×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sumatera Barat

Malin Kundang

Tanggal 18 May 2018 oleh Yunaz Karaman.

           Pada zaman dahulu kala terdapat sebuah desa yang tenang. Penduduknya pun beragam mulai dari petani, nelayan, ataupun pedagang. Letak desa ini berada di sekitar pesisir pantai di Sumatera Barat. Pemandangan indah dapat dilihat ketika sore hari menjelang. Di desa yang tenang itu hiduplah seorang Ibu yang sudah cukup tua dan seorang anak laki-lakinya. Anak itu bernama Malin Kundang, ia memiliki tanda lahir di tangannya. Malin hanya hidup bersama Ibunya, karena telah lama ditinggal Ayahnya yang berlayar dan tidak kembali lagi. Ibunya setiap hari bekerja dengan keras untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka berdua.

            Hari-hari mereka lewati bersama. Tidak terasa Ibu Malin semakin tua dan Malin telah beranjak dewasa. Malin yang dewasa berusaha menggantikan Ibunya bekerja. Ia bekerja apapun yang penting adalah ia dapat mendapatkan upah. Upah yang tidak mencukupi kehidupan Malin dan Ibunya membuat Malin berpikir untuk merantau dan mencari pekerjaan di luar desa. Setelah Malin berpikir dan merenung, Ia kemudian menceritakan kemauannya itu kepada Ibunya. Saat mendengarkan hal itu, Ibunya merasa sedih karena akan ditinggal anak satu-satunya untuk merantau. Akhirnya Malin meyakinkan Ibunya untuk berjanji akan kembali jika suatu saat nanti ia telah sukses dan mendapat uang yang banyak. Dengan berat hati, Ibu Malin akhirnya memberi izin dengan memegang janji Malin yang akan kembali suatu saat nanti. Kemudian Malin menyiapkan segala keperluan dan bekal yang dibawanya yang dibantu dengan tulus oleh Ibunya. Perpisahan di sore hari itu dirasa sangat berat oleh Ibunya, akhirnya Malin pergi untuk merantau.

            Bulan demi bulan, tahun demi tahun berganti. Tidak terasa telah beberapa belas tahun Malin tidak mengabarkan akan kembali ke desanya. Ibunya setiap hari dengan penuh harap menunggu Malin. Ibu Malinpun kini sudah tidak memiliki tenaga lebih untuk bekerja, Ia semakin tua. Pada suatu hari yang cerah, salah seorang tetangga Ibu malin, mengabarkan bahwa Malin telah sukses menjadi saudagar dan telah menikahi seorang wanita cantik keturunan bangsawan. Mendengar hal itu Ibu Malin sangat senang dan tidak sabar bertemu dengan Malin.

Setiap hari Ibu malin menuju dermaga untuk menantikan kehadiran anak kesayangannya. Ia sertiap sore melihat perahu yang mendekat ke dermaga untuk melihat apakah yang datang itu Malin. Hal itu Ia lakukan hampir setiap hari. Sampai pada suatu sore Ibu malin tidak putus semangat untuk menunggu kepulangan anaknya. Terlihat dari kejauhan perahu yang besar nan megah. Ibu malin bergegas pulang untuk mengenakan pakaian yang bagus dan yakin bahwa itu adalah perahu Malin.

Perahu besar itu lantas merapat ke dermaga. Setelah jangkar diturunkan, kemudian keluarlah seorang laki-laki dan seorang wanita cantik yang menggunakan pakaian bagus seperti bangsawan. Sang Ibupun lantas mengenal sosok laki-laki itu, ia adalah Malin !. Ibu Malin dengan cepat berlari mendekati Malin. Ia kemudian berusaha memegang tangan dan ingin memeluknya. Ia sangat yakin bahwa Malin telah datang, ia juga melihat tanda lahir yang ada di tangannya.

“ Oh Malin anakku, kau telah datang lihat apa yang kau bawa, kau berhasil nak !”, ucap Ibu dengan bahagia. Dengan membungkuk dihadapan Malin  ia terus meyakinkan bahwa Ia adalah Ibunya.

“ Apakah dia benar-benar Ibumu ?”, tanya Istrinya kemudian. Kemudian yang terjadi adalah Malin merasa malu untuk mengakui bahwa dihadapannya adalah Ibunya. Ia mempertahankan kegagahannya didepan istri dan anak buahnya.

“ Tentu saja bukan Ibuku!, dia hanyalah pengemis tua yang menginginkan belas kasihan kepadaku”, ujar Malin dengan sombong. Anak buah dan Istrinya pun mempercayai perkataan Malin tersebut.

Sang Ibu yang telah rela menunggu bertahun-tahun merasa sangat sedih. Ia menangis dan tetap membungkuk dihadapan Malin. Bahkan Malin tidak mau tangannya dipegang oleh Ibunya itu. Setelah itu Ibunya berdiri di hadapan Malin dan berdoa kepada Tuhan. “Oh Tuhan, jika memang benar dia adalah Malin Kundang anakku yang aku tunggu, maka berilah aku bukti jadikan ia menjadi batu !”, ucap sang Ibu dengan wajah yang penuh air mata. Tak disangka-sangka, permintan itu langsung terkabul. Tiba-tiba langit menjadi gelap, petir-petir bergantian menyambar di lautan. Ombak dan angin besar tiba-tiba menerjang dermaga itu. Perahu yang besar dan mewah itu tenggelam. Anak buah dan Istrinya lari dengan panik. Akhirnya Malin Kundang terhempas oleh ombak ke pesisir pantai dan kemudian tubuhnya perlahan-lahan mengeras seperti patung dan menjadi batu.

Sumber: Rahayu, Lisdy. 2016. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler. Bandung : Ruang Kata.

 

DISKUSI


TERBARU


Bakso Titoti Wo...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bakso titoti wonogiri gitu gaes ya hahahahhahahahahah

Tempong khas Te...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bahan-bahan 12 porsi 1 papan tempe besar 1 genggam daun kemangi Bumbu Halus: 3 siung bawang putih 5 buah bawang merah 5 buah cabai rawit merah (op...

Mpaa Sere (Tari...

Oleh Aji_permana | 07 Jan 2025.
Tradisi

Mpaa Sere adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...