Dahulu kala ada sebuah cerita yang berasal dari Pulau Samosir di desa si dugur-dugur tinggallah seorang laki-laki bernama guru Hatimbulan. Beliau adalah seorang si Baso atau pendeta namanya datu Arak ni pane. Istrinya bernama Nansindak panaluan. Mereka sudah lama menikah tetapi belum juga dikaruniai seorang anak. Sesudah perempuan itu hamil maka luar biasa lamanya barulah anak itu lahir, semua penduduk kampung itu menganggap keadaan itu hal yang gaib, saat itu juga terjadi kelaparan juga teriknya tak tertahankan, kerah tanah menutupi hubangan-hubangan dan rawa-rawa. Karena kepala persatuan pemujaan roh-roh menjadi risau ia pergi menjumpai guru Hatimbulan dan mengatakan kepadanya: mengapa keadaan yang seperti ini tidak berubah-ubah karena kejadian belum pernah terjadi mereka pergi untuk mencari sebabnya dan mengajak kepada Debata atau dewa yang adil sehingga guru Hatimbulan menjawab: ”semua bisa terjadi” lalu raja Bius mengatakan: ”semua orang heran mengapa istrimu...
Kisah, “Tombak Milik Si Bagas Marhusor” berasa; dari sebuah naskah Batak yang berjudul (Hujur Ni Si Bagas”. Naskah ini diterjemahkan oleh Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985. Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup Bagas Marhusor yang penuh perjuangan dan tantangan. Dikisahkan bahwa Bagas Marhusor, anak Partiang Narbulus, lahir bersamaan dengan lahirnya Panjahatua Todosdiari, anak Raja Parsahala Sotarihuthon yang berkuasa di Lobu Sotartaban. Semula menurut ramalan Datu Pamurpur Mardupa, anak raja akan menjadi anak ajaib yang luar biasa, tetapi pada perkembangan selanjutnya, teryata justru Bagas Si Marhusor yang berkembang menjadi anak biasa, baik kecerdasan maupun kebaikan hatinya. Dalam setiap perundingan Bagas Marhusor selalu menengahkan Panjahatua Todoshiari. Dikisahkan ketia sedang berburu babi di hutan, raja diserang oleh seekor babi hutan. Partiang Narbulus, ayah Bagas Marhusor, dapat menyelam...
Tanaman khas Sipirok "Pirdop" dinilai perlu dilestarikan karena merupakan tanaman yang dapat menyembuhkan penyakit seperti diabetes, jantung, dan kanker payudara. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapanuli Selatan, M. Ali Syahruddin Siregar, Rabu, mengatakan tanaman tersebut sudah seharusnya dilestarikan karena memiliki khasiat yang sunggu luar biasa. "Kami juga sudah mencoba menanamnya dihalaman Kantor Laboratorium Badan Lingkungan Hidup," katanya. Ia juga menambahkan tanaman tersebut yang dapat berkhasiat untuk obat herbal adalah daunnya, tanpa diduga ternyata daun tanaman Pirdot ini memiliki khasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat diobati menggunakan daun Pirdot ini dan sudah banyak yang membuktikannya adalah penyakit Diabetes (Penyakit Gula), ujarnya. Sumber: https://sumut.antaranews.com/berita/155884/pirdop-tanaman-obat-khas-sipirok
Benteng Jepang Batubara, lokasinya terletak di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh. Meski hanya memiliki luas 4,8 x 2,6 meter, bangunan tua yang dimakan oleh zaman ini adalah pertahanan pertama bangsa Jepang ketika melakukan expansi ke wilayah Sumatera Utara Hal tersebut tentu menambah nilai sejarah dari keberadaan penjajah ke Sumatera Utara. Masyarakat di sekitar Pantai Parupuk lebih mengenal objek wisata ini dengan nama Lubang Jepang, keberadaanya yang terletak di tepi pantai Parupuk tentu anda sekaligus dapat menikmati panorama bahari kab Batubara yang berhadapan langsung dengan Selat Melaka ini. Sumber: https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2017/04/peninggalan-sejarah-provinsi-sumatera-utara.html
Konon, dahulu kala ada seekor ular besar yang memiliki kelakuan yang sangat kejam. Ular tersebut membuat resah warga. Manusia sering menjadi korban ketika melewati jalan melintas Ke daerah Tarabintang. Raja Sigunja yang merupakan penguasa di daerah Papatar yang terkenal sakti. Konon ia ini bisa menghilang dan dan sangat dikagumi warga kehebatannya. Kenapa Raja Sigunja Terlibat dalam cerita ini? Suatu waktu putri Raja Sigunja menghilang dan tidak diketahui keberadaanya . Saat Raja melintas hendak mencari ke daerah Tarabintang, ia pun bertemu dengan ular raksasa itu. Raja bertanya pada ular tentang keberadaan putrinya, namun ditanggapi dingin dan menjawab tak tahu, Raja curiga putrinya dimakan sang ular. Dia lalu mengambil tombaknya dan sembari martonggo (berdoa) selama tujuh hari tujuh malam meminta petunjuk Yang Maha Kuasa bagaimana untuk membunuh ular raksasa tersebut. Selesai martonggo Raja mendapat petunjuk dan ia segera menggunakan tombaknya menu...
Seperti yang kita ketahui bahwa Raja Simamora memiilki 3 anak, yaitu Purba, Manalu dan Debataraja. Sedangkan Debataraja sendiri juga memiliki 3 orang anak, yaitu Sampe tua, Babiat Nainggol, dan Marbulang serta 1 orang putri (boru) yaitu Siboru Namotung (Sibottar Mudar). Lihat tarombo Simamora Pada awalnya, mereka tinggal di Samosir, namun karena kemiskinnya (hapogoson) mereka pergi ke Bakkara, disana Siboru Namotung bertemu dan disukai oleh Hamang (sejenis begu) tanpa wujud dan hanya pada malam hari kelihatan. Lalu Hamang pun melamarnya dan minta izin kepada ketiga saudaranya itu, ternyata mereka setuju untuk menikahkan asalkan Hamang bersedia membuat pesta besar untuk pernikahan itu. Alhasil, dibuatlah pesta yang sangat besar, namun memang terasa ada keanehan, karena sebagian orang tidak terlihat di pesta itu. Setelah sekian lama, ada seorang Raja Barus bermarga Pasaribu hendak mencarikan seorang menantu untuk anaknya, maka sang rajapun menerbangkan sebuah layan...
Rumah adat bolon ini biasanya disebut Rumah Balai Batak Toba, dan telah diakui oleh Nasional sebagai perwakilan rumah adat Sumatera Utara. Rumah adat ini berbentuk persegi panjang, serta termasuk kategori rumah panggung. Dan hampir keseluruhannya bangunannya terbuat dari bahan alam. Rumah panggung ini umumnya dihuni oleh 4-6 keluarga yang hidup bersama-sama. Kalau didaerah lain, rumah panggung sengaja dibuat untuk menghindari serangan binatang buas. Namun, rumah panggung adat bolon di buat agar memiliki kolong rumah. Kolong rumah tersebut digunakan sebagai kandang hewan pemeliharaan masyrakat batak, seperti babi, ayam, dan kambing. Sumber: https://qudsfata.com/rumah-adat-sumatera-utara/
Rumah adat karo Sumatera Utara ini biasanya disebut juga sebagai rumah adat Siwaluh Jabu. Siwaluh Jabu sendiri memiliki pengertian atau makna sebuah rumah yang dihuni oleh delapan keluarga. Masing-masing keluarga mempunyai peran tersendiri didalam rumah tersebut. Penempatan keluarga-keluarga dalam rumah karo ditentukan oleh adat karo. Secara umum, rumah adat ini terdiri atas Jabu Jahe (hilir) dan Jabu Julu (hulu). Jabu Jahe juga dibagi menjadi dua bagian, yakni jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar ujung kayu. Namun, biasanya rumah adat ini terdiri dari delapan ruangan dan dihuni delapan keluarga. Sementara dalam rumah adat karo hanya terdapat empat dapur. Masing-masing jabu dibagi menjadi dua, sehingga terbentuk beberapa jabu-jabu. Anatara lain, sedapuren bena kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sadapuren lepar ujung kayu. Sumber: https://qudsfata.com/rumah-adat-sumatera-utara/
Rumah adat pakpak mempunyai bentuk yang khas dan dibuat dari bahan kayu serta atapnya dari bahan ijuk. Bentuk desain rumah adat ini selain sebagai wujud seni budaya pakpak, juga bagian-bagian rumah adat pakpak mempunyai arti sendiri. Rumah adat pakpak disebut Jerro. Rumah adat ini sama halnya dengan rumah adat lainnya di Sumatera Utara. Yang pada umumnya menggunakan tangga dan tiang penyangga. Sumber: https://qudsfata.com/rumah-adat-sumatera-utara/