Nama Boti tentunya tidak asing lagi bagi wisatawan Nusantara maupun Mancanegara yang sudah pernah menginjakan kakinya di bumi berpenghasilan Cendana ini. Di dunia kepariwisataan, daya tarik wisata budaya Boti terus diburu oleh para pelancong lokal maupun internasional. Karena keunikan budaya tersebut membuat nama Boti terus menebar aroma bagi para pengunjungnya. Pada edisi budaya kali ini kami sengaja menyuguhkan budaya suku Boti yang diadaptasi dari disbudpar.ttskab.go.id, sebagai salah satu kekayaan budaya NTT dan Indonesia pada umumnya. Boti merupakan sebuah desa tradisional yang berada di Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa Boti ini cukup terkenal, karena di sana bermukim sebuah suku asli (Suku Boti) yang hingga kini masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka selama beratus-ratus tahun. Warga Suku Boti hanya sekitar 415 jiwa itu masih menganut aliran kepercayaan asli yang diturunkan leluhur mereka. Di sekeliling mereka hidup masyarakat lain...
Pada zaman dahulu, dekat Sungai Gega, ada sebuah kampung yang antara lain dihuni oleh seorang pemuda. Pemuda itu namanya Lopi. Tibalah suatu malam di bulan pernama, masa tiada pekerjaan di kebun, musim kemarau panjang hingga banyak sungai yang mengering, pepohonan banyak yang berguguran daunnya, dan rerumputan banyak yang kering gersang. Oleh karena masa dan musim kemarau yang panjang, anak-anak dan pemuda-pemudi di kampung sehari-harian hanyalah tidur makan. Usai makan mereka hanya bermain biji leke, bermain gasing, dan kemiri. Suatu hari, seorang pemuda, Lopi namanya, mengajak anak-anak dan para pemuda itu. Katanya, "Jika Saudara-saudara setuju, dari pada kita menganggur, lebih baik besok kita mencari udang di sungai. Banyak udang di sungai Gega yang saya sendiri lihat." Ajakan pemuda yang bernama Lopi itu, benar-benar sangat ditanggapi dan diterima oleh banyak orang sekampung itu. Dini hari berikutnya, mereka pergi ke Sungai Gega. Yang p...
Dahulu kala, di daerah Paupanda, Maumeri, hidup satu keluarga besar. Pemimpin warga tersebut besar dan kekar tubuhnya. Ia kuat dan besar. Selain kokoh, badannya juga tinggi semampai. Pemimpin warga itu, Mbata Bani namanya. Sesuai pula dengan namanya, Mbata Bani adalah seorang ksatria yang tidak takut sedikitpun kepada orang lain, Mbata Bani memang keturunan kaum ksatria sejati. Daerah Paupanda, Maumeri, terletak di daerah dataran. Disisi timur ada Gunung Wumbu, sisi barat Gunung Tero Fole. Jadi, kampung itu ada ditengah-tengah, dikelilingi oleh kedua gunung itu. Di Tengah dataran dan kampung itu ada sebuah sungai besar. Daerah dataran itu sangat subur, banyak humus dan lumpur yang kerap terbawa banjir demi kesuburannya. Padi, jagung yang ditanam selalu subur. Sungai itu, kendatipun ramah karena membawa lumpur subur, namun di musim hujan sering membawa duka bagi penghuni kampung Paupanda. Saat banjir, setiap kali, banyak orang yang terbawa banjir, ada yang meninggal dan hilang. S...
Pada zaman dahulu, hidup seorang laki-laki. Laki-laki itu Sora namanya usianya belum begitu tua. Berdasarkan leluhurnya, Sora memiliki sebidang tanah garapan yang luas. Dibandingkan dengan orang lain di daerah itu, lahan milik Sora terbilang banyak. Selain tiu adalah orang yang paling rajin dan tekun. Saatnya tiba, Sora membuka lahan baru. Lahan baru itu terletak tidak jauh dari sungai, nama Kali ado. Sungai itu tak seberapa besar, namun kaya dengan udang, belut, kepiting dan ikan. Pagi sebelum bekerja dan usai di senja hari. Sora kerap mandi di Kali Lado itu. Sekali-kali ia menaruh jaringan penangkap udang pada pagi hari. Sore harinya diambilnya udang tangkapannya dari jaringan yang dilepasnya pagi hari. Musim hujan, kepiting dan udang besar banyak yang diperolehnya dari jaringan itu. Pepohonan dan semak telah ditebangnya. Saat menunggu untuk membakarnya pun tiba. Oleh karena musim kemarau, pepohonan yang ditebangnya sangat kering. Sora membakarnya hingga s...
Sumber : Arsip.Makanan Khas NTT Bahan-bahan 300 g nasi putih 75 g kupang kukus 12 lembar kol Bahan bumbu 2 sdm kecap inggris 1 sdm minyak wijen Cabe rawit (sesuai selera) 1 sdt kaldu bubuk 3 siung bawang putih 50 g bawang bombai cincang halus Langkah 1.Haluskan bawang putih dan cabai, lalu tumis bersama bombai sampai harum. Matikan api 2.Tambahkan sisa bahan bumbu aduk rata 3.Tambahkan nasi dan kupang, aduk rata kembali, (icip2 dulu klu suka asin tambahkan garam) 4.Buang tangkai kol bagian tengah 2cm an 5.Rebus kol diair mendidih asal layu saja (pastikan kol terendam air) selama 25detik, tiriskan 5.Isikan nasi 1sdm pada daun kol, seperti lipat amplop dan digulung (pastikan rapat dan agak ditekan) &n...
Kalau kamu coba browsing dengan keyword Kena Kita, pasti agak sulit dapet Kena Kita yang kamu maksud sebagai kuliner khas NTT karena namanya mirip kaya sebuah ungkapan. Kena Kita kuliner NTT ini berasal dari Pulau Palue, Kabupaten Sikka, yang sering dihidangkan sebagai pengganti nasi. Kuliner ini sejenis bubur yang isinya adalah ubi-ubian dan kacang. Biasanya disajikan dengan kelapa parut di atasnya supaya terasa lebih gurih. Selain itu, karena masyarakat Flores suka makanan pedas, ternyata Kena Kita ini sering disajikan dengan tambahan cabe rawit loh dan anehnya rasanya justru lebih enak! Karena Kena Kita adalah pengganti nasi, makanan ini biasa dinikmati sepanjang hari. Tapi, untuk kamu yang terbiasa makan bubur sebagai menu sarapan, Kena Kita ini juga cocok banget kok untuk mengisi perut saat masih pagi. Teksturnya yang lembut ngga akan membuat perut kamu langsung 'kaget' selayaknya bubur-bubur kebanyakan. Dan asyiknya, di tengah-tengah kelembutan bubur ubi...
Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai. Seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi. Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengn batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil. sumber :http://www.tradisikita.my.id/2014/02/19-alat-musik-tradisional-nusa-tenggara.html
Gong Dawan yang dimaksudkan di sini adalah dari Amanuban tepatnya di Desa Nusa Timor Tengah Selatan. Gong yang digunakan umumnya berjumlah 6 buah. Nama-nama gong : Tetun yaitu dua buah gong keil, namun apabila dari kedua gong ini hanya dibunyikan salah satunya maka namnya berubah menjadi Toluk, Ote' yaitu dua buah gong sedang. Kedua gong ini dibunyikan dengan penuh perasaan, Kbolo' yaitu dua buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat. sumbe r: http://www.tradisikita.my.id/2014/02/19-alat-musik-tradisional-nusa-tenggara.html
Teman, teman biasanya secara adat sehari-hari orang Sawu hidup dalam kelompok-kelompok. Masing-masing memiliki nama sendiri-sendiri. Nama kelompok itu adalah Do Haba (Orang Haba), Do Mahara (Orang Mahara), Do Liae (Orang Liae) serta Do Dimu (Orang Dimu). Mereka menempati tanah milik masing-masing kelompok. Warga dari setiap kelompok meyakini bahwa mereka dipersatukan oleh garis keturunan yang sama. Selain itu, mereka meyakini bahwa semua kelompok memiliki leluhur (nenek-moyang) yang sama pula. Walaupun hidup dalam kelompok-kelompok, Orang Sawu hidup secara damai. Orang Sawu merasa bahwa hubungan di antara kelompok bagaikan hubungan kakak dan adiknya dalam sebuah keluarga. Do Haba dianggap sebagai kakak tertua. Do Mahara dan Do Liae di tengah serta Do Dimu sebagai adik bungsu. Namun Do Raijua (orang Raijua) dianggap sebagai kakak dari semua orang Sawu. Teman-teman, dalam kekerabatan Orang Sawu setiap anak mempunyai kewargaan rangkap. Kewargaan menurut garis keturunan lelaki d...