplok. Kesenian jaranan sentherewe dilaksanakan untuk mengumpulkan warga pada acara bersih desa. Dewasa ini kesenian jaranan sentherewe ditampilkan untuk hiburan pada upacara hari kemerdekaan RI.