|
|
|
|
![]() |
Seni Ukiran Rumah Gadang Tanggal 01 Apr 2021 oleh Ajrirhaysa . |
Berdirinya Rumah Gadang Minangkabau tidak hanya sebagai tempat tinggal semata saja, melainkan banyak nilai-nilai filosofis dalam membangun Rumah Gadang Minangkabau. Banyak fungsi dari Rumah Gadang Minangkabau dikembangkan dalam pembangunannya, seperti sebagai tempat pertemuan keluarga besar, sarana ibadah, penyimpanan hasil tani, dan yang terakhir sebagai wadah kesenian.
Rumah Gadang Minangkabau pada bangunan tampak luarnya dipenuhi dengan ukiran-ukiran di dindingnya dengan gaya Minangkabau. Corak yang ditampilkan pada ukiran Rumah Gadang Minangkabau ini berbentuk flora yang tersusun secara teratur dan geometris. Tidak ada corak atau ukiran yang menggambarkan makhluk bernyawa seperti hewan dan manusia, namun penamaan atau tajuk corak ukiran Rumah Gadang Minangkabau menggunakan nama makhluk bernyawa.
Untuk mendapatkan ukiran yang baik komposisi dan bentuknya diperlukan seorang tukang ukir yang tahu unsur-unsur seni tradisi atau yang memiliki jiwa seni dan rasa estetika. Seorang tukang ukir juga perlu mengetahui berbagai hal lainnya dalam hal ukir-mengukir dan harus mengetahui falsafah yang dikandung dalam suatu ragam ukir, pengetahuan bahan, pengetahuan alat dan keterampilan memakai alat-alat serta teknik pengelesaian dari sebuah ukiran. Bahan yang dipakai untuk ukiran juga menentukan hasil akhir dari suatu ukiran.
Langkah-langkah membuat ukiran sebagai berikut; 1). Membuat corak ukir dalam bentuk gambar, 2). Memindahkan corak ukir ke atas kayu yang akan diukir, pemindahan ini adakalanya secara lansung, diciplak atau disablon, 3). Membuat dasar dari corak ukir, membersihkan ruang diantara motif-matif dengan menggunakan alat pahat, 4). Membentuk ukiran sesuai gambar dengan pahat ukir, 5). Penyelesaian, menghaluskan ukiran dengan pahat, amplas dan memberi warna.
Teknik mengukir ada beberapa macam, antara lain: a. pertama pahatan dasar ukirannya tidak dibuang, ukiran ini sejenis relif dangkal, umumnya penonjolan ukiran ini dengan teknik pengecatan yang dipergunakan untuk menghias bidang yang tinggi atau yang jauh letaknya, seperti pada pereng. b. Kedua dibuang dasarnya. yang tinggal hanya corak-corak ukir maksudnya supaya corak ukiran lebih tampak. c. Ketiga dasar ukiran ditembus (dilobangi) sehingga terlihat separti kerawang, corak ukir separti ini pada rumah gadang sering dijumpai pada ventilasi.
Nama Ukiran dan Makna Filosofi dalam Corak Ukiran Rumah Gadang
Jika ditarik pada garis kehidupan manusia, rebung disejajarkan dengan murid sekolah dasar. Rebung beranjak dewasa batangnya lurus, namun masih dibungkus kelopak, disejajarkan dengan murid sekolah menengah yang masi harus dilindungi. Tumbuh lurus keatas melambangkan cita-cita yang tinggi dan menuntut ilmu yang banyak. Buluh yang lurus mulai tumbuh rantingrantingnya satu persatu dan daunnya menjadi rimbun dan ujungnya mulai merunduk. Dihubungkan dengan manusia pada usia ini sudah mulai bertanggung jawab pada diri dan lingkungannya serta keluarga tetapi belum memiliki ruyung. Selanjutnya daun buluh mulai menguning dan ujung buluh yang paling atas semakin merunduk ke bumi, artinya walaupun sudah banyak memiliki ilmu manusia akan kembali keasalnya dan ingat asal-usulnya. Buluh yang sangat tua mulai mengeluarkan bunga pertanda kematangan usia. Bunga merupakan lambang kematian yang meninggalkan nama baik.
Corak Bada Mudia Kerukunan hidup bermasyarakat digambarkan dalam corak bada mudiak (ikan kecil mudik). Bada adalah ikan-ikan kecil dan mudik maksudnya ke arah mudik (ke hulu). Kehidupan ikan-ikan kecil yang bergerak mudik ke hulu menyonsong air yang jernih yang hidup seiring sejalan dalam satu arah tanpa harus saling dahulu-mendahului dan tanpa saling sikut-menyikut antara sesamanya. falsafah kehidupan bada mudiak menjadi lambang pergaulan dalam bermasyarakat yang seiya sekata, rukun, serasi, satu arah dan tujuan. Dalam pepatah dikatakan: ‘Elok susun bada mudiak, manyonsong aia samo sakato, arah baririang samo saraso, indak saikua nan manyalo. Saiyo sakato bakayuah mudiak, tuah di ateh nan sakato, cilako kito basilang’ (elok susunan bada mudik, menyongsong air sama sekata, arah beriring sama serasa, tidak seekor yang menyela, Seiya berkayuh mudik, tuah di atas yang sekata, celaka bila bersengketa). Falsafah bada mudiak merupakan konsep kerukunan yang baik ditauladani dalam kehidupan bermasyarakat, seiya sekata, satu arah dan satu tujuan. Kehidupan yang bertolah belakang dengan falsafah bada mudiak atau yang berlain arah dan tujuan, tidak akan mendatangkan ketenteraman.
Corak Itiak Pulang Patang Falsafah kehidupan itik ini dituangkan ke dalam reka corak itiak pulang patang (itik pulang petang). Kehidupan itik digambarkan sebagai masyarakat yang suka hidup damai, saling kasih-mengasih dan saling menyayangi. Secara anatomi itik adalah binatang yang lemah, mereka biasanya hidup berkelompok dan mereka sangat kukuh dalam kebersamaannya. Itik mencari makan di air atau di rawa-rawa secara bersama-sama atau sendiri-sendiri. Apabila berjalan bersama dipematang sawah itik akan berjalan tartip dan tidak saling dahulu-mendahului, tetapi apabila ada seekor itik terjatuh dari pematang sawah, maka itik-itik yang lain pun akan turun bersama-sama menjemput temannya yang terjatuh dan secara bersama pula mereka naik kembali kepematang, bak itiak jatuah ka tabiang (bagaikan itik jatuh ke tebing). Demikian juga bila seekor itik sudah naik ke pematang sawah atau ke tempat yang lebih tinggi, itik-itik yang lain akan mengikutinya dari belakang secara tartib. Selain itu itik juga terkenal sangat gigih dalam mencari rezeki mulai pagi ari sampai petang. Apabila telah dilepas dari kandang itik akan berlarian menuju kolam atau rawa tempat mengais rezeki, namun sebaliknya di sore ari ketika itik sudah kenyang, mereka akan berjalan santai dan tartib di pematang sambil menikmati matahari terbenam kembali pulang ke kandang.
Sumber: Marthala, Agusti E. (2013). Rumah Gadang; Kajian Filosofi Arsitek Minangkabau. Humaniora; Bandung.
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |