Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya.
Desa Rutah pada awalnya berkedudukan di Amahai. Kemudian pada tahun 1899 terjadi bencana tsunami dan tenggelamlah tanjung kuako. Jadi nenek moyang mengungsi dari tempat itu dan melakukan survei ke tempat tinggal. Ketika melakukan survei, mereka menemukan sebuah kali. Yang selanjutnya air itu dinamakan air Rutak. Dari waktu ke waktu terjadi perubahan kata maka nama air itu diganti dengan Rutah. Setelah adanya negeri Rutah, raja yang pertama bernama Ahmad. Istrinya bernama Nurma. Raja ini juga merupakan tukang dan arsitek dalam pembangunan mesjid Rutah. Sehingga namanya diabadikan pada nama mesjid itu, dengan nama NUR AHMAD. Yang diambil dari nama pasangan suami istri tersebut yang artinya "cahaya pujian". Dalam Bahasa Maluku Amarulalo mulai menan'no woho amhei Islam. Le nalo 1899 rihuno u'tun waru hu'u siwa lasiwa kan'na kannalo. Le'e suoko ouno e'moka. Le'e moyang ngo sikese'e heri'e amino imeme. Le'e siyoi si he hi tam...
B'rapa puluh tahun lalu Beta masih kacil'e Beta inga tempo itu, mama gendong, gendong betaeee... Sambil mama bakar sagu, mama manyanyi sio bujuk-bujuk La sampe basar bagini Beta seng lupa mama..eee... Sio mama e....beta rindu mau pulang'e Sio mama e....mama su lia...kurus lawang'e Beta balom balas mama... Mama pung cape sio dolo'e Sio Tete Manis'e, jaga beta pung mama.ee.
Tari Lenso menggambarkan tentang pergaulan antara muda dan mudi daerah setempat. Jumlah penarinya berkisar antara 6 sampai 10 orang. Tari Lenso juga terkenal sebagai ajang mencari pasangan bagi muda mudi Maluku. Biasa dipentaskan pada acara pernikahan, panen cengkeh, atau acara tahun baru. Sering pula Lenso dipentaskan jika hendak menyambut tamu penting. Kostum para penari Lenso biasanya menggunakan baju yang menyerupai kebaya sebagai atasan dan kain panjang untuk bawahannya. Agar penampilan makin manis, penari memakai hiasan berupa bunga mawar di sanggul mereka. Alat m usik pengiringnya antara lain adalah tambur minahasa, suling, kolintang (alat musik yang terbuat dari barisan gong kecil yang bersuara tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa), tetengkoren, dan momongan. Para penari juga tak lupa membawa sapu tangan berwarna merah dan putih yang melambangkan kasih dan sayang (bisa juga warna lainnya). (Sumber : http://www.indonesia.travel/id/destin...
Batu berdaun yang dimaksud dalam cerita ini adalah sebuah batu besar berbentuk daun yang terletak di atas sebuah bukit di Maluku. Menurut cerita, batu tersebut memiliki mulut yang bisa terbuka dan mengatup kembali serta dapat menelan siapa saja. Suatu ketika, batu berdaun itu menelan seorang nenek. Apa yang terjadi selanjutnya? Simak kisahnya dalam cerita Batu Berdaun berikut ini! Alkisah, di daerah pesisir Maluku, hiduplah seorang nenek dengan dua orang cucunya yang masih kecil. Cucu yang pertama berumur 11 tahun, sedangkan yang bungsu masih berumur 5 tahun. Kedua anak itu yatim piatu karena orangtua mereka telah meninggal dunia ketika mencari ikan di laut. Kini, kedua anak itu berada dalam asuhan sang nenek. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, nenek bekerja mengumpulkan hasil hutan dan mencari ikan di pantai. Hasilnya tidak pernah cukup untuk mereka makan. Untunglah para tetangga sering berbaik hati memberikan makanan kepada sang nenek untuk dimakan bersama ked...
Empat Kapiten Maluku adalah empat bersaudara yang merupakan pemimpin Negeri Nusa Ina di Pulau Seram, Maluku. Keempat kapiten tersebut memiliki kegemaran berpetualang ke daerahdaerah pelosok untuk membuka daerah baru. Suatu hari, mereka berpetualang menyusuri Sungai Tala yang kaya akan sumber alamnya. Namun, petualangan mereka kali ini amat berat dan membutuhkan perjuangan keras karena Sungai Tala terkenal ganas. Airnya sangat deras dan terdapat banyak batu besar di sepanjang alirannya. Bagaimana perjuangan mereka? Simak kisahnya dalam cerita Petualangan Empat Kapiten dari Maluku berikut ini! * * * Dahulu, Negeri Nunusaku atau lebih dikenal Negeri Nusa Ina merupakan pusat kegiatan penduduk yang mendiami Pulau Seram, Maluku. Negeri itu dipimpin oleh empat kapiten yaitu Kapitan Wattimena, Kapitan Wattimury, Kapitan Nanlohy, dan Kapitan Talakua. Keempat kapiten tersebut mempunyai wilayah kekuasaan masingmasing sehingga penduduk mereka tersebar di berbagai daerah di pul...
Lagu Rasa Sayange adalah salah lagu dari daerah Ambon, Maluku. Lagu ini termasuk dalam kategori lagu anak-anak yang paling populer secara turun temurun di Maluku. Isinya yang singkat dan berbentuk pantun nasihat, menjadikan lagu ini terdengar merdu dan enak untuk diperdengarkan seorang ibu pada anaknya. Rasa Sayange direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo pada 15 Agutus 1962. Data ini ditemukan untuk membuktikan pada kementrian Pariwisata Malaysia yang serta merta mengklaim lagu Rasa sayange ini sebagai lagu promosi budaya daerahnya pada tahun 2007. Selain klaim resmi dari kementrian Malaysi a, lagu Rasa Sayange dibuat dalam format video animasi dengan perubahan lirik dan bahasanya dalam versi Malaysia. Memang bukti otentik dari (kepemilikan) lagu ini tidak kita miliki karena nenek moyang kita berbudaya lisan sehingga tidak adanya naskah atau bukti tertulis lainnya yang memuat lirik asalnya. Namun jauh sebelum Kemerdekaan, lagu Rasa Sayange terdenga...
Seni Tradisi Tari Rakyat Maluku Utara. Tarian soya-soya tercipta pada masa Sultan Baabullah (Sultan Ternate Ke-24), dari Kesultanan Ternate, untuk mengobarkan semagat pasukan pasca-tewasnya Sultan Khairun pada 25 Februari 1570. Saat itu, tarian soya-soya dimaknai sebagai perang pembebasan dari Portugis hingga jatuhnya tahun 1575. Para penari akan menampilkan tarian yang lincah dimana merefleksikan gerak menyerang, mengelak dan menangkis. Jumlah penari soya-soya sendiri tidak ditentukan. Bisa hanya empat orang dan bahkan hingga ribuan penari.
Papeda merupakan makanan khas Maluku yang terbuat dari bahan dasar tepung sagu yang kemudian di campurkan dengan air dan dimasak. Bentuk dari masakan papeda ini bertekstur kental dan lengket. Nah resep papeda ini biasanya sangat cocok sekali saat dinikmati bersamaan dengan ikan kuah kuning, karena rasanya akan menjadi enak dan sempurna sekali. Ok silahkan anda simak bagaimana cara membuat papeda khas Maluku ini. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat resep papeda khas maluku: 100 gram Tepung Sagu 1000 cc Air ½ sendok teh Garam ½ sendok teh Gula Cara membuat resep papeda khas maluku : Pertama anda cairkan tepung sagunya dengan 300 ml air, kemudian anda tambahkan garam dan gula. Lalu anda didihkan sisa airnya, anda tuangi air yang sudah mendidih kedalam larutan tepung sagu dan aduk perlahan sehingga sagu matang merata. Nah papeda bisa dikatakan sudah matang jika sudah berwarna bening, j...