 
            Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor, 'Atoin Meto'. Wilayah Boti terletak sekitar 40 km dari kota kabupaten Timor Tengah Selatan, So’e. Secara administratif kini menjadi desa Boti kecamatan Kie. Karena letaknya yang sulit dicapai di tengah pegunungan, desa Boti seakan tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman. Suku ini memiliki bahasa Dawan sebagai bahasa daerahnya. Dalam masyarakat Boti bila ada pria dari Boti Luar (masyarakat Boti yang sudah menganut agama Kristen) yang jatuh cinta pada gadis Boti Dalam dan kemudian berencana mengambilnya menjadi istri, maka sang pria harus membuat pernyataan secara adat untuk mengikuti tata cara adat Boti Dalam. Demikian pula sebaliknya, jika ada gadis Boti Dalam yang menjalin asmara dengan pria Boti Luar, maka ia hanya diperkenankan menetap di Kampung Boti Dalam, bila laki-lakinya ikhlas mengikuti adat istiadat yang berlaku di Boti Dalam dan tinggal di lingkungan mereka. Syarat pengecualian ini...
Gelang Singkong Nusa Tenggara Timur (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
 
                    Gulai Sayur NTT (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
 
                    Ikan Pado'a NTT (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
 
                    Jagung Kukus NTT (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
 
                    Jagung Rebus Bulat NTT (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
 
                     
            Mungkin kalian berfikir bahwa tato merupakan sebagai seni, riasan, atau tanda di tubuh. Namun tato memiliki sejarah yang dalam bagi wanita-wanita Timor pada zaman dahulu. Bagi wanita-wanita Timor jaman dahulu, tato bukanlah sekadar riasan tubuh belaka. Semenjak masa pendudukan Jepang di Indonesia, para tentara Jepang menculik wanita-wanita pribumi untuk dijadikan wanita budak dan disetubuhi. Budaya tato di Malaka, Pulau Timor bagi para wanita-wanita disana pada jaman dahulu adalah sebagai tanda bahwa wanita tersebut sudah menikah. Oleh karena itu, hal ini dimanfaatkan oleh mereka agar tidak menjadi korban penculikan oleh tentara Jepang. Cara ini terbukti berhasil. Para tentara Jepang tidak menculik wanita bertato karena mereka tahu jika wanita tersebut sudah menikah. Tentu untuk mendapatkan tato ini tidaklah mudah. Karena para mama-mama Timor ini harus di tato tubuhnya dengan jarum dan cairan dari arang, dan tentu prosesnya sangat menyakitkan. Namun, pada jaman sekarang, Indonesia s...
 
                     
            Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, di antaranya adalah Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue. Salah satu makanan khas orang NTT adalah biasa disebut U'ut atau tepung dari jagung atau beras, ini adalah salah satu jenis makanan tadisional orang Manggarai yang mendiami wilayah bagian barat dari pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Camilan dari tepung, memang agak aneh kedengarannya. Tapi camilan ini buat masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur adalah hal yang biasa. Namanya juga unik yaitu Rebok. Kalau di Jakarta di masa lalu ada juga makanan seperti ini yang biasa disebut sagon. Dijual di halaman sekolah dasar oleh pedagang keliling. Makanan tradisional ini disuguhkan kepada tamu jika ada acara adat atau penyambutan tamu yang berkunjung ke rumah-rumah mereka. Untuk menjadika...
 
                     
            Desa ini memiliki tradisi pertumpahan darah dan perang. Sebanyak dua kali dalam setahun, desa yang berbeda berkumpul dan pertarung dalam bentuk melemparkan tombak kayu. Mereka percaya darah yang tumpah di tanah akan menjanjikan panen mereka baik pada tahun tersebut sehingga apabila darah yang tumpah kurang banyak maka warga desa akan turun dari kuda dan berkelahi dengan batu. Pasola dilakukan secara berkelompok oleh dua kampung adat atas (pegunungan) dan kampung adat bawah (pesisir). Puluhan laki-laki dari dua kelompok adat ini masing-masing menunggang kuda sambil membawa lembing kayu tumpul untuk dilemparkan mengenai tubuh penunggang kuda lawan. Mereka secara bergantian dan kadang secara serempak melemparkan lembing ke arah lawan, kemudian mundur kembali ke barisan. Demikian terus berulang hingga rato, menyatakan pasola berakhir. Peserta pasola hanya diikuti kaum laki-laki tanpa batasan usia. Pasola dimulai di pantai seusai menangkap nyale, dinamakan pasola pantai. Kemudian sec...
