Pada zaman dahulu kala terdapat sebuah desa yang tenang. Penduduknya pun beragam mulai dari petani, nelayan, ataupun pedagang. Letak desa ini berada di sekitar pesisir pantai di Sumatera Barat. Pemandangan indah dapat dilihat ketika sore hari menjelang. Di desa yang tenang itu hiduplah seorang Ibu yang sudah cukup tua dan seorang anak laki-lakinya. Anak itu bernama Malin Kundang, ia memiliki tanda lahir di tangannya. Malin hanya hidup bersama Ibunya, karena telah lama ditinggal Ayahnya yang berlayar dan tidak kembali lagi. Ibunya setiap hari bekerja dengan keras untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka berdua. Hari-hari mereka lewati bersama. Tidak terasa Ibu Malin semakin tua dan Malin telah beranjak dewasa. Malin yang dewasa berusaha menggantikan Ibunya bekerja. Ia bekerja apapun yang penting adalah ia dapat mendapatkan upah. Upah yang tidak mencukupi kehidupan Malin...
Di Sumatera Barat atau tepatnya di padang ada sebuah makanan khas dari buah pisang yang dinamakan godok pisang, biasanya godok pisang juga ditemukan di Bandung pada saat bulan Ramadhan beberapa rumah makan Padang yang menyediakan godok pisang seperti ditempat yang biasa saya kunjungi, yaitu RM Padang Kapau Mananti di daerah Palasari Bandung. Godok pisang itu selalu di temani dengan air gula merah. Adapun bahan bahan untuk membuat Godok Pisang adalah sebagai berikut. 1 sisir pisang Raja Bulu 1/2 Kg Terigu 1 sdm Gula (sesuai selera) 1 sdt Vanili Garam secukupnya untuk rasa gurih Minyak Goreng 1/4 Kg Santan 1/4 Kg Gula Merah 2 sdm Tepung Maizena 1 Kayu Manis Adapun cara membuatnya yaitu pertama kupas semua pisang lalu di haluskan dengan menggunakan garpu atau sendok lalu campur terigu setelah semuannya menyatu tambahkan gula,vanili,dan garam sesuai selera. Setelah itu panaskan Minyak goreng untuk menggoreng pisangnya. Sambil menggoreng pisang...
Tesis ini bertujuan untuk mengungkap transmisi ajaran tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau. Tesis ini ingin membuktikan bahwa tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah telah masuk dan berkembang di Minangkabau pada awal abad ke 19 M atas jasa Syekh Ibrahim Kumpulan, kemudian Syekh Ismail melalui murid-muridnya yang berasal dari Minangkabau yang telah diijazahkannya sebagai mursyid. Kesimpulan tesis ini akan membantah beberapa peneliti seperti Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Survei Historis, Geografis, dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1988, Bruinessen mengatakan bahwa tarekat Naqsyabandiyah berkembang di Minangkabau pada pertengahan abad 19 M (1850) yang disebarkan oleh Syekh Ismail al-Khalidi. Selain itu, Bruinessen juga berpendapat bahwasanya Syekh Ibrahim Kumpulan merupakan khalifah dari Syekh Sulaiman Zuhdi. Sependapat dengan hal ini BJO Schrieke. Pergolakan Agama di Sumatera Barat; Sebuah Sumbangan Bibliografi. Jakarta: Bhatara, 1973, Schrieke ber...
Berdirinya Rumah Gadang Minangkabau tidak hanya sebagai tempat tinggal semata saja, melainkan banyak nilai-nilai filosofis dalam membangun Rumah Gadang Minangkabau. Banyak fungsi dari Rumah Gadang Minangkabau dikembangkan dalam pembangunannya, seperti sebagai tempat pertemuan keluarga besar, sarana ibadah, penyimpanan hasil tani, dan yang terakhir sebagai wadah kesenian. Rumah Gadang Minangkabau pada bangunan tampak luarnya dipenuhi dengan ukiran-ukiran di dindingnya dengan gaya Minangkabau. Corak yang ditampilkan pada ukiran Rumah Gadang Minangkabau ini berbentuk flora yang tersusun secara teratur dan geometris. Tidak ada corak atau ukiran yang menggambarkan makhluk bernyawa seperti hewan dan manusia, namun penamaan atau tajuk corak ukiran Rumah Gadang Minangkabau menggunakan nama makhluk bernyawa. Untuk mendapatkan ukiran yang baik komposisi dan bentuknya diperlukan seorang tukang ukir yang tahu unsur-unsur seni tradisi atau yang memiliki jiwa seni dan rasa estetika. Seorang tuk...